'Bagai pungguk yang merindukan bulan' atau 'Hanya sebuah mimpi belaka'.
Itu lah kata-kata yang tepat untuk Eriska seorang gadis gendut yang berusia 18 tahun dengan latar belakang seorang yatim piatu miskin yang nekat mencintai pria bertitel seorang tentara.
Bagaimana jalan kehidupan Eriska untuk mendapatkan cinta dari seorang Narendra Hadinata seorang tentara dari keluarga berada yang taat aturan keluarga nya.
"aku mencintaimu Narendra Hadinata".
"bermimpi lah Eriska, kau dan aku bagaikan langit dan bumi".
.
.
.
.
cerita ini hanya fiktif belaka. tidak terlalu ikut dengan kenyataan yang ada.
dan di sini menceritakan perjuangan hidup seseorang yang sudah tersakiti.
.
.
.
bantu like,vote dan komen yang membangun ya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahma rain, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
HELLO 8. TUGAS YANG BERAT
Di sebuah rumah sakit yang cukup besar lebih tepat nya di kantin rumah sakit itu duduk lah tiga orang wanita yang cantik dengan jas putih mereka.
"kamu kenapa sih Ris!! Sejak tadi pagi wajah mu murung dan tak bersemangat!!". Ucap Diana salah satu rekan kerja Eriska.
Eriska kini meminum jus strawberry nya kemudian menghelakan nafas panjang. Diana dan juga Laila melihat aneh ke arah Eriska yang seperti banyak beban pikiran.
"aku lagi kesal".
Satu kalimat dari mulut Eriska kini membuat dua teman baik nya itu melihat ke arah nya dengan serius dan juga penasaran.
"katakan pada kami, hal apa yang membuat mu kesal. Seperti nya ini masalah serius??". Ujar Laila yang bahkan terlihat antusias dengan Eriska yang akan bercerita.
Sekali lagi Eriska menghela nafas pelan. Lalu mulai menyadarkan tubuh nya di kepala kursi.
"ini karna Aska".
"kenapa dengan calon pacar brondong ku itu?". Ujar Diana yang malah memotong kalimat yang hendak Eriska ucapkan. Diana memang suka mengganggu Aska bahkan sejak anak itu masih duduk di bangku sekolah menengah pertama. Diana pasti akan selalu berkata jika 'kakak akan tunggu kamu ya'. Dan Aska pasti akan kesal dengan teman kakak nya itu yang selalu menggangu nya. Tapi dia tidak peduli sama sekali malah hal itu malah terlihat lucu dan imut di mata Diana.
"oh Diana!!! Tenang lah!! Eriska baru saja akan mengatakan masalah nya tapi kau sudah heboh hanya mendengar nama Aska!!". Ucap Laila dengan kesal pada teman seperjuangan nya itu.
Diana terkekeh pelan dan kemudian diam untuk menunggu teman baik nya itu melanjutkan curhatan nya.
"Aska bersikeras untuk masuk sekolah militer setelah taman sekolah nanti. Dan dia juga udah dapat ijin dari nenek dan kakek ku".
"terus apa masalah nya? Bukan kah menjadi abdi negara adalah hal yang bagus?". Ujar Laila yang heran dengan kegundahan hati teman seperguruan nya itu.
Kini Eriska menghelakan nafas nya lagi seperti ada batu besar yang menghimpit dada nya.
"aku benci tentara".
Satu kalimat dari Eriska itu membuat kedua teman nya terkejut setengah mati. Pasal nya ini adalah hal baru yang ucapkan oleh wanita itu.
"bagaimana bisa!!". Ucap Diana yang kini memandangi wajah Eriska dengan serius.
"aku hanya benci saja. Tidak ada alasan lain". Balas Eriska dengan wajah datar dan menyembunyikan alasan di balik semua itu.
Dan saat Laila ingin bertanya lagi seorang pria yang penampilannya sama dengan mereka menghampiri tiga wanita itu.
"Eris di panggil dokter Inggit, kata nya ada hal penting yang ingin dia sampaikan pada mu".
Eriska langsung bangkit dari duduk nya dan akan segera pergi dari kantin menuju ruangan dokter Inggit.
Walaupun dia adalah cucu pemilik rumah sakit ini Eriska tidak memanfaatkan koneksi kakek nya untuk mendapatkan jabatan yang tinggi. Eriska bekerja dari nol. Hingga ke titik ini.
Setelah sampai di depan pintu ruang kerja dengan tulisan Dr. Inggit Garnasih di depan pintu nya. Eriska kemudian mengetuk pintu tersebut. Dan masuk ke dalam sana.
Di balik meja kerja nya terlihat seorang wanita yang seusia mendiang ibu nya sedang duduk dengan beberapa berkas dan menunggu kedatangan dari Eriska.
"selamat siang dokter Eriska". Sapa dokter Inggit dengan sopan kepada salah satu dokter junior yang cukup handal dalam melakukan tugas nya.
"selamat siang dokter Inggit. Ada apa dokter memanggil saya?". Tanya Eriska dengan rasa penasaran karena wanita itu pasti hanya memanggil nya jika ada sesuatu yang penting saja.
Inggit kemudian melepaskan kacamata nya dan juga menghentikan kegiatan nya tadi. Lalu menatap serius wajah Eriska.
"duduk lah dokter Eris".
Eriska kemudian duduk di salah satu kursi yang ada di ruangan tersebut. Lalu menunggu hal yang akan di sampaikan oleh wanita ini.
"Tante udah masuk kan nama kamu ke dalam daftar dokter yang akan di kirim ke tempat korban bencana alam yang baru-baru ini terjadi akibat erupsi gunung Merapi. Wilayah yang sulit di jangkau dan juga warga yang tinggal di pulau itu tidak memiliki fasilitas kesehatan yang bagus. Jadi mereka meminta beberapa dokter dari rumah sakit kita untuk datang dan bekerja di sana sampai keadaan membaik". Jelas Inggit mengenai tempat kerja yang akan di datangi oleh Eriska dan beberapa dokter yang lain.
Sementara itu Eriska masih diam menunggu penjelasan lain dari wanita itu.
"banyak anak-anak dan orang tua yang terkena gejala bronkitis dan tidak sedikit yang juga terkena keracunan gas sulfur dioksida. Warga yang tinggal di kaki gunung kini sudah mengungsi. Di barak militer terdekat di wilayah itu. Dan juga dokter di kemiliteran sedang kewalahan untuk menangani hal ini".
Sontak saja saat Eriska mendengar kata barak militer membuat mood nya runtuh. Tadi nya dia akan senang hati untuk datang dan bekerja di tempat bencana itu tapi saat mendengar tempat itu membuat Eriska enggan untuk bekerja.
"apa tidak ada dokter lain yang bisa mengganti kan ku?". Tanya Eriska yang mencoba untuk menolak pekerjaan itu dengan cara halus. Dia tidak ingin berada di tempat yang memiliki nama barak militer dan juga dia benci orang-orang yang ada di dalam sana. Walaupun di sana kecil kemungkinan bertemu pria itu tapi Eriska tidak enggan untuk pergi ke sana.
"kau adalah dokter tenaga ahli yang rumah sakit ini miliki. Kau juga sudah memiliki keahlian dan juga pelatihan khusus untuk menghadapi situasi darurat dan memberikan perawatan medis dalam kondisi yang tidak biasa. Dan aku percaya kau bisa bekerja secara profesional di sana".
Hal ini sungguh membuat kepala Eriska ingin meledak. Pasal nya jika hanya datang ke tempat bencana alam itu bukan lah hal yang berat tapi untuk menetap di barak militer lah yang sangat sulit di lakukan oleh Eriska.
Tapi kembali lagi Eriska sudah melakukan sumpah dokter dan dia tidak boleh egois dengan mencampur adukkan masalah pribadi nya dengan pekerjaan yang saat ini di tugas kan untuk nya.
Dengan tidak bersemangat Eriska menyetujui tugas itu.
Entah kenapa dalam satu hari ini dia malah di berat kan dengan kata tentara dan militer. Pertama adik nya yang terlalu bersikeras ingin menjadi tentara dan yang kedua malah senior nya memberikan pekerjaan yang berhubungan dengan tentara dan kemiliteran dengan kedok bencana alam.
Eriska segera keluar dari ruangan itu mungkin hari ini dia akan meminta ijin untuk pulang. Karena besok dia harus pergi bersama teman-teman satu profesi nya menuju tempat bencana alam itu.
Dan hanya satu harapan Eriska saat ini semoga dia bisa bertahan dengan keadaan tenang bekerja di sana. Dan berharap kejadian buruk tidak akan muncul di sana.
Jika mendengar alasan dari Eriska Mungin sebagian orang akan berpikir jika Eriska sangat berlebihan. Tapi tidak semua orang paham dengan trauma dan juga dendam masa lalu nya yang begitu menyakitkan. Bahkan Eriska dulu sempat membenci diri nya dan tak jarang juga dia menyalah kan diri nya dengan kejadian itu.
Bukan kah luka penghinaan yang dia dapat kan terlalu dalam dan juga sakit hingga luka itu tidak kunjung mengering dengan sempurna. Bahkan masih menjadi bayang-bayang di kehidupan Eriska saat ini.
"menghancurkan karakter seseorang ternyata lebih kejam dari pada pembunuhan. Dan pisau tajam tak kasat mata yang mereka balut dengan kata-kata hinaan itu masih tertancap di hati ku sampai sekarang".