MOHON MAAF
TAHAP REVISI
Pernikahan siri antara Nirmala Wongso dan juga Seno Aji Prakoso membuahkan hasil seorang anak laki-laki yang tidak pernah diakui oleh Seno, karena ia takut keluarga besarnya akan tahu tentang aibnya yang diam-diam menikahi gadis pelayan di club malam.
Setelah dinyatakan hamil oleh dokter Seno mulai berubah dan menyuruh Nirmala untuk menggugurkan kandungannya jika masih tetap ingin menjadi istrinya.
Namun Nirmala memilih jalan untuk mempertahankan buah hati dan meninggalkan kemewahannya bersama dengan Seno.
Penasaran?? ikuti jalan kisah Nirmala yang penuh dengan lika-liku kehidupan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayumarhumah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10
Tanpa terasa mobil sudah berhenti di depan pintu utama rumah megahnya, sejenak tangan kokoh itu mulai membuka pintu mobil. Kakinya langsung menyentuh kilapnya lantai marmer di rumahnya dua pelayan menyambut dan menunduk penuh hormat, ketika langkah kakinya berada di ruang tamu, dua anak perempuannya langsung menyambutnya penuh hangat dan kasih sayang.
"Papi ...," panggil Alice dan Alula.
Seno langsung merentangkan kedua tangannya, dua gadis cantiknya itu langsung mendekap kedalam pelukan sang ayah. "Dua princes Papi, gimana kabar kalian Nak?" tanya Seno penuh hangat.
"Alhamdulillah kabar Kakak baik Pi, sebentar lagi Kakak ada meeting," sahut Alice anak pertama yang cerdas dan penuh ketegasan, bahkan kedudukan Alice saat ini memegang salah satu cabang perusahaan ayahnya.
"Ingat jaga kesehatan ya Kak, jangan terlalu capek," pesan Seno.
"Iya Pi, itu pasti," sahut Alice.
"Bohong Pi," celetuk Alula. "Mana mungkin Kakak, istirahat dia itu kan gila kerja," imbuh Alula.
"Biarin mending aku gila kerja dari pada kamu gila demo, awas ya sampai kamu terlihat dengan demo yang anarkis," pesan kakaknya itu terdengar seperti ancaman.
"Oh tidak mungkin Kak, aku demo yang sehat-sehat saja, lagian tujuan kita sangat masuk akal kok menyampaikan aspirasi atau kekecewaan kita terhadap pemerintah? Apa itu salah?" tanya Alula dengan khas gayanya yang sedikit pecicilan.
"Gak ada yang salah kok Nak, dengan apa yang kau perbuat, tapi ... Kau harus hati-hati ya dengan tindakanmu dan harus pandai jaga diri di saat berada di tengah-tengah kerumunan," nasihat Seno yang diangguki oleh putri bungsunya itu.
Setelah bercengkrama dengan kedua princes nya Seno langsung melangkah ke atas untuk masuk ke dalam kamarnya, pintu kamar mulai terbuka, di situ Seno mulai melihat seorang wanita cantik tang sedang menunggunya sambil duduk dihadapan cermin.
"Sudah pulang ...?" tanyanya dengan nada sinis.
Sejenak Seno mengambil nafas belum-belum ia sudah mendapatkan nada peringatan dari istrinya. "Sayang, aku baru datang loh," ucap Seno mencoba untuk mendekat ke arah Nadira.
"Jangan mendekat? Gimana pertemuannya tadi dengan gundikmu dulu?" todong Nadira dengan nada yang mengintimidasi.
"Sayang, itu pertemuan yang tidak sengaja, bahkan kau tahu sendiri kan, sekarang ini aku sudah melakukan apa yang kau mau, yaitu menjauhi dia," sahut Seno.
"Aku tahu, tapi hatiku ragu, jangan sampai kau mengulangi kesalahan yang kedua kali, ingat jika sekali saja kau melanggar, maka ... akan ku pastikan gundik dan anak haram mu itu menderita seumur hidupnya," ancam Nadira.
Nadira Suherman, merupakan wanita cantik berkarir mentereng, cerdas dan berwawasan luas, dan tentunya mempunyai kuasa dengan ratusan orang-orang kepercayaan yang selalu ia tugaskan untuk mengawasi setiap gerak-gerik suaminya. dan pertemuan Nirmala dan Seno yang tidak di sengaja tadi sudah masuk ke dalam beritanya.
Bukan hanya itu saja Nadira juga terkenal sebagai wanita bertangan dingin, membunuh tanpa menyentuh, itu merupakan hal yang selalu ia lakukan ketika kehidupannya mulai terusik, bahkan Nirmala termasuk daftar orang yang ada di buku gelapnya.
Hanya saja dulu dirinya ada perjanjian hitam diatas putih bersama dengan Seno, hingga pada akhirnya dia melepaskan Nirmala hidup bebas, dengan imbalan suaminya itu tidak boleh hadir ataupun menopang kehidupan Nirmala dan anak yang dikandung pada waktu itu, bagi Nadira melihat Nirmala hidup susah dan menderita itu sudah menjadi poin plus dalamnhidupnya.
"Aku sudah berjanji, kamu tahu aku kan? Tidak mungkin aku mengingkari itu semua," sahut Seno sedikit tegas.
"Baiklah," ucap Nadira.
☘️☘️☘️☘️
Dua hari kemudian.
Alaska akhirnya mulai mendapatkan cuti libur beberapa hari saja, lelaki itu dengan tegas menaiki motor yang akan mengantarnya pulang ke rumah, dengan begitu bangga ia bisa pulang dan menagih janji terhadap sang Ibu yang dulu pernah berkata, akan menceritakan semuanya tentang identitas sang ayah disaat dirinya sudah menjadi tentara.
Alaska mulai menyandarkan kepalanya di jok belakang lelaki itu mulai penasaran, dengan janji ibunya empat tahun yang lalu. "Kira-kira setelah nanti Ibu bercerita, apa hati kecil ini akan menerima." ucapnya sendiri.
Ah ... entahlah terkadang hidup memang selalu membuat hati seseorang bimbang, sedari kecil Alaskan menantikan kedatangan sang Ayah, hingga sekarang dia dewasa namun di dalam benaknya ia masih menginginkan kedatangan sang ayah, meskipun ia tahu banyak luka yang ia lalui tanpa uluran tangannya.
"Tuhan ... dari semenjak aku kecil sampai dewasa ayahku tidak kunjung datang juga, apa dia bisa di bilang ayah yang baik," ucapnya sedikit putus asa.
Namun di balik semua itu ada rasa rindu yang sejak dulu menyiksa. "Datanglah meskipun aku tahu kau bukan ayah yang bertanggung jawab." gumamnya dengan nada getir nya.
☘️☘️☘️☘️☘️
Motor yang di kendarai Alaska berhenti pelan di depan rumahnya. Dengan semangat ia segera membuka pintu, langkahnya terasa ringan setelah perjalanan panjang. Belum sempat ia mengetuk pintu, beberapa tetangga sudah berdatangan satu per satu.
Wajah-wajah ramah itu menyambutnya dengan senyum lebar. Ada yang membawa kue, ada pula yang hanya menepuk bahunya penuh bangga.
“Selamat ya, Las! Akhirnya jadi tentara juga,” ucap Pak Mail sambil menjabat tangannya erat.
“Bangga sekali kampung ini punya perwakilan seperti kamu,” timpal Bu Atun sambil tersenyum hangat.
Alaska hanya bisa menunduk, menahan haru yang menggenang di matanya. Suasana rumahnya yang biasanya sepi kini berubah riuh oleh ucapan selamat dan doa-doa baik dari para tetangga.
Di dalam rumah Nirmala mulai mendengar sayup-sayup suara para tetangganya yang menyebut nama anaknya beberapa kali, karena rasa penasarannya uang tinggi akhirnya wanita paruh baya itu melangkah ke depan dengan tergopoh-gopoh.
"Kriiiet," pintu rumah dibuka, jantung Nirmala bergetar bahagia melihat para tetangga yang begitu antusias guyub mendatangi rumahnya hanya untuk mengucapkan selamat kepada sang anak, bahkan mereka ada yang membawa kue sangking bahagianya di kampung ini ada yang menjadi abdi negara seperti Alaska.
"Nak ... Kamu sudah datang," ucap Nirmala dengan nada terkejut. "Wah ... ini para tetangga terima kasih banyak sudah menyempatkan hadir, mari masuk," ajak Nirmala yang merasa bahagia melihat antusias mereka.
"Iya Bu Nirmala," sahut para tetangga.
Saat ini Nirmala mulai menjamu para tetangganya dengan jamuan yang sederhana, meskipun hanya kopi dan teh serta camilan seadaanya namun para tetangga merasa senang, dengan penyambutan tuan rumah yang begitu ramah.
"Wah ... Pak Mail dan Ibu Atun, beserta ibu-ibu lainnya saya mengucapkan banyak-banyak terima kasih ya, sudah mau menyempatkan waktu untuk menyambut kedatangan anakku," ucap Nirmala sopan.
"Tidak masalah Ibu Nirmala, kami sebagai warga di desa Kali Agung merasa bangga salah satu warga kami menjadi abdi negara," sahut Pak Mail.
"Iya Bu Nirmala kami merasa bangga, dan tidak menyangka Ibu bisa menyekolahkan anak ibu sampai ke sekolah militer, ini semua berkat usaha keras Ibu dan Alaska," timpal Ibu Nilam.
"Terima kasih banyak ya Bu, ini semua juga berkat doa ibu-ibu dan warga di desa Kali Agung," sahut Nirmala.
Setelah berbincang dengan Nirmala para warga khususnya yang di wakilkan oleh Bapak Mail memberi pesan moril untuk Alaska.
"Baiklah Nak, semoga saja kamu bisa mengemban tugas negara dengan baik, jadilah abdi negara yang jujur dan tegas juga mempunyai hati, jangan pernah kecewakan kampung halaman mu," pesan Pak mail yang begitu menyentuh.
"Terima kasih Bapak, dan juga Ibu-ibu, Insyaallah Alaska akan menjaga amanah dari bapak dan ibu-ibu, doakan Alaska agar bisa menjadi abdi negara yang baik," sahut Alaska dengan kepala yang sedikit menunduk dan tangan yang di tempelkan di dadanya.
Setelah berbincang cukup lama akhirnya para warga mulai pulang satu persatu, dan saat ini tinggalah Alaska dan ibunya yang masih duduk di ruang tamu. Laska langsung memeluk tubuh ringkih ibunya, tangis haru pun pecah menyatukan keduanya ke dalam pelukan.
"Makasih banyak ya Bu, atas usaha dan kerja keras Ibu, mulai sekarang dengan tegas Alaska berkata, Ibu sudah sukses membuat anak Ibu dipandang oleh masyarakat," ucap Alaska dengan bangga.
"Ibu juga berterima kasih banyak padamu, terima kasih sudah menjadi anak yang kuat, anak yang tahan banting, berbagai macam ujian yang menerpa di dalam kehidupan Ibu, tapi ... kau tetap menjadi anak yang kuat dan hebat," sahut Nirmala.
Alaskan langsung menggenggam tangan ibunya, lalu mengecupnya dengan air mata yang berlinang. "Ibu, meskipun kehidupanku banyak rintangan, tapi Laska bersyukur mempunyai Ibu yang kuat, dan selalu menomor satukan kepentingan anaknya," ucap Laska.
☘️☘️☘️
Setelah momen haru di ruang tamu tadi, Nirmala langsung menyiapkan makanan kesukaan anaknya, meskipun suasana haru masih menyelimuti batinnya.
Tangan kecilnya begitu cepat menyiapkan beberapa hidangan, meskipun dengan lauk sederhana, tapi bagi Alaska ini sudah termasuk hidangan mewah yang tidak pernah ia dapatkan dari tempat lain.
"Akhirnya aku bisa mencium aroma masakan Ibu lagi," ucap anak itu sambil mendekat ke arah meja makan.
"Di makan ya Nak, Ibu sudah menyiapkan semuanya untukmu," kata Nirmala dengan senyum simpulnya.
Alaska mendudukkan bokongnya di kursi kayu itu, lalu dengan semangat menyantap makanan yang ada di hadapannya hingga tandas, selesai makan tiba-tiba saja anak itu mulai mendekati ibunya yang saat ini tengah duduk di ruang tengah.
"Bu ...," panggil Alaska.
"Iya Sayang," sahut Nirmala.
Sejenak Alaska mulai menyiapkan diri untuk bertanya sesuatu yang mungkin ibunya sudah mulai melupakan pertanyaannya empat tahun yang lalu.
"Eeeeemb ... begini Bu, aku mau nagih janji Ibu empat tahun yang lalu," ucap Alaska hati-hati.
Nirmala sempat terkejut pasalnya ia sudah lupa dengan janji yang ditagih oleh anaknya itu. "Maaf Nak, kalau boleh tahu janji apa ya?" tanya Nirmala hati-hati.
"Begini Bu, empat tahun yang lalu, aku sempat bertanya mengenai ayahku, tapi ... kata Ibu besok saja tunggu aku jadi tentara, baru Ibu mau bercerita semuanya."
Deg!!!
Hati Nirmala begitu sakit bagaikan di tusuk dengan sembilu pisau yang tajam mendengar sang anak menyebut nama itu lagi, nama yang susah payah ia singkirkan dalam kehidupannya.
"Nak ... apa dulu Ibu pernah berkata seperti itu?" tanya Nirmala lagi dengan nada yang bergetar.
"Benar Bu. Laska tidak pernah bohong," sahut Alaska sambil menatap wajah sang Ibu yang dipenuhi dengan guratan kesedihan.
"Bu ....," panggil Alaska sejenak.
"Iya ... Nak," sahut Nirmala gugup.
"Apa dia ... tidak pantas untuk di ceritakan, apakah dia ... orang yang begitu jahat sehingga Ibu sangat takut untuk menceritakan latar belakangnya?" tanya Alaska sekali lagi.
Nirmala mulai memejamkan matanya wanita paruh baya itu sadar jika anaknya sudah berada di usia yang cukup matang, meskipun hatinya terasa berat untuk berterus terang.
"Bu ... tolong jangan pernah membuat Alaska penasaran, apapun keadaan ayahku tolong kasih tahu saja, biar Laska tahu," ucap anaknya itu sedikit mendesak.
Nirmala semakin bingung dengan pertanyaan sang anak yang semakin membuatnya terdesak. "Sayang ... jika Ibu menceritakan semua apa kamu yakin bisa menerimanya?"
Alaska menatap sang Ibu sejenak. "Laska janji akan menerima semuanya dengan lapang dada."
"Meskipun itu sangat menyakitkan," potong Nirmala.
"Iya Bu, apapun keadaannya Laska akan menerimanya," sahut Laska penuh dengan keyakinan.
"Nak ... dulu ibumu ini kenal dengan ayahmu dan langsung suka begitu saja lambat laun ayahmu mengajak Ibu menikah, meskipun hanya siri bodohnya Ibu waktu itu menerima begitu saja tanpa mencari tahu asal usul ayahmu yang ternyata sudah mempunyai keluarga."
Deg!!!
"Apa! Jadi Ibu merupakan madu di dalam pernikahan tersebut?" sahut anaknya itu dengan terkejut.
"Iya Nak ... maafkan Ibu yang sudah membawamu ke dalam masalah pelik ini," sahut Nirmala dengan menahan air mata yang mulai menggenang.
"Terus gimana Bu ... itikad ayah setelah tahu Ibu hamil?" tanya Alaska penasaran.
Nirmala hanya terdiam ia tidak tahu harus bercerita atau tidak dengan sesuatu yang ia tahu pastinya akan membuat hati anaknya terluka.
"Nak ... tolong jangan paksa Ibu untuk bercerita dengan sesuatu yang Ibu sendiri sulit untuk ungkapkan," sahut Nirmala.
Alaska menatap ibunya dengan sorot mata yang penuh tanda tanya. Hatinya gelisah, seolah ada sesuatu yang disembunyikan.
“Ibu, jangan lagi sembunyikan apa pun dariku,” desaknya dengan suara bergetar. “Kalau ada hal yang bisa membuatku terluka, biarlah aku yang menanggungnya, bukan Ibu sendirian.”
Nirmala menggeleng pelan, air mata sudah menggenang di sudut matanya. “Nak … Ibu tidak sanggup. Kata-kata ini terlalu berat untuk Ibu ucapkan. Ibu takut kau membencinya, atau justru membenci Ibu karena Ibu tidak bisa berbuat apa-apa.”
"Tidak Bu, Alaska tidak akan pernah membenci siapapun Alaska hanya ingin tahu kejadian yang sesungguhnya itu saja," ucapnya penuh keyakinan.
"Ayah ... ayahmu tidak tidak pernah menginginkan ...." ucapan Nirmala terhenti di kata terakhirnya.
"Aku tahu, dia tidak menginginkan ku karena aku anak dari wanita yang identitasnya dia sembunyikan ... itu kan Bu yang ingin Ibu katakan."
Nirmala hanya bisa menangis dia sebenarnya tidak ingin mengatakan hal tersebut kepada sang anak, namun sebagai seorang Ibu ia juga tidak mau membuat anaknya berharap lebih banyak kepada seorang yang tidak pernah menginginkan kehadirannya.
"Ibu jangan menangis, aku kuat, lihatlah anakmu tidak menangis kan ...ayo lihat aku tataplah aku Bu," pinta Laska.
Sementara Nirmala langsung mendekap tubuh sang anak dengan tangisan yang sudah tidak bisa ia tahan lagi.
"Aku kuat Ibu, aku gak akan gentar meskipun orang yang membuatku hadir di dunia ini tidak pernah mengharapkan kehadiranku sama sekali," ucapnya sambil mendekap tubuh sang ibu.
Alaska mendongakkan kepalanya keatas menahan air mata yang akan menetes membasahi pipinya, ia tahu ini sangat menyakitkan, tapi cerita ini menjadi awal untuk dirinya agar tidak berharap terlalu banyak untuk bisa bertemu dengan sang Ayah.
Bersambung ....
Selamat malam semoga suka ya