Dyah Galuh Pitaloka yang sering dipanggil Galuh, tanpa sengaja menemukan sebuah buku mantra kuno di perpustakaan sekolah. Dia dan kedua temannya yang bernama Rian dan Dewa mengamalkan bacaan mantra itu untuk memikat hati orang yang mereka sukai dan tolak bala untuk orang yang mereka benci.
Namun, kejadian tak terduga dilakukan oleh Galuh, dia malah membaca mantra cinta pemikat hati kepada Ageng Bagja Wisesa, tetangga sekaligus rivalnya sejak kecil. Siapa sangka malam harinya Bagja datang melamar dan diterima baik oleh keluarga Galuh.
Apakah mantra itu benaran manjur dan bertahan lama? Bagaimana kisah rumah tangga guru olahraga yang dikenal preman kampung bersama dokter yang kalem?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Santi Suki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19
Rumah Galuh ramai oleh orang-orang yang membantu memasak untuk acara hajat pernikahan. Mama Euis memeriksa apa saja yang harus mereka kerjakan.
Sementara Galuh, dia sedang berada di kota madya, bersama Bu Kania. Dia melakukan perawatan tubuh di salon.
"Begini nasib punya mertua orang kota," batin Galuh. Dia merasa tidak nyaman tubuhnya dipegang-pegang sama orang lain.
Mau menolak ajakan calon mertuanya, malah kena ultimatum dari Mama Euis. Jadi, mau enggak mau Galuh ikut.
"Tubuh si Teteh meni kenceng kieu," ucap pegawai salon yang sedang memberikan luluran pada tubuh Galuh.
"Tentu saja. Namanya juga masih muda," balas Galuh.
"Kayak tubuh atlit olahraga," lanjut wanita paruh baya itu sambil mengurut punggung Galuh biar aliran darahnya lebih lancar.
"Aku guru olahraga, Bu," balas Galuh dengan malas.
Hampir dua jam Galuh mendapatkan perawatan salon, dari ujung kaki sampai ujung kepala. Semua biaya ditanggung oleh Bu Kania.
"Sekarang kita pulang, Bu?" tanya Galuh begitu ke luar dari salon.
"Makan dulu, ya? Kalau sampai rumah takut enggak keburu makan karena banyak pekerjaan," jawab Bu Kania.
"Padahal masih ada waktu lima hari lagi. Tapi, sekarang sudah pada sibuk semua," batin Galuh.
Ternyata benar, begitu sampai ke rumah, sudah banyak orang yang sedang mengupas bahan-bahan untuk bumbu. Sebagian menggoreng kerupuk udang dan kacang tanah. Mereka mendahulukan mengolah makanan yang tahan lama.
"Wah, calon pengantin cantik banget!" puji ibu-ibu yang sedang sibuk mengupas kentang untuk dibuat mustofa.
Galuh tersenyum malu-malu dibilang cantik. Dia juga mengakui setelah mendapatkan pelayanan di salon, terlihat lebih cantik.
"Siapa dulu ... cucuku!" balas Nini Ika dengan penuh bangga.
"Nin Ika, jangan lupa lempar dalaman ke genting, buat penangkal hujan," celetuk seorang nenek yang usianya sebaya Nini Ika.
"Iya. Nanti pakai kolornya si Dhika," balas Nini Ika dan ibu-ibu yang mendengar itu tertawa.
Suasana rumah yang ramai membuat Galuh merasa senang. Dia juga ikut membantu menyiapkan makanan untuk orang-orang yang sedang bekerja.
"Katanya Bagja belum cuti. Dia cuma diberi jatah libur tiga hari," ucap Mama Euis dan Galuh membenarkan.
"Kasihan sekali Bagja. Pekerjaannya sangat berat. Apalagi di kampung ini dokter cuma ada dua orang. Kalau Bagja libur, Pak Cahyo yang sudah tua, kerja sendiri," lanjut Mama Euis.
***
Waktu terus bergulir, tidak terasa besok adalah hari pernikahan Galuh dengan Bagja. Sekarang perempuan itu sedang menyiapkan diri untuk acara siraman. Sudah banyak orang-orang yang datang memenuhi halaman rumah Pak Dhika karena ingin menyaksikan serangkaian adat sebelum pengantin melakukan ijab qobul.
Acara pengajian dilakukan setelah sholat ashar. Ustadz Hambali memberikan wejangan kepada keluarga Galuh, terutama calon mempelai perempuan. Apa itu pernikahan? Tujuan pernikahan? Hak dan kewajiban seorang istri dan suami. Bagaimana agar kehidupan rumah tangga yang dijalani nanti menjadi ibadah yang bisa mendatangkan banyak pahala bagi kita.
Air mata orang-orang jatuh saat Galuh sungkem meminta maaf kepada kedua orang tuanya. Dia menangis tergugu, begitu juga dengan kedua orang tuanya. Dia mengucapkan rasa terima kasih kepada mereka yang sudah mengurus dan mendidiknya. Lalu, meminta izin dan restu untuk dinikahkan.
Serangkaian acara siraman dilakukan dengan berjalan lancar awalnya sampai Galuh di siram dengan air bercampur bunga yang ada di dalam gentong. Tiba-tiba hujan deras turun bercampur angin sehingga membuat orang-orang berlarian ke teras rumah Pak Dhika, berdesak-desakan.
Tenda yang sudah terpasang di halaman tiangnya bergoyang-goyang mengikuti sapuan angin yang bertiup kencang. Melihat itu orang-orang ada yang bertakbir dan ada juga yang berteriak ketakutan.
Galuh yang masih duduk di kursi ditinggalkan begitu saja oleh kerabatnya yang tadi mengantri untuk melakukan siraman.
"Hei, kok, aku ditinggal sendirian!" teriak Galuh sambil melambaikan tangannya minta di ajak menyelamatkan diri.
"Tunggu sebentar! Anginnya kenceng banget. Kalau bisa kamu jalan sendiri ke sini," teriak kerabat Galuh dan itu membuat sang calon pengantin wanita ingin mengamuk kepadanya.
Sudah tubuhnya hanya berbalut kain samping/jarik dalam keadaan basah. Angin kencang menerpa terus badannya sehingga membuat Galuh mengigil kedinginan.
"Kok, bisa hujan besar begini! Jangan-jangan Nini Ika lupa lempar kolor ke atas genting," celetuk salah seorang warga.
Pak Dhika yang tadi sempat pergi menemui tamunya langsung berlari ke arah Galuh. Lalu, laki-laki paruh baya itu membopong anaknya dan mengajaknya pergi dari sana untuk dibawa masuk ke dalam rumah.
"Tuh, sudah saya bilang, 'kan, kalau pengantin itu jangan di mandikan. Kalau calon pengantin mandi akan turun hujan," ucap salah seorang kerabat Galuh yang berdiri tidak jauh pintu.
"Itu mitos," balas wanita paruh baya.
"Tapi, sering kejadian kalau pengantin wanita mandi sehari sebelum acara pernikahan, selalu turun hujan," sanggah wanita tua tadi.
"Iya. Biasanya hujan gerimis atau hujan biasa saja. Kalau ini hujan badai seperti ini jarang sekali terjadi," lanjut wanita berbadan gempal yang berdiri dekat pintu masuk ke rumah.
Acara dilanjutkan lagi setelah hujan reda. Semua warga merasa senang, apalagi saat dilanjutkan dengan acara saweran. Banyak anak-anak gadis yang ingin segera menikah semangat ikut berebut mau itu uang, permen, atau bunga.
Saat malam hari Galuh melakukan luluran karena tadi sore jadwal terlalu padat karena banyak tamu undangan yang datang. Biasanya mereka yang tidak bisa hadir di hari pernikahan, akan datang ke rumah mempelai perempuan sehari sebelum acara. Tamu undangan datang dari pagi sampai Isya, seakan tidak ada henti-hentinya.
***
Hari ini adalah hari pernikahan Galuh. Dia sudah mempersiapkan diri semenjak subuh.
Orang-orang bersiap menyambut kedatangan keluarga mempelai laki-laki. Jarak yang begitu dekat karena hanya terhalang pagar, tidak sampai semenit mereka sudah sampai di depan pagar rumah Pak Dhika.
Mama Euis mengalungkan bunga melati ke leher Bagja yang kini terlihat gagah dengan setelan jas berwarna hitam. Wajahnya berseri-seri saat mendapatkan sambutan dari pihak keluarga Bagja.
Sebuah meja sudah disediakan di ruang depan. Dengan jantung berdebar-debar Bagja berusaha tenang dan mengingat-ingat apa yang harus dia ucapkan nanti saat proses ijab qobul.
Bagja menoleh saat menyadari ada orang yang tiba-tiba duduk di sampingnya. Mata laki-laki itu seakan meloncat ke luar dari tempatnya saat melihat ada wanita sangat cantik hari ini memakai riasan pengantin Sunda.
"Tutup mulutnya, nanti ada lalat yang masuk," bisik Galuh kepada calon suaminya yang mulutnya terbuka lebar.
"Kamu bidadari dari mana?" tanya Bagja tanpa sadar dan pandangan matanya tidak lepas dari pengantin wanita itu.
Galuh mengerutkan kening mendengar ucapan yang keluar dari mulut Bagja. Dia balik menatap calon suaminya itu, lalu menjentikkan jari beberapa kali.
"Bidadari? Aku Galuh! Awas kalau sampai salah ucapkan nama saat ijab qobul nanti," kata Galuh mengancam laki-laki yang masih menatap kepadanya tanpa berkedip.
"Galuh?!" Bagja sangat terkejut.
***
Besok retensi bab 20. Sekarang retensi langsung muncul beberapa saat setelah update bab baru. Makanya banyak yang diluar perkiraan. Semoga saja retensi karya ini bagus seperti Menantu Sableng, Mertua Gendeng
❤❤❤❤😍😙😗
teeharu...
❤❤❤😍😙😙😭😭😘
semoga yg baca semakin banyak....