NovelToon NovelToon
Istri Simpananku, Canduku

Istri Simpananku, Canduku

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / CEO / Ibu Pengganti
Popularitas:68.6k
Nilai: 5
Nama Author: Fauzi rema

Revana Arnelita...tidak ada niatan menjadi istri simpanan dari Pimpinannya di Kantor. namun kondisi keluarganya yang mempunyai hutang banyak, dan Ayahnya yang sakit-sakitan, membuat Revana menerima tawaran menjadi istri simpanan dari Adrian Wijaksana, lelaki berusia hampir 40 tahun itu, sudah mempunyai istri dan dua anak. namun selama 17 tahun pernikahanya, Adrian tidak pernah mendapatkan perhatian dari istrinya.
melihat sikap Revana yang selalu detail memperhatikan dan melayaninya di kantor, membuat Adrian tertarik menjadikannya istri simpanan. konflik mulai bermunculan ketika Adrian benar-benar menaruh hatinya penuh pada Revana. akankah Revana bertahan menjadi istri simpanan Adrian, atau malah Revana menyerah di tengah jalan, dengan segala dampak kehidupan yang lumayan menguras tenaga dan airmatanya. ?

baca kisah Revana selanjutnya...semoga pembaca suka 🫶🫰

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fauzi rema, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

29. Bab 29

...“Kamu gagal jadi istri, kamu juga gagal jadi ibu, Nadya.” -Adrian...

Adrian dan Revana baru saja melangkah memasuki lobi megah gedung perusahaan. Banyak karyawan yang sudah berlalu lalang, para karyawan menunduk sembari tersenyum sopan menyapa sang CEO. Revana berjalan selangkah di belakang Adrian, ia sengaja memberi jarak agar orang-orang tidak curiga.

Langkah Adrian tiba-tiba terhenti ketika terdengar suara lantang memanggil namanya.

“Adrian!”

Revana sontak terkejut, wajahnya pucat. Dari arah pintu masuk, Nadya berjalan cepat dengan wajah tegang dan penuh emosi. Para karyawan yang berada di sekitar lobi langsung menoleh, suasana seketika menegang.

“Adrian! Apa maksudmu? Kenapa uang yang kamu kirimkan tidak sebanyak biasanya?!” seru Nadya tanpa peduli semua mata kini tertuju padanya.

Revana menunduk, nyalinya seolah menghilang. Ada rasa takut sekaligus canggung, apalagi Nadya berdiri hanya beberapa langkah dari mereka. Hatinya berdegup keras, ingin sekali menjauh, tapi kakinya seperti membeku di tempat.

Adrian menarik napas panjang, rahangnya mengeras. Ia menoleh singkat pada Revana, lalu dengan suara datar namun tegas ia berkata,

“Jangan membuat keributan di sini, Nadya. Ikut aku ke ruanganku.”

Nadya sempat hendak melontarkan kata-kata lagi di depan umum, namun tatapan tajam Adrian membuatnya terpaksa menahan diri.

Beberapa karyawan masih berbisik-bisik, suasana lobi bergetar dengan gosip yang pasti akan menyebar lebih cepat dari angin.

Sesampainya di lantai eksekutif, Adrian membuka pintu ruangannya dan membiarkan Nadya masuk lebih dulu.

Adrian menoleh singkat ke arah Revana, lalu berbisik pelan, nyaris tak terdengar, “Sayang, Pergilah ke ruang kerjamu. Biar aku yang urus ini.”

Revana mengangguk kecil, tanpa banyak kata ia segera melangkah menjauh, berusaha menenangkan degup jantungnya yang berisik.

Begitu pintu tertutup, Nadya langsung menoleh tajam pada Adrian.

“Kenapa kamu kurangi uang itu, Adrian? Kamu pikir aku bisa hidup dari uang sisa recehan yang kamu kasih kemarin?!”

Adrian menoleh perlahan, wajahnya tenang tapi matanya tajam. Ia melepas jasnya, menaruhnya di sandaran kursi, lalu berdiri berhadapan dengan Nadya.

“Pertama, turunkan suaramu. Ini kantor, bukan pasar.”

Nadya terdiam sejenak, tapi gengsi membuatnya tak mau kalah. “Aku butuh uang itu, Adrian. Kalau kamu sengaja mempermainkanku—”

“Bukan aku yang mempermainkanmu.” potong Adrian tegas. “kalau kamu ingin hidup bebas tanpa mengurus anak dan suamimu, kenapa kamu masih menggantungkan hidupmu pada uangku tanpa peduli dengan anak-anakmu. Bahkan semalam, ketika kamu menelpon, kamu bahkan tidak menanyakan kabar mereka. Di otakmu isinya hanya soal uang saja.”

Wajah Nadya memerah, bibirnya bergetar. “Itu… itu bukan urusanmu. Aku hanya—”

“Itu urusanku, Nadya!” suara Adrian meninggi, kali ini emosinya pecah. “Aku ayah mereka. Dan aku muak melihatmu mengabaikan tanggung jawabmu sebagai seorang ibu. Mulai sekarang, aku akan tetap memberi uang. Tapi hanya secukupnya. Tidak lebih.”

Nadya menatapnya dengan mata membelalak, nyaris tak percaya Adrian setega itu padanya.

Nadya melipat tangan di depan dada, menatap Adrian dengan senyum sinis yang penuh tantangan.

“Apa maksudmu? Mengurangi uangku ? aku ini istrimu, aku berhak atas semua yang kamu punya, jangan kamu lupa akan tanggung jawabmu padaku Adrian.?”

Adrian menghela napas panjang, tapi suaranya mantap dan tegas.

“Apa kamu nggak ngaca ? Kamu nggak sadar. selama ini kamu tidak pernah lagi menjalankan kewajibanmu sebagai seorang istri. Rumahmu kosong, anak-anakmu lebih memilih tinggal bersama orang tuaku, bahkan satu kali pun aku tak melihat usaha darimu untuk memperbaikinya.”

“Omong kosong!” Nadya membentak. “aku tau kamu hanya mencari alasan. Apa semua ini karena kamu ada wanita lain ? Jangan coba-coba membodohiku, Adrian!”

Adrian mendekat, tatapannya dingin menusuk.

“Terserah apa katamu Nadya, aku tidak peduli, aku lelah hidup denganmu. Kita sudah terlalu lama pura-pura. Aku ingin bercerai, Nadya.”

Nadya terdiam sejenak, lalu tawa kecil keluar dari bibirnya. Tawanya terdengar getir, bercampur sinis.

“Hah… cerai? Kamu pikir akan semudah itu kamu melepasku, apa kata Alesya dan Andrew...mereka tidak akan mau orangtuanya bercerai, mereka pasti akan malu.?”

Adrian mengepalkan tangannya, rahangnya mengeras. “Apa kamu yakin mereka akan keberatan dengan perceraian orangtuanya, apa kamu yakin mereka akan meminta kamu untuk bertahan, sekarang saja mereka tidak mau pulang kerumah, berarti memang sudah tidak ada lagi yang bisa dipertahankan. Aku akan ajukan gugatan cerai secepatnya.”

Senyum Nadya semakin melebar, namun matanya menyala penuh amarah. “Silakan coba, Adrian. Tapi jangan menyesal. Aku tidak akan tinggal diam. Aku akan pastikan kamu menyesal sudah melawanku.”

Suasana ruangan terasa menegang. Hanya suara napas berat keduanya yang terdengar, seakan-akan setiap kata yang keluar adalah anak panah yang siap akan menusuk.

Adrian berdiri tegak, menatap Nadya tanpa gentar. Suaranya merendah tapi penuh dengan ketegasan yang menusuk hati.

“Kamu salah satu-satunya wanita yang beruntung punya suami yang begitu sabar bertahun-tahun. Tapi kamu sia-siakan itu semua. Aku tidak butuh istri yang hanya mengingatku ketika hanya butuh uang saja, sementara anak-anakmu bahkan lebih takut dan kecewa padamu daripada mencintaimu. Kamu gagal jadi istri, kamu juga gagal jadi ibu, Nadya.”

Mata Nadya membelalak, wajahnya menegang mendengar kalimat itu. Kata-kata Adrian seperti tamparan keras yang membuat dadanya sesak.

Adrian melanjutkan, lebih dingin lagi, “Aku tak pernah menyesali memberimu nafkah selama ini. Tapi aku menyesal sudah terlalu lama aku menutup mata. Mulai sekarang, aku tidak akan lagi hidup dengan pura-pura. Jadi pergilah, Nadya. Mulailah biasakan dirimu tanpa uangku.”

Nadya yang semula berdiri angkuh kini tampak kehilangan pijakan. Bibirnya bergetar, namun tak ada kata yang keluar. Air matanya hampir jatuh, tapi ia buru-buru menegakkan kepala, menutupi luka di balik kesombongannya.

Tanpa sepatah kata lagi, Nadya berbalik. Tumit sepatunya menghentak lantai keras, meninggalkan ruang kerja Adrian dengan pintu yang ditutup begitu keras di belakangnya.

Adrian memejamkan mata sejenak, mengembuskan napas panjang, lalu menatap jendela dengan sorot mata yang mantap. Untuk pertama kalinya, ia merasa satu beban berat mulai terlepas.

...⚘️...

Adrian melangkah masuk ke ruang meeting dengan langkah tegap, meski baru saja ada badai yang ia hadapi di ruang kerjanya. Wajahnya tetap tenang, penuh wibawa, seolah tidak terjadi apa-apa.

Di ujung meja, Revana sudah siap dengan map dokumen dan laptop yang terbuka, dibantu oleh Anton yang memastikan semua presentasi tersusun rapi. Begitu melihat Adrian masuk, Revana refleks mengangkat wajahnya.

Tatapannya sedikit lama bertahan pada sosok pria itu. Ada tanya di balik sorot matanya, ada khawatir yang tidak bisa ia ucapkan langsung di depan semua orang.

Adrian yang menangkap tatapan itu hanya memberi anggukan kecil, tenang, seolah berkata "Aku baik-baik saja."

Hanya isyarat singkat, namun cukup membuat dada Revana sedikit lega.

“Selamat pagi, Tuan-tuan,” suara Adrian menggelegar penuh karisma, berganti menjadi sosok pemimpin yang tegas dan fokus. “Mari kita mulai meeting ini.”

Ruang meeting hening sesaat, semua klien dari Italia memberi perhatian penuh. Adrian membuka pembicaraan dengan bahasa Inggris yang fasih, menjelaskan konsep proyek besar yang mereka tawarkan. Anton sesekali menambahkan penjelasan teknis, sementara Revana dengan cekatan menyalin catatan penting, menyiapkan dokumen yang diminta.

Meski sibuk, sesekali pandangan Adrian melirik sekilas ke arah Revana. Hanya sepersekian detik, tapi cukup untuk membuatnya kembali bersemangat.

Meeting itu berjalan intens, penuh negosiasi. Namun aura Adrian tetap menguasai ruangan, pria itu tenang, tegas, dan meyakinkan. Di balik meja, Revana menunduk, menyembunyikan senyumnya. Ia tahu, meski banyak badai menunggu di luar sana, di ruangan ini Adrian menunjukkan dirinya sebagai pria kuat yang pantas ia banggakan.

Meeting berjalan panjang dan menegangkan. Para klien dari Italia menanyakan banyak detail, mencoba menekan harga dan meminta beberapa syarat tambahan. Namun Adrian tidak goyah. Ia menjawab setiap pertanyaan dengan percaya diri, menjelaskan strategi, dan menawarkan solusi yang membuat posisi perusahaannya tetap unggul.

Anton sesekali menambahkan data teknis, sementara Revana mendistribusikan dokumen tambahan dengan cekatan, matanya terus mengikuti alur pembicaraan.

Hampir dua jam penuh perdebatan terjadi, hingga akhirnya salah satu perwakilan klien mengangguk puas.

“Mr. Adrian, I must say… your proposal is convincing. We can agree to this deal.”

Senyum Adrian merekah tipis. Ia menjabat tangan klien itu dengan tegas.

“Thank you. I assure you, this will be the beginning of a strong collaboration.”

Ruangan langsung terasa lebih ringan. Anton menyimpan napas lega, sementara Revana diam-diam ikut tersenyum kecil, bangga melihat bagaimana Adrian membawa semuanya dengan wibawa.

Setelah para klien berpamitan, Adrian masih berdiri tegak di dekat meja. Tatapannya sekilas menangkap Revana yang tengah merapikan berkas-berkas. Sekali lagi hanya isyarat singkat, mata yang berbicara, seolah ia mengatakan. "Kamu lihat kan? Aku baik-baik saja, karena ada kau di sini."

Revana menunduk buru-buru, berusaha menyembunyikan rona wajahnya.

Anton melangkah keluar lebih dulu. Dan ketika ruangan hanya tersisa mereka berdua, Adrian menghampiri Revana yang masih sibuk memasukkan dokumen ke map.

“Kerja bagus,” ucapnya rendah, suara yang terdengar berbeda dengan nada tegasnya tadi saat meeting. Lebih hangat. Lebih pribadi.

Revana mengangkat wajahnya, berusaha bersikap formal. “Sama-sama, Pak. Itu memang sudah tugas saya.”

Adrian menyipitkan mata, menyahut pelan tapi penuh tekanan, “Kamu lupa? Bukan ‘Pak’... kalau kita sedang di luar rapat seperti ini.”

Revana tersentak, tangannya hampir menjatuhkan pena yang ia genggam. Ia membalas tatapan dalam Adrian

“Maaf tapi ini masih di lingkungan kantor.”

Adrian mendekat, mencondongkan tubuhnya hingga jarak mereka hanya sejengkal. “Aku tidak butuh permintaan maaf yang hanya dengan ucapan, aku butuh lebih daripada itu” tatapan Adrian penuh hawa nafsu melihat istri keduanya.

Jantung Revana berdegup kencang. Ruangan itu seolah menyempit, hanya menyisakan mereka berdua.

Namun sebelum ia sempat menjawab, pintu diketuk pelan. Anton menyelipkan kepalanya, pura-pura tak melihat suasana canggung itu.

“Adrian, tim finance sudah menunggu di ruang sebelah untuk tanda tangan kontrak,” katanya sambil menahan senyum.

Adrian berdiri tegak lagi, merapikan jasnya. Ia menatap Revana sekilas dengan tatapan penuh arti, lalu melangkah keluar.

Revana hanya bisa menghela napas panjang, mencoba mengendalikan gejolak dalam dirinya. Ia tahu, semakin hari, semakin sulit baginya untuk menyangkal bahwa hatinya sudah terikat kuat pada pria itu.

...⚘️...

...⚘️...

...⚘️...

...BERSAMBUNG.....

1
Siti Naimah
rasain lho Rani..makanya jadi orang jangan jahat... akhirnya jadi panas sendiri🤭
Ma Em
Nadia kamu yg berulah kamu yg marah itulah akibat dari semua kelakuanmu pada anak2 dan suamimu karena Nadia terlalu terlena dgn kemewahan sehingga melupakan suami dan anak2 nya , jgn sampai Nadia mencelakakan Revana Thor .
Ririn Susanti
ayo nadia beli kulkas biar gk panas
Randa kencana
Ceritanya sangat menarik 🥰
Ma Em
Adrian secepatnya klarifikasi berita yg tdk benar jgn sampai menghancurkan segalanya , beritahu semua masalah yg ada di keluargaku agar TDK berkepanjangan dan langsung bungkam orang2 yg ingin menjatuhkan mu Adrian .
kalea rizuky
hmmm apapun alesannya selingkuh tetap g bs di benarkan paham
Anita Rahayu
TOLONG THOR BUAT NADYA MALU KARNA JADI ISTRI DAN IBU YG GAGAL DIA DI CERAIKÀN KARNA TUKANG BELANJA GK URUS SUAMI DAN ANAK TITIK
DAN UTK RANI BUAT DIA SADAR DIRI KERJA JGN NGAREPIN MANTAN KAKAK IPAR UNTUK BIAYA HIDUPNYA BUAT VIRAL👌👌👌👌👌👌👌👌👌👌😈😈😈😈😈😈😈😈😈😈😈😈😈
Ma Em
Selamat untuk Alesya yg sdh diterima di kedokteran dan juga Alesya tdk terhasut sama Rani dan Nadya yg ingin memecah belah Adrian dan Revana .
Anita Rahayu
Thor langsung ke penjara aja karna ke tangkep tangan usaha nyelakainnya gagal sama adiknya biar tobat tuh 2 benalu😈😈😈😈😈😈😈😈😈😈
Ma Em
Adrian benar Alesya hrs hati2 sama Rani karena dia akan berbuat jahat pada Alesya , pokonya Alesya jgn sampai lengah jgn percaya mulut manis tapi berbisa apalagi Rani emang sdh TDK suka pada Alesya .
refinorman norman
💪 thor,,, up lagi donk
Ma Em
Rani yg tdk tau malu dan tak tau diri wajar Alesya masuk kuliah di kedokteran karena bapaknya mampu membiayai kuliah anaknya lah si Rani cuma ipar minta dibayarin juga uang kuliahnya mending kalau Nadya kelakuan nya benar dan baik2 sama anaknya yg ada di otak Nadya cuma uang ..uang dan uang ga ada yg lain dasar keluarga benalu kamu Rani dan keluargamu .
Anita Rahayu
buat nadya kalah di persidangan DAN
dia jadi gembel kalau butuh uang harus kerja biar dia tau capeknya jadi adrian kayak mana
MANTAP GK THOR🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣😈
Ma Em
Nadya nekad menjual semua perhiasannya demi untuk memenangkan gugatan harta Gono gini yg banyak , tapi blm tentu dapat Nadya y perhiasan yg ada saja kamu jual takut nanti setelah habis simpananmu sidangnya kalah Nadya dapat zonk .
Ma Em
Semoga keputusan Adrian untuk berpisah dgn Nadya tdk ada hambatan dan dimudahkan di segala urusannya .
Ma Em
Nadya itu akibat kelakuanmu yg sdh mengabarkan kan suami dan anak2 mu , Nadya tdk akan bisa lagi membuat Adrian kembali pada Nadya karena sekarang Adrian sdh punya istri yg mau mengurus kebutuhannya dan juga anak2 nya dan Nadya sdh kalah telak dari Revana , terima saja nasibmu Nadya yg tdk bisa berfoya foya lagi .
Ma Em
Nadya ngaku istrinya Adrian tapi tdk pernah mengurus rumah tangganya suami dan anak2 nya dia abaikan sekarang Nadya nuntut haknya dari Adrian sedangkan kerjaannya cuma foya2 menghabiskan uang Adrian .
Ma Em
Alesya berani kasih tau mamanya tentang Adrian sdh nikah lagi dgn Revana yg membuat Nadya jadi sock karena tdk menyangka Adrian berani nikah lagi , makanya Nadya punya suami itu dilayani dgn baik bkn cuma dijadikan ATM berjalan doang uangnya mau tapi suami dan anak2 nya tdk diperhatikan
Ma Em
Nadya mau anak2 nya kembali tinggal bersama nya tapi kelakuan nya sangat kasar pada Andrew dan Alesya mana mau anaknya tinggal dgn Nadia malah lbh berpihak ke ibu tiri karena Revana baik bisa ngemong dan sayang sama mereka berdua
Ma Em
Pasti Adrian ngamuk tuh langsung ceraikan saja Nadya jgn biarkan Nadya merusak mental Andrew dan Alesya malah akan membuat anak2 jadi trauma nanti .
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!