perjalanan seorang anak yatim yang berusaha menjadi pendekar untuk membalaskan dendam atas kematian pamannya karena perampokan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bang deni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keluar dari Jurang kematian
Dengan sabar Arya meneliti jebakan jebakan yang di buat gurunya Ki Laksana Jati, ia tak mau merusak tempat itu ia ingin tempat itu menjadi rumahnya, tempat ia mendapat kekuatan dengan berlatih di sana hanya makan buah buahan hutan dan ikan.
Arya membawa buntelan kecil lusuh untuk menaruh sebagian kecil koin emas , selebihnya ia menaruh di cincin ruang warisan sang guru. hanya sebagai penyamaran, bila orang lain tahu dia memiliki cincin yang ajaib dan juga merupakan sebuah kunci, dia pasti di buru oleh orang orang persilatan. Terkadang golongan putih pun akan di buat buta oleh sebuah pusaka .
Saat keluar dari pintu jurang, ia mendapati dirinya berada di sebuah tebing pinggir sungai , ia mencoba mengingat arah jalan ke desa nya di mana ia di besarkan oleh paman Wira , ia berniat mencari tahu di mana di makamkan pamannya itu.
Semakin menyusuri tak terasa air matanya menetes, ia perlahan mengingat saat melewati sebuah pohon yang rindang dengan salah satu dahan bengkok , di sana ia sering bermain bersama pamannya setelah mandi di sungai ( jaman dulu belum ada kamar mandi yah).
Ia termangu menatap desa yang jauh terlihat jauh berbeda , lebih maju hanya saja terasa asing, tak ada anak anak bermain seperti di masanya dulu, desa itu seakan desa mati, ia berjalan mencari siapa yang bisa di tanya.
"Apa pak lurah masih ada yah ?" gumam Arya , ia melangkahkan kakinya menuju rumah pak lurah ,berharap apak lurah masih ada di desa itu.
saat berjalan menuju rumah pak lurah, ia merasa ada banyak yang memperhatikan di dalam rumah rumah itu , ia mengerahkan mata ketiganya ,ingin mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Kini ia bisa melihat , semua orang ada di rumah dan sedang mengintip dirinya
" apa yang terjadi di sini?" tanya Arya tak mengerti mengapa penduduk desa pad ketakutan seperti itu.
" tok "
" tok"
" tok"
Arya mengetuk pintu rumah pak lurah, walau ia tahu pak lurah ada di balik jendela .
" pak buka pak, ini saya Arya ponakan paman Wira " ucap Arya
ceklek
krieeeet
" cepat masuk" pak lurah dengan cepat menarik tangan Arya dan di dalam tiga pemuda sudah siap dengan pemukul di tangannya .
" katakan siapa kamu sebenarnya!" bentak satu pemuda .
" aku Arya, jaya, kamu lupa sama aku?" ucap Arya santai.
" Jaya, Bendi, Karyo, kalian lupa sama aku, awas nanti kamu di seruduk kambing lagi Karyo "lanjut Arya melihat mereka tak percaya.
" kamu benar benar Arya? Aku pikir kamu sudah pergi " Karyo memeluk Arya dengan gembira, ia tak ragu lagi ,karena hanya Arya yang tahu dirinya di seruduk kambing saat sedang bermain berdua .
" aku selamat, tapi aku selama ini terkurung di lembah, dan baru bisa keluar kemarin ,aku langsung kemari" jawab Arya,
" syukurlah, kamu selamat, mari duduk ceritakan pada kami apa yang menimpamu, hingga baru datang kemari?" pak lurah Yudha, menarik Arya duduk, ia tak sabar mendengar cerita Arya.
" ga banyak yang bisa aku ceritakan pak, aku terjatuh di jurang kematian, dan baru bisa keluar dari sana kemarin" kawan Arya
" ju...jurang kematian" tanya jaya memastikan. Arya mengangguk .
" paman apa yang terjadi di sini mengapa semua pada ketakutan?" tanya Arya penasaran.
" hais, setiap sebulan sekali perampok dari gunung elang, kembali kemari meminta upeti, kalau tidak kami akan di habisi dan desa ini akan di hancurkan " keluh pak lurah
" apa pihak kerajaan tak ada mengambil tindakan?" tanya Arya heran,
" kami pernah melapor, tetapi saat prajurit itu datang mereka tak pernah kemari, namun saat prajurit itu pergi mereka datang dan membunuh beberapa orang lagi dan mengancam kami, dari situ kami tak ada yang berani melapor" tutur pak lurah, Arya mengepalkan tinjunya, emosinya naik mendengar perampok Gunung Elang masih meneror desa itu
" kapan mereka akan mengambil upeti nya paman?" tanya Arya, ia berniat membasmi Perampok Gunung Elang walau nyawa taruhannya.
" besok pagi, mereka akan datang mengambil upetinya, kenapa Arya?" tanya pak lurah penasaran.
" tidak apa apa paman, hanya bertanya saja "ucap Arya, ia menoleh pada Karyo
" aku mau butuh baju, di mana aku bisa mendapatkannya?" tanya Arya pada Karyo.
" ada di pasar, di toko Bu Tuti, tetapi mungkin lusa baru akan buka tokonya" jawab Karyo " kamu pakai punyaku saja dulu, nanti baru beli bila toko nya buka " lanjut Karyo , tubuhnya memang tak jauh beda dengan tubuh Arya .
" terima kasih Yo , " ucap Arya tulus .
Malam itu mereka berbincang bincang dengan penuh kerinduan , namun Arya bisa melihat jejak khawatir di mata ketiga teman kecilnya itu.
" eh iya , ada orang kerajaan menanyakan mu, seorang wanita ,Nirmala namanya" ucap Jaya tiba tiba, saat teringat bila pernah ada seorang wanita remaja mencarinya bersama para prajurit.
" Nirmala ?, anak Panglima saka?" tanya Arya ,ia jelas mengetahui karena dulu Nirmala sering berkunjung dan memberinya makanan enak dan juga memberinya pakaian yang bagus.
" iya yang dulu sering di ganggu sama Bendi " timpal Karyo . " eh sekarang dia cantik sekali " bisik Karyo
" nanti aku akan berkunjung kesana, kalian besok antar aku ke makam paman Wira yah,?" pinta Arya
" tenang, tapi sesudah para perampok itu pergi yah" ucap jaya.
" apa tak pernah ada pendekar yang datang menolong desa kita?" tanya Arya
" Desa kita ini terpencil , jarang ada yang mampir" keluh Bendi.
" ya sudah sekarang kita istirahat, sudah malam" ucap Arya ,ia harus memulihkan tenaganya, agar bisa menghabisi semua perampok yang datang besok
🖤🖤🖤🖤
Di pagi hari, sebelum Ketiga nya bangun Arya sudah berada di jalan masuk desa , ia mengawasi jalan masuk desa yang akan di lalui oleh para perampok itu seperti yang di beritahu oleh paman Yudha
" sepertinya di sini tempat yang pas untuk mengintai" gumam Arya tak lama. Dari arah hutan delapan orang nampak berjalan dengan gaya yang angkuh, petantang petenteng , seakan dunia milik mereka.
" ha ha ha, kita bisa kaya tanpa bertarung bila semua desa seperti ini, dan ini baru tiga desa yang memberi upeti, apalagi bila semua desa di sini membayar upeti pada kita." seorang berkata dengan tertawa ,
" ya, besok kita ke desa di sebelah sana, mumpung prajurit kerajaan Bintang sedang sibuk dengan kerajaan matahari. " sahut seorang lagi.
Wuut
plaaak
aduuuh
Satu orang menjerit kesakitan, sebuah batu mengenai kepalanya.
Wuut
plaaak
aduuuh
" keluar siapa yang berani mengganggu kamu!" teriak mereka
Arya turun dari atas pohon dan mendarat di depan mereka
" kalian salah jalan!" ucap Arya, tongkat hitamnya sudah berada di tangannya.
" siapa kau!!, apa maksudmu kami salah jalan!" bentak salah satu dari mereka .
" kalian harusnya ke neraka, bukan ke desa yang di depan!" sahut Arya dia dengan cepat bergerak
wuut
plaaak
aaargh
Satu menjerit karena kelapanya terkena tongkat Arya, dan tewas dengan kepala retak.
Serang bersama!" satu perampok itu langsung memberi perintah agar mengeroyok Arya