Setelah sepuluh tahun menjanda setelah pernikahan kedua, Ratna dihadapkan oleh perilaku tak terduga dari anak tiri yang ia rawat. Setelah menikah dengan Dirli, Amora mengusir Ratna dari rumah peninggalan ayahnya (suami Ratna).
Suatu hari, ia bertemu dengan seorang pria tua memakai jaket ojek online. Pria bernama Robin itu melihat ketulusan Ratna yang menolong orang yang tak dikenal. Dengan lantang ia mengajak Ratna menikah.
Dalam pernikahan ketiga ini, ia baru sadar, banyak hal yang dirahasiakan oleh suami barunya, yang mengaku sebagai tukang ojek ini.
Rahasia apakah yang disembunyikan Robin? Apakah dalam Pernikahan yang Ketiga dalam usia lanjut ini, rumah tangga mereka akan bahagia tanpa ada konflik?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CovieVy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
8. Melamar Untuk Kedua Kali
Sementara itu, beberapa meter dari warung Ratna, Dirli mengerutkan kening saat melihat mobil dinas milik kantor sedang terparkir. Ia begitu hapal dengan mobil itu.
"Amora? Apakah dia berniat meminta maaf sendiri tanpa mengatakan apa pun padaku?"
Dirli pun berjalan mendekat ke warung. Tapi yang terdengar suara istrinya yang sinis.
"Apa maksudmu Amora? Bahkan Mama tidak tahu suamimu bekerja di mana." Terdengar suara ibu tiri Amora, terdengar sedih.
"Alaaah! Kenapa Mas Dirli tadi ...."
"Ck, perempuan ini memang hanya membuat susah aja?" Dirli menghela napas dan memasuki pintu warung. Tempat yang sebenarnya ingin ia hindari. Akan tetapi, keadaan yang memaksa hingga membuatnya tak memiliki pilihan lain.
"Amora?" Dirli mengeluarkan suara dingin membuat sang istri terpaku tak menduga dirinya kembali tertangkap basah oleh sang suami.
Dirli beralih pandang ke arah mertua tirinya, Ratna. Ekspresi wajahnya seketika seketika berubah dari kaku menjadi penuh senyuman hangat.
"Loh? Bukannya itu Abang yang ngasi—"
Komentar driver ojek online langsung terhenti begitu melihat Dirli mengisyaratkan sesuatu dengan pandangan matanya, kode diam yang rupanya cukup mereka mengerti.
"Mama, maafkan Amora ya, Ma?" Dirli berjalan mendekat dan menarik tangan Ratna langsung mengecupnya dengan rasa hormat.
"Maafkan aku juga yang belum becus mendidik istriku?" Dirli melirik Amora memberi isyarat mata agar segera mendekat pada mereka.
Namun, kening Amora mengerut dan menggeleng cepat. Bibirnya sedikit maju menjelaskan ia juga enggan untuk melakukan hal yang sama seperti Dirli.
Sementara itu, Robin yang duduk bergabung dengan anggota driver lainnya tersenyum tipis sembari menikmati kacang kulit kemasan yang diambil dari toples.
"Pak, tadi pria itu ngasih duit ke Bapak juga, buat belanja di sini?" tanya driver yang paling dekat.
Robin menggelengkan kepala. "Saya ke sini demi mengejar cinta penjual kopi ini. Kalian mau mendukung saya?" ucap Robin melirik Ratna yang tampak kebingungan dengan situasi aneh yang disutradarai secara diam-diam olehnya.
"Amora?" Suara Dirli terdengar tegas dengan sedikit bentakan.
Amora terlihat geram, menghentakkan kaki beberapa kali di lantai. Sebelum akhirnya melangkahkan kaki dengan berat hati ke arah mereka.
"Sudah lah, Nak Dirli, jangan memaksa dia. Kalau permintaan maaf dilaksanakan bukan dari hati, semua pasti akan percuma saja. Biar kan saja dia dengan segala kelakuannya. Mama sudah terbiasa dengan semuanya," ucap Ratna bersahaja.
Mendengar ucapan Ratna, amarah Amora semakin meningkat. "Kau—"
Dirli merangkul Amora dari belakang. Tangannya mendorong Amora hingga membuat tubuh sang istri membungkuk tertunduk. "Cepat cium tangan Mama Ratna dan minta maaf!" perintah Dirli tegas.
Hal ini bukan semata-mata dilakukan Dirli, bukan dari hati juga. Melainkan rasa takut yang hebat jika jabatannya harus diturunkan, tentu membuat gajinya turun dengan drastis.
Amora terpaksa mengikuti perintah Dirli. Menarik tangan Ratna hanya dengan dua jari lalu kepalanya menunduk dan menaruhnya di dagu, ya di dagu, bukan di hidung wanita yang membesarkannya itu. Setelah itu, tangan Ratna dilepas begitu saja dengan perasaan dongkol.
Dirli merasa lega, melirik ke kiri dan kanan pojok warung. Siapa tahu ada CCTV dan ini menjadi moment yang membuatnya lepas dari tugas yang diberikan oleh orang kepercayaan sang Presiden Direktur R.H.Group.
Sementara itu, Robin meletakkan kacang yang belum habis ia kunyah, lalu berdiri dan membersihkan tangannya di celana. Ia melangkah ke depan, berdiri di tengah kerumunan kecil warung, menatap Ratna yang masih bingung dan gugup karena keributan barusan.
“Bu Ratna,” katanya sambil menarik napas panjang. “Mungkin ini bukan tempat yang romantis, bukan pula waktu yang tepat. Akan tetapi, nyatanya saya nggak bisa menunggu untuk jawaban 'Iya' terlalu lama."
Semua driver ojol langsung bersorak kecil.
“Hei, hei… tenang dulu kawan-kawan,” Robin mengangkat tangan, melirik Amora dan Dirli.
“Saya ingin memberitahukan kepada keluarga Bu Ratna, bahwa saya ingin menikah dengan dia. Ibu kalian juga janda. Sementara saya tak memiliki istri. Kita sama-sama sendirian dalam waktu yang lama."
"Jadi, please ... Untuk yang kedua kali dalam hari ini saya meminta. Izinkan, saya mendampingi hari-harimu yang tersisa."
"Kamu memiliki masa lalu, dan aku juga sama. Setidaknya kita bisa saling menemani satu sama lainnya. Atau mungkin saling mijetin tiap malam.”
"Ayo, kita menikah."
