NovelToon NovelToon
Gadis Kesayangan CEO

Gadis Kesayangan CEO

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / CEO / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:4.4k
Nilai: 5
Nama Author: jeonfe

Dean Willis Granger cucu dari pemilik Rumah Sakit ternama Gr.Hospital. Menjadi cucu laki - laki satu - satunya dan belum menikah, membuat pria itu menerima beban tuntutan dan harus menerima akan perjodohan yang telah di atur sang kakek.

"ck ini sudah zaman modern tidak perlu perjodohan atau semacamnya" tolaknya dengan santai seraya memakai jas nya.

"Tidak, besok acara makan malam. Tidak ada penolakan Dean" ketusnya yang berlalu meninggalkan cucunya yang mematung.

***

Pertemuan dengan keluarga Ashton nyatanya merubah sudut pandang Dean. Gadis Nakal yang dia temui tempo lalu di sebuah bar nyatanya adalah calon adik iparnya. Sifatnya bertolak belakang dari saat pertama kali bertemu.

"Naomi, masih ingat denganku?" Kedua alisnya terangkat dan memberikan seringainya.

"S-siapa? Mau apa memgikutiku hah? Kau ini calon suami kak Grace!" memberikan ultmatum.

"Aku tidak berselera tidur dengan pria yang usianya lebih tua dariku" ejek Dean menirukan kalimat yang pernah diucapkan Naomi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon jeonfe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Cemburu?

Hujan deras turun sedari tadi. Nampaknya terasa akan lebih lama. Naomi menunggu kedatangan taxi yang tak kunjung datang. Mungkin karena hujan deras membuat mereka menolak semua permintaan orderan.

Naomi menunggu hujan reda di halte, bus terakhir sudah lewat sejak satu jam yang lalu. Dia cukup telat keluar dari Rumah Sakit karena ada pekerjaan yang harus diselesaikan saat itu juga.

"Tiga hari lagi aku mendapatkan upahku, tiga hari lagi aku akan pindah dari apartement. Pasti tidak akan leluasa jika masiha ada aku di sana" gumam Naomi seraya menunduk. Memainkan kedua kakinya dengan mengayunkan sepatunya pelan.

*huacchim*

"Ah cuacanya sedang tidak bersahabat" ucap nya menilai keadaan. Cukup lama menyatu dengan suhu dingin membuatnya flu, apalagi saat hujan deras dia berlari menuju halte dengan baju yang basah terkena hujan, bahkan kini sudah kering kembali.

***

"Oliv sudah tidur ?" Tanya kakek William pada cucu pertamanya yang datang berkunjung bersama suami dan anaknya.

"Iya, akhir - akhir ini dia sangat lengket dengan Luke" jawabnya memberikan informasinya. Bahkan sekarang pun putrinya sedang tidur seraya memeluk ayahnya.

Perjalanan yang cukup melelahkan dari Meksiko.  "Ha ha ya biarkan saja. Itu baik jika seorang anak perempuan dekat dengan ayahnya. Kamu sendiri tidak istirahat?" Tanya William pada Natasha yang malah memilih duduk dan bergabung dengannya di halaman rumah. Memandangi rintik hujan dan lampu taman di halaman mansion yang cantik.

"Nanti saja kek, aku belum mengantuk. Sudah lama aku tidak berbincang dengan kakek." Jawabnya menatap ke arah William dan memberikan senyumnya.

"Ya benar, kakek juga merasakan hal yang sama. Waktu berjalan dengan begitu cepat. Kakek melihatmu tumbuh dewasa dengan baik dan menikah. Memiliki putri yang lucu seperti Oliv" sahut William dengan perasaan yang terenyuh.

"Hmm.. semua berkat kakek." Sahut lagi Natasha dengan senyumnya. Keduanya kembali melihat ke arah depan, udara yang menusuk ke kulit dengan suara rintikan hujan yang terdengar bagaikan terapi.

"Apa Dean lembur ? Aku belum melihatnya kembali" tuturnya mengawali topik pembicaraan yang lain. William yang mendengar itu berdecih lalu tertawa. Sudah cukup lama cucu laki - lakinya itu tidak kembali dan menginap.

"Anak itu tidak akan kembali ke sini. Sudah beberapa minggu ini dia menginap di apartementnya. Mungkin dia tidak ingin bersama dengan kakeknya yang cerewet ini" ucapnya yang membuat Natasha mengerutkan keningnya.

"Kek, mana mungkin dia seperti itu. Mungkin ada alasan lain, karena pekerjaan mungkin makannya dia tidak kembali ke mansion." tutur Natasha yang menjadi penengah.

"ah atau kakek menjodohkannya lagi?" tebaknya yang pasti hasilnya Dean akan menjauh dan menghindar karena perjodohan yang selalu di rancang William.

"ck.. tidak. Aku tidak ikut campur tentang itu lagi. Entahlah, anak itu jarang kesini." ucapnya sendu, menatap kosong ke arah depan.

"Besok pagi aku akan ke sana. Bukankah weekend seharusnya dia tidak ke Rumah Sakit dan seharusnya dia datang ke sini" tutur Natasha yang bulat.

***

*huachiim*

"Hah .. kenapa semakin parah" ucapnya dengan tissue yang siap sedia di tangannya.

Naomi membuka pintu apartement, saat dia menutup pintu dia baru sadar jika ada orang lain yang juga datang ke apartement.

"Dokter Marissa?" Gadis itu mematung saat melihat dokter Marissa yang tengah berdiri seraya melihat figura foto di ruang tengah.

Tubuhnya kaku dan langkahnya menjadi terasa berat, dia ingin menghilang seketika atau berlari menjauh dan keluar. Tapi nyatanya dokter Marissa sudah melihatnya dan bertatapan dengannya. Melihatnya seperti terkejut sama sepertinya.

"Kamu? Kamu yang di Rumah Sakit kan?" Tanya Marissa yang memerhatikan kehadiran Naomi dengan seksama. Perlahan langkahnya mulai mendekat pada Naomi yang masih mematung di dekat pintu masuk.

Ada hal yang membuatnya penasaran. Kenapa gadis itu bisa masuk ke apartement milik Dean. "Naomi kan namanya? Saya sedikit lupa?" Tanya lagi dokter Marissa yang sudah berada tepat di depannya.

"Sayang kita pulang, sepertinya tuan rumah akan segera mengusir kita" kalimat yang terdengar dari belakang. Dean dan Brian baru saja keluar dari arah kamar. Mereka membahas tentang pekerjaan sekaligus perihal keluarga.

***

"Dean kamu berhutang penjelasan" ucap dokter Marissa yang sudah berada di luar pintu apartement seraya mengalungkan lengannya di lengan Brian.

"Kita pergi dulu, thank you bantuannya" ucap Brian pada Dean dan di balas anggukan.

"Sayang aku masih penasaran loh kenapa gadis itu bisa masuk ke apartement sepupumu" omel dokter Marissa yang belum mendapat jawaban yang dia inginkan.

"Sudah sayang, kamu bisa tanyakan nanti ketika di Rumah Sakit. Kita tidak boleh mengganggu mereka" tutur Brian yang menoba memberikan pengertian.

"Lah memangnya mereka mau apa? Ah apa mungkin--" sahut Marissa yang baru menyadari ke arah hubungan yang mungkin saja sedang dijalani oleh Dean.

"Emm ya bisa jadi kan?" sahut Brian mengangkat kedua bahunya.

***

"Aduh kenapa aku jadi senyam senyum begini" ucap Naomi di depan kaca wastafel kamar mandi. Kedua tangannya menepuk nepuk pipinya menyadarkan.

Dia melihat jelas kemesraan dokter Marissa dengan pria lain yang ternyata tunangannya. Entah perasaannya menjadi merasa tenang dan lega, gosip yang beredar belakangan ini ternyata tidaklah benar adanya.

Dean yang digadang - gadang menjadi kekasih dokter Marissa nyatanya bukan demikian. Dokter Marissa memiliki tunangan yang tidak lain sepupu Dean.

"Huh tenangkan diri Naomi, tidak lucu kan tiba - tiba senyum seperti ini. Aku harus terlihat biasa saja" ucap Naomi menenangkan dirinya sendiri.

*huacchiim*

"Aduh .. sebaiknya aku selesaikan masalah flu ini" ucap Naomi memencet hidungnya yang sudah merah.

Dia keluar dari kamar mandi dan melihat Dean yang sedang membereskan kembali berkas - berkas ke dalam box.

Naomi mengambil jaketnya dan mengenakannya. "Kamu mau kemana?" Tanya lagi Dean yang melihat Naomi akan pergi karena tampilannya.

"Aku akan ke apotek di dekat sini sebentar membeli obat flu" jawab Naomi menanggapi.

"Ini sudah malam" ucap Dean yang menyanggah. "Tapi kan masih tetap buka 24 jam" sahut Naomi yang belum mengerti arah maksud ucapan Dean.

"Bukan itu. Kamu diamlah disini tunggu ! Aku yang akan ke apotek." Ucap Dean yang menyelesaikan dengan patas pekerjaan yang sedang dia lakoni.

"Hmm.. maaf merepotkan" ucap Naomi patuh. Dia melepas kembali jaketnya. Melihat gerak gerik kesana kemari membereskan sesuatu.

"Tunggu disini !" Perintahnya dengan tangannya mengacak acak rambut Naomi.

"Emm.. " Naomi tertunduk dan mengulum senyumnya. Menahan ledakan teriakan dari bibirnya. Setelah dia mendengar pintu apartement tertutup. Dia tidak bisa menahannya lagi.

"Aaaa.. astaga kenapa aku jadi seperti ini?" ucapnya berbaring di ranjang dan berguling - guling, bertanya - tanya pada dirinya sendiri Menatap atap kamar Dean dengan senyumnya yang tercurah.

***

Suhu malam semakin dingin, walau selimut sudah menutupi tubuhnya dan berusaha menghangatkannya. Flu nya memang reda, tapi tubuhnya kini demam. Hawa panas menerpa kulitnya, mungkin karena AC kamar yang terlalu rendah.

Naomi mendudukan dirinya dengan selimut yang melilit ditubuhnya. Dia melihat Dean yang masih menggunakan kacamatanya dan duduk di meja kerja. Sungguh membosankan sekali fikirnya, dia harus menyita banyak waktunya untuk bekerja di mana pun.

Naomi hanya bisa tertidur sebentar, sebelum suhu tubuhnya mulai naik dan tubuhnya mulai sedikit menggigil. Dia meyakini jika obat flu yang diberikan oleh Dean dari apotek tadi tidak mengandung bahan aktif seperti paracetamol atau ibuprofen yang bisa mengcover demam sekaligus.

"Kak.." tuturnya dengan suara yang pelan namun bisa terdengar oleh pria itu.

"Iya? Apa kamu membutuhkan sesuatu"? Tanya Dean yang menghentikkan gerakan pena di tangannya. Perhatiannya beralih pada Naomi yang sepertinya membutuhkan sesuatu.

"Aku boleh minta tolong naikan suhu AC nya? Terlalu dingin" ucap Naomi meminta sesuatu. Dean mengerutkan keningnya, suhu AC ini sama seperti hari - hari biasanya. Tapi kali ini respon Naomi berbeda.

Dean beranjak dan mengambil remote AC serta menaikkan suhu di ruangan, langkahnya tidak membawanya kembali ke kursi kerjanya, melainkan menghampiri Naomi dengan perasaan khawatir.

"Apa demam?" Tanya dengan menyentuh kening Naomi dengan punggung tangannya.

"Hmmm.." sahutnya yang terdengar lemas. Dean mulai kebingungan, dia tidak bisa memberikan obat demam sekarang karena obat flu yang sudah dikonsumsi satu jam yang lalu.

"Dingin sekali"? Tanya Dean lagi memastikan, Naomi mengangguk menyetujui pertanyaan itu.

"Aku akan menghangatkan. Tidurlah ini sudah sangat malam Naomi" ucap Dean memerintah. Dia ikut berbaring di samping Naomi dan menarik lengannya untuk berbaring kembali.

"K-kak.." kagetnya karena Dean tiba tiba memeluknya dari belakang. Membawa tubuhnya dalam pelukan hangatnya.

"Tidurlah ! Apakah ini lebih baik?" Tanyanya seraya memberikan pelukan yang sedikit kencang. Naomi belum bisa mencerna dengan sepenuhnya akan apa yang dia alami sekarang. Ini sangat tiba - tiba.

"Umm" angguknya menjawab pertanyaan dari Dean.

Naomi tidak bisa memejamkan matanya dengan benar, dia tidak bisa tidur dalam kondiri hatinya yang berdebar kencang seperti ini.

Dean merasakan pergerakan tangan Naomi. Menyadari bahwa sedari tadi Naomi belum juga tertidur. "Naomi ini sudah mau jam satu pagi" tutur Dean memberikan titahnya dalam kalimat tersirat.

"Aku tidak mengantuk" sahutnya yang membuat Dean tersenyum. "Apa aku harus membacakan dongeng sebelum tidur?" Tanya Dean memastikan.

"Aku bukan anak kecil lagi" sahutnya yang tidak terima akan saran itu. "Hmm baiklah" sahutnya lagi.

Tidak berselang lama dari keheningan itu. Dean memberanikan diri mengajukan pertanyaan yang cukup membebaninya beberapa hari ini.

"Boleh aku bertanya sesuatu?" Tanya Dean pada gadis yang sedang dia peluk.

"Iya, boleh saja" jawabnya yang memberikan lampu hijau pada Naomi.

"Beberapa hari kebelakang aku merasa sikapmu berbeda. Kau selalu menolak berangkat dan pulang bekerja, tidak sarapan di sini atau pun makan malam di sini. Apa aku memiliki kesalahan yang tidak aku sadari"? Pertanyaan yang cukup serius bagi Dean.

Gadis itu menggigit bibir bawahnya. Dia bingung harus memberikan jawaban seperti apa. Jelas saja perubahan sikapnya bukan karena sikap Dean, tapi karena ulah pemikirannya sendiri.

"Tidak. Tidak salah apa - apa" ucap Naomi yang mengelak. Dia mengetahui jika Dean pasti tidak akan mempercayai ucapannya.

"Apakah ucapan dan hati selaras?" Tanya lagi dengan memojokan Naomi agar berkata jujur.

"Hmm.. aku hanya merasa jadi pengganggu saja." Jawab Naomi yang masih ambigu, membuat Dean harus berfikir cukup keras.

"Mengganggu ? dalam hal apa?" Tanya lagi pria itu yang penasaran.

"Hmm.. itu, tentang dokter Marissa. Ah sudah aku tidak mau membahas ini" ucap Naomi yang merasa malu akan sikapnya.

"ck ha ha, kamu bagian dari mereka yang mempercayai rumor itu?" Responnya menertawakan Naomi. "Aku dekat dengannya hanya sebatas rekan kerja. Kita terlihat dekat juga karena dia yang mencariku untuk menggali informasi tentang sepupuku. Mungkin itu menafsirkan hal lain bagi yang melihatnya" tutur Dean yang berusaha mengclear dan menjelaskan yang sesungguhnya.

"Hmm.. iya aku tahu sekarang" jawabnya dengan pelan. Dean menyeringai dan menyunggingkan bibirnya. Dia menarik Naomi agar berbalik menghadapnya. Kedua pasang mata itu saling mengunci satu sama lain.

"Apakah kamu cemburu Naomi"? Tanyanya dengan ekspresi wajah yang serius. Naomi membungkam dan cukup dibuat kikuk.

1
Nor Janah
lanjut thor
Nor Janah
cucu pa William di apart sama cewek pak, nikahkan sja mereka pak🤭
Nor Janah
udah jadian 🤭
Nor Janah
lanjut...
thor
Nor Janah
lanjut Thor, aku suka novelnya
naruto🍓
Thor, ceritanya keren banget! Cepat update lagi dong!
Fannya
Ceritanya kreatif bener, thor! Keren abis. Jangan lupa terus berinovasi dalam menulis ya.
Gatita✨♥️😺
Bener-bener nggak bisa berhenti baca!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!