Setelah berhasil kabur dari Ayah angkatnya, Iyuna Marge memutuskan untuk bersekolah di sekolah elite school of all things Dengan Bantuan Pak kepala yayasan. Ia dengan sengaja mengatur nilainya menjadi 50 lalu mendapat kelas F. Di kelas F ia berusaha untuk tidak terlihat mencolok, ia bertemu dengan Eid dan mencoba untuk memerasnya. Begitu juga beberapa siswa lainnya yang memiliki masa lalu kelam
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anggara The Blukutuk³, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kencan palsu
Tak lama kemudian, Arga dan Rakha datang bersamaan. Keduanya melangkah mantap mengenakan jas hitam dengan kemeja putih yang terlihat elegan. Iyuna mengamati dengan teliti, ia sudah mengetahui kedekatan mereka dari berbagai interaksi yang sering tertangkap matanya saat di sekolah.
Sherin yang membeku, seketika menoleh ke arah Arga yang berlari ke arahnya, napasnya sedikit terengah. "Kau menunggu lama?" Ucap Arga canggung, pandangannya membuka lebar melihat Sherin yang cantik, jemarinya tak berhenti memainkan ujung jasnya.
"Eh? Nggak" Jawab Sherin cool, menyibakkan rambutnya ke belakang telinga.
"Kau terlihat cantik hari ini, Sherin" Puji Arga, berusaha mendapat perhatian, tubuhnya sedikit condong ke depan.
"Terima kasih" Jawab singkat Sherin, matanya menghindari tatapan Arga.
"Kau sudah menunggu lama?" Tanya Rakha, mendekati Iyuna dengan langkah tenang namun sedikit canggung.
"Ya, aku sudah menunggu 4 jam" Jawab datar Iyuna, tangannya terlipat di depan dada.
Rakha tersentak, bahunya menegang. "He? Be-benarkah?" Tanyanya, alisnya bertaut khawatir.
"Tentu saja—" Jawab Iyuna, memberi jeda dramatis.
"—Tidak, aku hanya bercanda" Sambung Iyuna, jemarinya menelusuri rambut yang jatuh di sisi wajahnya.
Iyuna lalu menatap wajah Rakha dan tersenyum ke arahnya, matanya berbinar hangat. "Baiklah, ayo mulai!" Ajaknya ramah, tangannya menepuk pelan lengan Rakha.
Seketika mata Rakha membulat, ia tampak terpesona oleh senyuman Iyuna, tubuhnya seolah membeku. "Eh? I-iya" Ucapnya ragu, tangannya menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.
Arga memandang Rakha dan Iyuna dari arah lain, ia berdiri di samping Sherin yang merapikan lipatan dressnya dengan gerakan anggun. "Aku heran kenapa Ketua Osis yang dingin itu bisa jatuh cinta kepada gadis seperti dia? Apa gadis itu membayarnya?" Monolog Arga, mengetuk-ngetukkan sepatunya ke tanah.
"Mungkin saja, tapi kemarin Rakha-senpai bilang dia akan membawa gadis yang disukainya. Apa benar Iyuna adalah gadis yang disukainya? Kayanya ngga mungkin Rakha-senpai akan menyukai gadis seperti itu" Monolog Arga, lagi, dahinya berkerut dalam.
"Yah, kalau di lihat lihat sih.. Iyuna cukup cantik, belum lagi dia memiliki sesuatu yang jarang gadis lain miliki" Monolog Arga, matanya menelusuri sosok Iyuna dari kejauhan.
Ia kemudian menoleh ke arah Sherin, berusaha membandingkannya dengan Iyuna, matanya bergerak naik turun menilai. "Bahkan dibandingkan milik Sherin, dada Iyuna masih jauh lebih besar. Mungkin cup f? Atau mungkin g?" Monolognya, menelan ludah.
"apa Rakha-senpai menyukai gadis dengan dada besar? Ah sudahlah, untuk apa juga aku memikirkannya" Monolog Arga, lagi, menggelengkan kepalanya untuk mengusir pikiran itu.
Iyuna kemudian menyeret Rakha masuk ke taman dengan antusias, jemarinya mencengkeram lengan Rakha erat. "Ayoook, cepatlah" serunya riang, langkahnya melompat-lompat kecil.
"eh? Iya iya, biarkan aku berjalan sendiri" Ucap Rakha, berusaha menyeimbangkan langkahnya yang terseret.
Sherin dan Arga pun masuk menyusul Iyuna dan Rakha, berjalan beriringan dengan jarak yang canggung. Sesekali Arga berusaha menyambar tangan Sherin, jemarinya hampir menyentuh tangan gadis itu, namun Sherin selalu menghindarinya dengan gerakan halus, menggeser tubuhnya menjauh. Yah, Sherin tidak menyukai Arga, ia berkencan dengan Arga agar Arga mau ikut kelompok belajarnya. 1²nya orang yang dicintai Sherin hanyalah Eid untuk saat ini.
"Jadi? Pertama², kita ngapain?" Tanya Iyuna antusias, memiringkan kepalanya menatap Rakha yang gugup, matanya berbinar penuh harap.
"etto, tunggu sebentar. Aku agak lupa dengan rencananya" Ucap Rakha, melirik ke arah lain, jemarinya mengusap dagu dengan gugup. "kenapa dia jadi bersemangat gini dah? Dia ini overdosis bensin apa gimana?" Monolog Arkha, sesekali melirik Iyuna yang bergerak-gerak tak sabaran di sampingnya.
"hei! Sudah kuduga kau akan lupa! Ayo kita ke jalan ke sana dulu" Teriak Arga, menunjuk ke jalan disampingnya dengan gerakan lebar.
"kita mau kemana?" Tanya Sherin, memegangi rok dressnya karena angin yang berhembus.
"kita akan ke restoran di sana. Kami sudah mereservasinya" Jawab Arga, dagunya terangkat bangga. "kamu pasti belum sarapan kan?" Tanya Arga, tersenyum ramah menatap Sherin, tubuhnya sedikit condong ke arah gadis itu.
"E-eh? Iya, belum" Jawab Sherin, perutnya berbunyi pelan. "tau aja ni orang" Monolognya, mengalihkan pandangan ke arah lain.
"Ayο!" Ajak Iyuna, sambil mengulurkan tangannya ke Rakha, jemarinya terbuka lebar menunggu.
Rakha menerima uluran tangannya dengan ragu, "I-iya, ayo" lalu mereka berdua berjalan menyusul Sherin dan Arga dengan bergandengan, langkah mereka sedikit canggung namun berusaha serasi.
Sesampainya di restoran yang di tuju, mereka duduk berseberangan di kursi & meja yang sudah di reservasi. Iyuna menatap sekeliling ruangan dengan penasaran, kepalanya berputar mengamati setiap sudut. Dan menatap ke salah satu kamar mandinya, matanya menyipit penuh perhitungan. Iyuna duduk di samping Rakha, berseberangan dengan Sherin. Sedangkan Arga duduk di samping Sherin, berseberangan dengan Rakha, sesekali membenahi posisi duduknya untuk lebih dekat dengan Sherin.
"hei, ikut aku sebentar" Bisik Iyuna ke Rakha, bibirnya nyaris menyentuh telinga Rakha.
Rakha menoleh, alisnya terangkat heran. "kemana?" bisiknya, matanya memperhatikan Iyuna yang berdiri dan berjalan ke arah kamar mandi dengan langkah ringan namun tegas. Lalu Rakha mengikutinya, mendorong kursinya ke belakang dan bangkit dengan gerakan kikuk. Sedangkan Arga dan Sherin masih asik mengobrol, duduk berdekatan dengan kepala yang saling condong.
Setelah sampai Rakha masuk ke kamar mandi (lebih tepatnya halaman depan kamar mandi), ia menyandarkan tubuhnya ke dinding, bahunya rileks namun tatapannya waspada, memperhatikan Iyuna yang sedang mencuci mukanya di wastafel, jemarinya dengan lembut membasuh wajahnya yang pucat.
"hei, mengapa sikapmu tadi sangat berbeda dari biasanya? Apa kau mengonsumsi sesuatu yang berbeda pagi ini?" Tanya Rakha, matanya menyipit curiga, lengannya terlipat di depan dada.
"tidak" Ucap Iyuna datar, mematikan keran dengan gerakan tegas.
"He?" Gumam Rakha terkejut, matanya terbelalak lebar, tubuhnya menegak seketika.
"loh? Dia kembali seperti semula?" Monolog Rakha bingung, jemarinya mengusap tengkuknya dengan gelisah.
Iyuna menoleh ke arah Rakha, memandangnya lurus dengan matanya yang dingin. "itu tadi—" ucapnya pelan, mengambil tisu untuk mengeringkan wajahnya.
"—Hanya Akting" Jawab Iyuna datar, membuang tisu ke tempat sampah dengan gerakan presisi.