Namanya Kevin. Di usianya yang baru menginjak angka 20 tahun, dia harus mendapati kenyataan buruk dari keluarganya sendiri. Kevin dibuang, hanya karena kesalahan yang sebenarnya tidak dia lakukan.
Di tengah kepergiannya, melepas rasa sakit hati dan kecewa, takdir mempertemukan Kevin dengan seorang pria yang merubahnya menjadi lelaki hebat dan berkuasa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rcancer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Motif Tersembunyi
Kevin termenung di dalam kamar yang disediakan untuknya. Kamar yang sangat luas dan nyaman, tidak seperti kamar yang dia gunakan saat berada di rumah Dirgantara.
Kevin terdiam dengan hati yang cukup berkecamuk. Dia tdak menyangka kalau Dirgantara benar-benar menjalankan niatnya untuk menghapus nama Kevin dari daftar anggota keluarga.
Semakin sakit hati dan merasa hancur, itulah yang Kevin rasakan sejak mengetahui kabar itu. Kevin tidak menyangka kebencian Dirgantara atas kelahirannya begitu kuat sampai mendarah daging.
Kevin sendiri bingung, kenapa dia sangat disalahkan atas kematian ibunya. Padahal jika dicermati secara mendalam, Kevin tidak pernah meminta untuk dilahirkan jika nasibnya akan seperti ini.
Namun, Kevin juga merasa sedikit beruntung. Disaat dirinya merasa terbuang dan tidak diinginkan oleh keluarga sendiri, Kevin justru disambut hangat oleh keluarga yang lebih segalanya dari Dirgantara. Kevin tidak menyangka kalau dia bisa masuk ke dalam keluarga Hernandes dengan mudah.
Dirgantara memang memiliki nama yang cukup besar di kalangan pembisnis, tapi, nama itu tak sebanding dengan nama Hernandes. Dirgantara hanya dikenal di beberapa perusahaan dalam negeri saja, sedangkan Perusahaan yang dimiliki Hernandes terkenal hingga sampai ke luar negeri.
Usaha yang dimiliki keluarga Hernandes tidak mencakup satu jenis usaha saja, melainkan ada banyak usaha yang mereka jalankan. Diantaranya, usaha jual beli perhiasan mewah, properti, transportasi dan telekomunikasi. Nama usaha yang dimiliki keluarga Hernandez adalah Black diamond dan tersebar di beberapa negara.
"Jadi Kevin anaknya Paulina?" tanya seorang wanita yang terbaring di atas ranjang. Wanita itu adalah orang yang menerima donor darah dari Kevin dan malam ini dia telah membuka matanya sejak beberapa saat yang lalu.
"Papi juga tidak menyangka kalau dia anaknya Paulina," balas Hernandez menatap lekat istrinya.
"Tapi, kenapa Dirgantara bisa sampai setega itu terhadap anaknya sendiri?"
"Kalau itu aku kurang tahu," ucap Hernandez. "Tapi Nadira tadi cerita sedikit. Katanya Kevin memang sejak lama diperlakukan tidak adil oleh keluarganya. Bahkan kedua kakak kendungnya juga ikut membencinya. Padahal Kevin tdak tahu, apa salah anak itu kepada mereka. Nggak mungkin kan, hanya karena Paulina meninggal setelah melahirkan Kevin, anak itu harus menanggung kebencian ayah dan saudaranya seumur hidup?"
Istri Hernandez mengiyakan. "Kasihan dia. Padahal dia anak yang baik," ujar istri Hernandez. "Lalu, apa alasan Papi, mengangkat dia sebagai anak kita? Pasti Papi juga memiliki motif lain kan?"
Hernandez tersenyum namun dia memilih tidak menjawabnya meski sang istri melempar tatapan, menuntut sebuah penjelasan.
"Apa Papi masih dendam sama Dirgantara?" terka wanita yang memiliki nama panggilan Lavia. "Apa ini ada hubungannya dengan peristiwa sebelum Nadira dan Kevin lahir?"
Hernandez kembali tersenyum dan dia sama sekali tidak membantah meski dia juga tidak memberi jawaban pasti.
"Mami pikir Papi sudah melupakan kejadian itu," cibir Lavia ketus.
"hahaha..." Hernandez malah terbahak. "Sebenarnya Papi sudah melupakan masalah itu. Tapi, sejak tahu Kevin itu anaknya Dirgantara, Papi jadi teringat perbuatan Dirgantara pada kita. Papi hanya ingin meruntuhkan keangkuhan pria itu."
"Tapi kan saat ini, papi sudah jauh di atas dia," ujar Lavia. "Dirgantara bahkan terang-terangan tidak akan pernah mau kerja sama dengan Papi. Kok bisa-bisanya Paulina menikah dengan pria seperti itu."
"Papi sih tidak peduli dia mau kerja sama atau tidak sama Papi" balas Hernandes. "Yang membuat Papi heran, Dirgantara itu masih ambisius ingin mengalahkan papi. Bahkan dia suka memandang remeh perusahaan lain yang masih kecil dan jauh dari perusahaannya. Mami tahu sendiri lah, kesombongan dia bagaimana."
Lavia mengangguk. "Yah, temen teman Mami banyak yang cerita tentang dia. Tapi aku heran deh, Pi, kok bisa Dirgantara menikahi Maya sampai anaknya pun diberi gelar Dirgantara? Apa Dirgantara tahu, Maya itu siapa?"
"Itu juga yang membuat Papi pensaran. Papi curiga kalau Maya memiliki misi khusus, sampai dia mau menikah dengan Dirgantara.
Lavia mengangguk setuju.
####
Hari pun berganti lagi, dan kesoakan paginya Kevin memilih menghabiskan waktu dengan beberapa orang yang bekerja di rumah mewah itu. Kevin benar-benar menemukan kehangatan di sana.
Namun Kevin merasakan sedikit tidak nyaman kala dirinya dipanggil Tuan muda oleh para pekerja itu. Kevin sudah melarangnya, tapi orang orang itu memilih tidak patuh karena itu sudah menjadi aturan baru yang diterapkan oleh Hernandez.
"Kamu lagi ngapain di sini?" Nadira tiba-tiba muncul di area taman, di mana saat ini Kevin sedang membantu dua pekerja di sana.
"Membantu mereka," jawab Kevin, sembari duduk di atas rumput dengan tangan masih memegang gunting untuk merapikan beberapa tumbuhan. "Kamu mau berangkat ke kampus?"
Nadira menggeleng. Dia pun ikut duduk di sana. "Aku lagi males ke kampus. Paling anak anak bakalan mencibir jika aku tetap berangkat."
Kevin tersenyum tipis. "Ya kamu tunjukan wajah asli kamu aja. Jangan pura-pura jadi mahasiswa miskin lagi."
"Kalau Papi mengizinkan sih, sudah aku lakukan sejak dulu," balas Nadira. "Sayangnya untuk saat ini, aku belum bisa sebebas orang lain."
Kevin mengangguk paham. "Emang, orang yang menyerang orang tua kamu, tidak mengenali wajah kamu?"
"Aku tidak tahu," jawab Nadira. "Aku tuh baru dua tahun tinggal di sini. Sejak umur sepuluh tahun, aku tinggal di negara lain."
"Oh gitu," balas Kevin. "Tapi kenapa kamu bisa jadi sasaran kebencian Argo sih?"
"Gara-gara pacarnya Argo," ujar Nadira, lantas dia menceritakan awal mula dia dianggap musuh oleh Argo. Kevin yang mendengarnya sontak tertawa kencang.
"Hahaha... sok berkuasa banget mereka, padahal Argo cuma anak tiri yang numpang hidup pada Dirgantara," ujar Kevin penuh kebencian dari sorot matanya.
"Itu semua kan karena ayahmu juga," celetuk Nadira. "Mentang-mentang jadi salah satu donatur besar di kampus, dia bisa bertindak semena-mena. Padahal kalau mereka tahu, siapa aku sebenarnya, aku yakin mereka akan jantungan.
"Pasti itu," balas Kevin. "Untungnya aku sudah tidak dianggap keluarga Dirgantara, jadi aku nggak terlalu malu dengan tingkah mereka itu."
Nadira lantas tersenyum. Di saat gadis itu hendak mengeluarkan suaranya kembali, tiba-tiba sebuah suara berseru memanggil salah satu dari mereka.
"Kevin, cepat, kamu siap-siap, kamu ikut aku ke kantor," titah orang kepercayaan Hernandez.
"Ke kantor? Saya?" Kevin merasa tidak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar. "Ngapain saya ikut ke kantor, Tuan?"
"ikut saja, nanti kamu akan tahu jawabannya setelah sampai," ucap Harvez,
"Udah sana, siap-siap," perintah Nadia.
"Tapi aku tidak memilki pakaian kantor."
"Tidak perlu khawatir, nanti kita mampir dulu ke tempat langganan Tuan Hernandez. Ayo berangkat."
Tidak ada pilihan lain bagi Kevin selain menurutinya. Dengan berat hati serta rasa bingung, Kevin bergegas mengikuti pria itu. Benaknya pun bertanya-tanya, kenapa dia diajak ke kantor Tuan Hernandez.