NovelToon NovelToon
Legend Of The Sky Devourer-Kunpeng Terakhir

Legend Of The Sky Devourer-Kunpeng Terakhir

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Epik Petualangan / Fantasi
Popularitas:2.4k
Nilai: 5
Nama Author: Alvarizi

Di Desa Fuyun yang terkubur salju, Ling Tian dikenal sebagai dua hal yakni badut desa yang tak pernah berhenti tertawa, dan "Anak Pembawa Sial" yang dibenci semua orang.

Tidak ada yang tahu bahwa di balik senyum konyol dan sikap acuh tak acuh itu, tersimpan jiwa yang lelah karena kesepian dan... garis darah monster purba yang paling ditakuti langit yakni Kunpeng.

Enam puluh ribu tahun lalu, Ras Kunpeng musnah demi menyegel Void Sovereign, entitas kelaparan yang memangsa realitas. Kini, segel itu retak. Langit mulai berdarah kembali, dan monster-monster dimensi merangkak keluar dari bayang-bayang sejarah.

Sebagai pewaris terakhir, Ling Tian dipaksa memilih. Terus bersembunyi di balik topeng humornya sementara dunia hancur, atau melepaskan "monster" di dalam dirinya untuk menelan segala ancaman.

Di jalan di mana menjadi pahlawan berarti harus menjadi pemangsa, Ling Tian akan menyadari satu hal yakni untuk menyelamatkan surga, dia mungkin harus memakan langit itu sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alvarizi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 27: Rantai yang Dimakan dan Keringat Darah

Malam turun di Puncak Logistik, membawa hawa dingin yang menusuk tulang. Gubuk kayu reyot milik Ling Tian berderit pelan ditiup angin, seolah merintih kelelahan setelah menahan beban salju seharian.

Di dalam gubuk yang gelap itu, Ling Tian duduk bersila di atas dipan jerami. Napasnya teratur, namun keringat dingin membasahi keningnya.

Mata Ling Tian terpejam, tapi kesadarannya sedang bertarung hebat.

Perhatiannya terpusat sepenuhnya pada pergelangan tangan kirinya. Di sana, Gelang Penekan Jiwa pemberian Tetua Mo melingkar erat, memancarkan denyut merah samar setiap tiga detik.

Dug... Dug...

Itu bukan sekadar gelang besi. Di mata spiritual Ling Tian, gelang itu tampak seperti seekor lintah gemuk yang menancapkan ribuan benang energi mikroskopis ke dalam pori-porinya. Benang-benang itu menyusup masuk, mencari jalur meridian utama, dan melilitkan diri di sekitar jantungnya seperti bom waktu.

"Strukturnya rumit," suara Tuan Kun bergema di dalam kepalanya, terdengar serius. "Ini adalah 'Spirit Shackle' tingkat tinggi. Tetua Mo Xing itu bukan sembarang Penegak Hukum. Dia menanamkan Divine Sense-nya sendiri di dalam segel ini."

"Fungsinya?" tanya Ling Tian dalam hati.

"Ada tiga lapis segel. Lapis pertama untuk melacak lokasi. Lapis kedua untuk memantau fluktuasi Qi-mu. Dan lapis ketiga..." Tuan Kun mendengus sinis. "...adalah mekanisme penghancuran diri. Jika kau melepaskan aura Kunpeng atau mencoba mematahkan gelang ini secara paksa, gelang ini akan meledak dan membawa tangan kirimu bersamanya."

Ling Tian membuka matanya sedikit, menatap besi hitam dingin itu.

"Dia benar-benar tidak percaya padaku," gumam Ling Tian.

"Tentu saja tidak. Kau adalah anjing liar yang baru saja menggigit leher majikanmu. Mereka memberimu makan, tapi mereka juga menyiapkan cambuk untukmu."

Ling Tian menyeringai tipis. "Sayangnya, anjing ini punya sistem pencernaan yang buruk. Aku tidak suka menelan sampah."

"Tuan Kun, pandu aku." tambah Ling Tian.

"Baik. Dengarkan baik-baik. Jangan gunakan kekuatan kasar. Jangan coba 'mematahkan' benangnya. Itu akan memicu ledakan. Kau harus... 'menghisapnya' pelan-pelan. Seperti menyedot sumsum tulang."

Ling Tian kembali memejamkan mata. Dia memusatkan pikirannya ke Dantian.

Di sana, di kedalaman kegelapan perutnya, Gerbang Energi Purba bergetar. Biasanya, Ling Tian menggunakannya seperti badai yang menyedot segalanya secara brutal. Tapi kali ini, dia harus mengendalikannya setipis jarum.

"Buka... sedikit saja..."

Sebuah celah mikroskopis terbuka di gerbang itu. Daya hisap vakum mulai terbentuk.

Ling Tian mengalirkan daya hisap itu melalui meridian lengan kirinya, menuju pergelangan tangan.

Srrrt...

Benang-benang merah dari gelang itu bereaksi. Mereka bergetar, merasakan tarikan aneh.

"Sekarang!" perintah Tuan Kun. "Tarik intinya! Jangan sentuh cangkang luarnya!"

Ling Tian menyentak daya hisapnya.

GLUK.

Sensasinya aneh sekali. Rasanya seperti ada cacing panjang yang ditarik paksa keluar dari bawah kulitnya.

Energi segel milik Tetua Mo yang merupakan Qi murni tingkat Spirit Palace tercabut dari akarnya. Energi itu tersedot masuk ke dalam tubuh Ling Tian, mengalir deras melewati meridian, dan jatuh ke dalam mulut Gerbang Energi Purba.

Cahaya merah pada gelang itu berkedip liar sesaat, seolah panik, lalu... mati.

Gelang itu tidak pecah. Secara fisik, bentuknya masih utuh. Aura luarnya pun masih memancarkan sinyal palsu yang menipu. Tapi di dalamnya? Kosong melompong. Mekanisme pelacak dan peledaknya sudah menjadi santapan makan malam Ling Tian.

Ling Tian menghela napas panjang, uap putih keluar dari mulutnya.

"Rasanya... pedas," komentarnya, merasakan sisa energi Tetua Mo yang kini diubah menjadi nutrisi murni bagi tubuhnya. Rasa sakit di bahu kirinya (bekas tusukan Jiang Wuqing) berdenyut hangat, proses penyembuhannya dipercepat oleh energi curian itu.

"Kerja bagus," puji Tuan Kun. "Sekarang kau bebas. Di mata Tetua Mo, kau masih terlihat seperti anjing yang patuh di dalam kandang. Padahal pintunya sudah kau jebol."

Ling Tian merebahkan tubuhnya ke jerami, menatap langit-langit yang berlubang. Bintang-bintang terlihat berkedip di sana.

"Satu masalah selesai," bisiknya. "Sekarang tinggal sisanya."

Keesokan harinya, suasana di Sekte Pedang Langit terasa berbeda.

Berita tentang hasil Turnamen Seleksi telah menyebar seperti api liar yang membakar padang rumput kering. Nama Ling Tian bukan lagi lelucon. Nama itu kini diucapkan dengan nada berbisik, penuh rasa takut dan ngeri.

Saat Ling Tian berjalan menuju area hutan bambu untuk berlatih, dia merasakan perubahan itu secara nyata.

Biasanya, murid-murid luar akan sengaja menabrak bahunya atau meludah saat dia lewat. Tapi hari ini?

"I-itu dia..."

"Ssst! Jangan lihat matanya!"

Sekelompok murid yang sedang mengobrol di pinggir jalan setapak langsung terdiam dan menyingkir, membelah jalan selebar mungkin. Mereka menatap Ling Tian seperti menatap seekor harimau yang lepas dari kandang sirkus. Ada rasa kagum, tapi lebih banyak rasa takut bahwa binatang itu akan menerkam mereka sewaktu-waktu.

Ling Tian berjalan santai dengan Embrio Pedang Void terbungkus kain di punggungnya. Wajahnya datar, tapi telinganya menangkap setiap bisikan.

"Kudengar dia memakan mayat hidup di arena..."

"Bukan, katanya dia punya perjanjian dengan Iblis Laut..."

"Dia mematahkan hidung Tuan Muda Jiang dengan kepalanya sendiri! Orang gila!"

Ling Tian tidak peduli. Biarkan mereka takut. Ketakutan adalah benteng pertahanan terbaik.

Dia terus berjalan hingga sampai di Lembah Belakang, tempat favoritnya. Area di sekitar Danau Pencuci Pedang yang beracun. Tidak ada murid waras yang mau ke sini, jadi ini tempat paling aman untuk berlatih teknik rahasia.

Ling Tian menurunkan pedang raksasanya. BLAM. Tanah berlumpur itu amblas sedikit.

Dia membuka perban di tangan kanannya. Lukanya sudah menutup berkat salep Xueya dan regenerasi tubuhnya, tapi kulitnya masih terlihat merah muda dan tipis. Jaringan parut bekas luka bakar terlihat mengerikan, menjalar dari telapak tangan hingga ke siku.

"Tangan kananmu masih 60%," analisis Tuan Kun. "Meridiannya sudah tersambung, tapi dindingnya masih tipis. Kalau kau alirkan Qi ledakan lagi, tangan itu akan hancur permanen. Jadi untuk sementara... lupakan tangan kananmu sebagai senjata utama."

Ling Tian mengangguk. Dia mengangkat pedang seberat 300 kilogram itu dengan tangan kirinya.

Otot lengan kirinya menegang, urat biru menonjol.

"Jadi aku harus jadi kidal?" tanya Ling Tian kepada Tuan Kun.

"Bukan sekadar kidal," koreksi Tuan Kun. "Kau harus mengubah total gaya bertarungmu. Kemarin di arena, kau menang karena kejutan dan kebrutalan. Tapi di Turnamen Besar nanti? Lawanmu adalah jenius dari seluruh benua. Mereka tidak akan kaget dua kali melihat ayunan besimu."

Tuan Kun muncul dalam wujud roh kecilnya, melayang di atas permukaan danau beracun.

"Masalah utamamu adalah kau terlalu boros tenaga. Setiap kali kau mengayunkan pedang itu, kau menggunakan 100% ototmu. Itu sebabnya kau cepat lelah. Kau harus belajar mengendalikan 'Berat'nya."

"Mengendalikan berat?" Ling Tian mengernyit.

"Pedang Void ini bukan benda mati biasa. Dia punya inti gravitasi. Selama ini kau melawannya dengan mengangkatnya paksa. Sekarang, cobalah bersinkronisasi dengannya."

"Ayunkan pedang itu. Tapi jangan gunakan otot untuk mendorong. Gunakan otot hanya untuk mengarahkan. Biarkan berat pedang itu sendiri yang menjadi mesinnya." tambah Tuan Kun.

Ling Tian mencoba. Dia mengangkat pedang itu tinggi-tinggi, lalu menjatuhkannya ke depan.

WUUUNG!

Pedang itu jatuh cepat. Ling Tian harus mengerahkan tenaga besar untuk menghentikannya sebelum menghantam tanah.

"Salah!" bentak Tuan Kun. "Kau masih melawannya! Kau seperti orang bodoh yang mencoba menahan longsor!"

"Lalu bagaimana?!" Ling Tian mulai kesal, keringat bercucuran.

"Jangan dihentikan! Coba diputar!"

"Inersia, Ling Tian! Saat pedang itu jatuh, gunakan momentum jatuhnya untuk memutar tubuhmu, dan ubah jatuhnya menjadi ayunan berikutnya! Jadikan dirimu poros, dan pedang itu ujung gasingnya!" ujar Tuan Kun.

Ling Tian menarik napas dalam. Dia mencoba lagi.

Dia menjatuhkan pedang itu. Saat ujungnya hampir menyentuh tanah, alih-alih menahannya, Ling Tian memutar pinggangnya, membiarkan berat pedang itu menyeret tubuhnya berputar 360 derajat.

WUUUNG...

Pedang itu terayun melingkar.

"Lagi! Jangan berhenti!" teriak Tuan Kun.

Ling Tian mengikuti aliran itu. Satu putaran. Dua putaran.

Semakin dia berputar, semakin ringan rasanya di tangan, tapi semakin mengerikan momentum yang dihasilkan di ujung pedang. Angin di sekitarnya mulai bergolak, menciptakan pusaran debu.

"Bagus! Itu dia! Centrifugal Force!" seru Tuan Kun. "Sekarang, padatkan Qi-mu di ujung pedang saat momentumnya maksimal!"

Ling Tian menggertakkan gigi. Dia mulai pusing karena berputar, tapi dia merasakan kekuatan yang menumpuk di ujung pedangnya. Rasanya seperti menahan badai di telapak tangan.

"LEPASKAN!"

Ling Tian menghentakkan kaki kirinya, menghentikan putaran tubuhnya secara mendadak, dan melepaskan seluruh momentum itu ke arah sebuah batu besar di pinggir danau.

"HAAAA!"

BLAAAAARRRR!

Batu granit seukuran gajah itu tidak pecah. Batu itu meledak menjadi debu halus.

Dampaknya begitu kuat hingga air danau beracun di belakangnya ikut terbelah, menciptakan ombak setinggi tiga meter.

Ling Tian jatuh terduduk, napasnya memburu hebat. Tangan kirinya gemetar, tapi kali ini bukan karena sakit, melainkan karena sisa getaran tenaga yang luar biasa.

"Gila..." desis Ling Tian, menatap debu batu yang beterbangan. "Aku hampir tidak mengeluarkan tenaga otot saat benturan tadi."

"Itulah seni Senjata Berat," kata Tuan Kun puas. "Kau tidak perlu menjadi kuat setiap detik. Kau hanya perlu menjadi kuat di satu titik benturan. Sisanya biarkan hukum alam yang bekerja."

Ling Tian menatap tangannya. Dia mulai mengerti.

Selama seminggu berikutnya, Lembah Belakang menjadi neraka pribadi Ling Tian.

Dia tidak istirahat. Dia mengayunkan pedang itu ribuan kali sehari.

Pagi hari, dia melatih teknik putaran tubuh (Flowing Heavy Sword) untuk menghemat stamina.

Siang hari, dia melatih Ghost Flicker Step dengan beban pedang di punggung, membiasakan kakinya menanggung beban ganda agar kecepatannya tidak turun.

Malam hari, dia bermeditasi di dalam air danau beracun, membiarkan tubuhnya menyerap partikel logam untuk memperkuat Iron Bone-nya semakin padat.

Setiap hari, tubuhnya hancur. Dan disetiap malam, dia memulihkannya dengan teknik Devour memakan sisa-sisa pedang patah atau binatang buas yang tersesat.

Dia tidak lagi terlihat seperti manusia. Kulitnya semakin keras, matanya semakin tajam. Dia seakan bertransformasi.

Dan ada satu hal lagi yang dia latih diam-diam.

Sebuah teknik kartu as yang dia kembangkan dari insiden "Siluet Kunpeng".

"Tuan Kun," kata Ling Tian suatu sore, saat dia sedang istirahat makan ikan bakar (ikan biasa kali ini). "Soal siluet ikan kemarin... kau bilang itu berbahaya karena terlalu jelas."

"Benar." ujar Tuan Kun.

"Bagaimana kalau aku... memecahnya?"

Ling Tian mengangkat tangan kirinya. Dia memusatkan aura Predator-nya.

Biasanya, aura itu akan membentuk satu wujud ikan besar. Tapi kali ini, Ling Tian memaksanya pecah.

Poof.

Aura itu terpecah menjadi puluhan ikan kecil seukuran jari yang berenang-renang di udara di sekitar lengannya. Mereka terlihat samar, transparan, dan... sangat cepat.

"Piranha?" Tuan Kun mengangkat alisnya (jika dia punya).

"Aku menyebutnya Abyssal Swarm," kata Ling Tian sambil menyeringai. "Daripada satu mulut besar yang mudah dihindari, bagaimana dengan seratus mulut kecil yang bisa menggerogoti musuh dari segala arah? Dan yang paling penting... ini tidak terlihat seperti Kunpeng yang Agung. Ini terlihat seperti teknik serangga atau sihir darah biasa."

Tuan Kun terdiam sejenak, lalu tertawa.

"Kau benar-benar licik, Bocah. Kau mengubah wujud Dewa menjadi hama piranha demi menyembunyikan identitasmu. Leluhurku mungkin akan menangis melihat ini, tapi... ini cara yang efektif."

Ling Tian mengepalkan tangannya. Ikan-ikan aura itu menyatu kembali masuk ke dalam kulitnya.

Dia telah siap, rantainya sudah lepas (secara rahasia), senjatanya sudah dia kuasai. Dan teknik barunya sudah siap untuk mencabik daging siapa pun yang meremehkannya.

Ling Tian berdiri, menatap matahari terbenam di ufuk barat. Besok adalah hari keberangkatannya.

"Turnamen Agung..." gumamnya. Matanya berkilat dingin. "Semoga mereka menyiapkan banyak makanan."

1
Sutono jijien 1976 Sugeng
👍👍👍👍
Sutono jijien 1976 Sugeng
siapa predator puncak 😁😁😁
Sutono jijien 1976 Sugeng
si fang yu hanya jadi badut ,yg Tak tahu apa apa 🤣🤭
Anonymous
Ga kerasa cepet banget udh abis aja 😭
Anonymous
Whooa, apakah sekte matahari hitam itu keroco yang ditinggalkan seberkas kehadiran void Sovereign pada bab prolog?
Renaldi Alvarizi: Hehe mohon dinantikan kelanjutan ceritanya ya
total 1 replies
Anonymous
Alur ceritanya makin kesini makin meningkat, tetap pertahankan
Renaldi Alvarizi: Terimakasih kawan Kunpeng 😁
total 1 replies
Anonymous
up thor
Anonymous
Hahaha Ling Tian punya budak pertamanya
Anonymous
Haha akhirnya badut yang sebenarnya 'Li Wei' mokad juga
Anonymous
Ceritanya bagus, besan dengan yang lain seperti titisan naga, phoenix dsb. Semoga tetap konsisten updatenya.
Joe Maggot Curvanord
kenapa xinxin penyimpanan ataw barang berharga musuh tidak di ambil
Renaldi Alvarizi: Hehe sudah kok kak yang akan digunakan untuk keperluan di bab mendatang namun saya memang lupa memasukkan atau menjelaskannya didalam cerita. Terimakasih atas sarannya.
total 1 replies
Sutono jijien 1976 Sugeng
semoga semakin berkembang ,dan bukan di alam fana ,naik ke alam atas
Renaldi Alvarizi: Hehe tunggu saja kelanjutannya bersama dengan Ling Tian dan Tuan Kun ya kak hehe
total 1 replies
Sutono jijien 1976 Sugeng
belagu si fang yu
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!