NovelToon NovelToon
Perpisahan Kedua

Perpisahan Kedua

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Romantis / Cintamanis / Mafia / Balas Dendam / Roman-Angst Mafia
Popularitas:76.2k
Nilai: 5
Nama Author: Sisca Nasty

Wajib baca Novel Tawanan Dua Mafia.

Helena harus berjuang saat pria paling dicintainya dinyatakan tewas dalam pertempuran. Satu persatu orang yang disayangi Helena haeus tewas di depan matanya.
Helena harus tetap bertahan di saat situasi dan kondisi tidak lagi menguntungkan baginya.
Akankah Helena berhasil mengalahkan musuh yang tidak lain adalah sepupu suaminya sendiri?

"Strike, kau harus tetap hidup."
"Pergi, Nona. Pergi. Maafkan saya tidak bisa menjaga anda lagi."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sisca Nasty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. 8

1 hari sebelum kecelakaan

Helena dan Aberzio baru saja tiba di salah satu hotel yang ada di Meksiko. Aberzio akan menemui rekan bisnisnya di sana. Kali ini pria tangguh itu akan membeli berlian. Dia ingin menghadiahkan barang mewah itu kepada Helena. Transaksinya akan di adakan di salah satu club yang ada di Meksiko.

Jam sudah menunjukkan pukul 5 sore. Aberzio berencana untuk istirahat di kamar. Berbeda dengan Helena. Wanita itu memutuskan untuk berbelanja bersama Clara. Kini Helena terlihat memilih gaun yang akan dia pakai untuk bersantai dengan Clara. Mereka akan mengelilingi Meksiko. Seperti biasa. Bersenang-senang tanpa peduli dengan kesibukan Aberzio.

Helena membuka handuk yang melilit di tubuhnya. Satu tangannya meraih pakaian dalam yang sudah tergeletak di atas tempat tidur. Helena segera memakainya. Berlari sejenak ke cermin dan berputar.

"Ukurannya pas. Clara yang mengirimkannya. Bahkan warnanya sesuai dengan seleraku. Bukankah hitam membuatku terlihat seksi?" tanya Helena kepada Aberzio.

Aberzio hanya tersenyum saja mendengarnya. Pria itu kini duduk di pinggir tempat tidur. Dia akan segera berbaring setelah Helena pergi. Sore ini Aberzio telah memberikan izin kepada Helena untuk pergi bersama Clara.

"Gaun yang indah," puji Aberzio.

"Putih. Warna favoritku," sahut Helena dengan senyuman.

Tiba-tiba saja ekspresi Aberzio berubah. Dia menyadari sesuatu yang salah di sana. "Helena."

"Ya." Helena segera mendekati Aberzio. Dia berbalik dan mengangkat rambutnya ke atas. Meminta Aberzio untuk memasang resleting pada gaunnya. "Ada apa?"

Aberzio menarik resleting gaun Helena sampai ke leher. Wajahnya terlihat begitu serius. "Apa kau sudah selesai menstruasi? Biasanya kau tidak mau memakai gaun putih saat menstruasi."

Helena mengernyitkan dahinya. Pertanyaan Aberzio membuatnya bertanya-tanya. Untuk apa suaminya membahas soal menstruasi.

"Aku belum ada datang bulan," sahut Helena. Dia ingin segera melangkah menuju ke cermin. Dengan cepat Aberzio menarik tangan Helena. Memutar tubuh rampingnya. Pria itu berdiri dan segera mengunci tubuh istrinya di dalam pelukan. "Kenapa kau tidak bilang?"

"Apanya?" Helena semakin bingung. "Sayang, aku tidak menyentuhmu selama ini karena aku tahu kau pasti sedang datang bulan. Lebih tepatnya tanggal 15 sampai 21. Sekarang tanggal 30. Aku menunggu selama 15 hari Helena. Kau itu benar-benar kejam."

"Apa seteratur itu? Aku bahkan tidak pernah menghitungnya," sahut Helena dengan wajah polosnya.

"Astaga, kau ini."

Aberzio mendaratkan bibirnya di leher Helena. "Apa kau tahu betapa tersiksanya aku menunggu selama dua minggu ini. Kenapa kau tidak mengatakannya."

"Aberzio, bukankah itu merupakan kabar baik? Bagaimana kalau aku hamil? Aku harus beli tespek." Helena terlihat begitu antusias. Nanti bersama Clara dia akan membeli alat tes kehamilan tersebut.

"No. Ada yang lebih penting dari tespek."

"Apa?"

Aberzio menatap Helena dengan serius. Bisa-bisanya Helena bertanya. Dia memang tidak sepeka itu. Padahal sudah dua tahun lebih mereka menikah.

"Aku." Aberzio meraba pinggang Helena. Tangannya naik ke atas sebelum memainkan resleting gaun Helena. Menurunkannya perlahan.

"Aberzio, aku harus pergi bersama Clara. Sebentar lagi dia datang menjemputku."

Aberzio segera mengambil ponselnya dari dalam saku. Menekan nomor Strike.

"Aku tidak mau di ganggu dengan alasan apapun. Sampai..." Aberzio memandang Helena dengan satu kedipan mata. "Dua jam kedepan."

Helena tersipu malu mendengarnya. Kepalanya menunduk. "Sekarang masih sore."

"Nanti malam aku memiliki banyak urusan. Aku yakin saat aku kembali ke hotel, kau pasti sudah tidur." Aberzio mengangkat tubuh Helena. "Sekarang saja. Aku sudah sangat merindukan tubuh istriku yang seksi ini."

Helena menarik bantal dan menutup wajahnya. Dia baru saja selesai mandi. Tapi sebentar lagi dia harus mandi lagi jika ingin keluar bersama Clara. Itu juga kalau dia masih bersemangat.

Di depan kamar, Strike memandang serius ke arah lift yang baru saja terbuka. Clara muncul dengan penampilan yang sangat cantik. Bibirnya tersenyum manis. Dia memegang kantung berisi makanan. Sudah bisa dipastikan itu makanan favorit Helena. Clara harus berakting di depan Helena selama rencananya belum berhasil.

"Nona Helena tidak bisa diganggu. Bos Aberzio ingin bersama Nona Helena sampai dua jam ke depan," jelas Strike secara singkat.

Clara mematung. Sebenarnya hatinya begitu cemburu. Dia bisa membayangkan apa yang terjadi di dalam sana. Helena dan Aberzio pasti sedang bersenang-senang.

"Seharusnya aku yang ada di dalam," gumamnya di dalam hati. Clara menggenggam kuat tali kantung berisi makanan tersebut.

"Clara, apa kau marah?" Strike bisa membaca ekspresi Clara.

"Tentu. Kak Helena sudah mengecewakanku," sahut Clara.

"Kau tahu sendiri seperti apa kelakuan Bos Aberzio. Kali ini bukan sepenuhnya salah Nona Helena. Jika ingin marah, kau bisa memarahi Bos Aberzio."

"Aku akan melakukannya nanti. Katakan pada Kak Helena. Kami akan bertemu di club malam ini." Clara segera berputar. Memejamkan matanya sejenak sebelum melangkah pergi. Rasanya dia ingin berteriak. Marah bahkan memukul Helena.

"Kali ini aku tidak boleh gagal. Helena harus mati di tanganku. Aku akan menembak kepalanya dengan tanganku sendiri!"

***

Jam sudah menunjukkan pukul 8 malam. Helena baru saja tiba di club. Dia mencari-cari keberadaan Clara. Tadinya Helena sudah memutuskan untuk tidur saja di kamar. Tapi setelah mendengar cerita dari Strike kalau Clara marah, Helena jadi merasa bersalah.

Kini wanita itu muncul dengan balutan gaun putih yang tadi sore belum sempat dia bawa keluar. Helena terlihat begitu cantik dengan rambut pendeknya yang mulai melewati bahu.

"Kak Helena." Clara berteriak dari kejauhan.

Helena tersenyum memandang Clara. Dia segera melangkah cepat menuju ke kursi tempat Clara berada. "Maafkan aku."

"Aku sudah tidak marah lagi sama kakak." Clara tersenyum manis.

Helena segera memeluk Clara. "Kau benar-benar adikku. Aku sangat menyayangimu."

"Benarkah? Aku juga sangat menyayangi kakak."

Dua wanita itu duduk dan mulai mengobrol. Beberapa pengawal Clara mulai berlalu lalang. Rencana mereka sudah cukup matang malam ini. Saat Aberzio sibuk dengan transaksinya, mereka akan segera menyerang Helena.

Dengan menggunakan identitas rekan bisnis Aberzio. Akan ada perang besar di sana pastinya. Tapi target Clara hanya Helena. Meskipun dia tahu rencananya ini akan mengorbankan banyak anak buahnya malam ini.

"Apa Aberzio sudah di sini?" Clara mencari ke segala arah. Dia ingin bertemu dengan suaminya. Sejak pukul 7 pria itu sudah pergi meninggalkan hotel. Bahkan Helena tidak lagi mendapat kabar terbarunya.

"Kak Aberzio nggak ada telepon kakak? Pertemuannya di tunda sampai jam 10. Sekarang Kak Aberzio masih ada di tempat lain."

"Benarkah?" Helena mengernyitkan dahinya. Dia segera mengambil ponselnya dari dalam tas. Menekan nomor Aberzio untuk mengetahui keberadaan pria tangguh itu saat ini.

"Honey, ada di mana?" Helena diam sejenak. "Di mana?"

Wajah Helena terlihat panik. Dia bahkan sampai beranjak dari duduknya. Clara memperhatikan Helena dengan saksama. Dia sendiri sebenarnya penasaran apa yang membuat Helena terlihat panik. Padahal kini Clara belum memulai rencananya.

"Aku akan segera ke sana." Helena memutuskan panggilan teleponnya.

"Ada apa, kak?" Clara memegang tangan Helena.

"Aberzio di serang di tengah jalan. Sekarang dia tertembak, Clara."

Clara kaget bukan main. Mereka belum melakukan apapun dan sekarang Aberzio sudah tertembak. Tapi Clara juga nggak mau menyia-nyiakan kesempatan emas ini. Dia akan menggunakan momen penting ini untuk menghabisi nyawa Helena.

"Clara, ayo kita bantu Aberzio," ajak Helena sambil menarik tangan Clara secara paksa.

"Ayo kak. Ayo." Clara memandang anak buahnya. Wanita itu tersenyum memberi kode kepada anak buahnya.

Semua anak buah Clara segera mengangkat senjata api mereka. Helena dan Clara ada di tengah-tengah. Bahkan karena sudah dikepung, Helena tidak lagi memiliki jalan untuk keluar.

Pengunjung yang ada di sana segera berlari untuk menyelamatkan diri. Helena memperhatikan musuhnya satu persatu. Tangannya masih memegang erat pergelangan tangan Clara. Berusaha melindunginya.

"Kak, sepertinya kita akan sedikit terlambat untuk menemui Kak Aberzio," bisik Clara.

"Kita selesaikan secepatnya." Helena mengeluarkan senjata apinya. Tatapannya tajam dan begitu fokus. Dia segera melepas tangan Clara. Clara sendiri sudah berakting dengan senjata api di tangannya.

"Oke, sekarang!"

Pengawal yang dikirim Aberzio muncul di lokasi. Helena sedikit bernapas lega. Pertempuran di mulai. Helena menembak semua musuh di depannya. Menghajarnya dengan sekuat tenaga. Tidak memberi celah sedikitpun kepada musuh untuk mengalahkannya.

Target utama anak buah Clara adalah menembak pengawal yang dikirimkan Aberzio. Setelah memastikan semua tewas, anak buah Clara kembali menyerang Helena. Clara sengaja terjatuh dengan luka tusuk di tangannya. Dia harus terlihat lemah agar perhatian Helena teralihkan.

"Kak, pergi. Mereka akan membunuh kakak," teriak Clara.

"Aku akan melindungimu." Helena memandang ke depan lagi. Tapi tiba-tiba sebuah balok kayu menghajar punggungnya. Helena merasa sakit yang luar biasa. Dia terjatuh di lantai.

Clara bisa melihat jelas ketika Helena meringis kesakitan. Kini wanita itu bersorak di dalam hati. Rasanya dia sudah tidak sabar melihat kematian Helena di depan matanya.

Helena kembali berdiri. Gaun putihnya telah di penuhi debu dan darah. Helena memandang ke depan. Musuhnya begitu banyak. Seperti tidak ada habisnya. Tapi Helena tidak akan membiarkan Clara sampai terbunuh. Dia tetap berdiri di depan Clara untuk melindunginya.

Seorang pria mengangkat senjata apinya. Dia siap menembak Helena detik itu juga. "Pergilah ke neraka, Helena."

1
Ratna Sumaroh
bolehkah aku juga menyalahkan Aberzio??
karna Aberzio Helena jadi seperti ini 😤
karena kecemburuan dan keegoisan Aberzio yang mungkin memperburuk keadaan Helena...
aku marah padamu Aberzio 😤😡😡
TiniE's AcHmaD💏
ayo berjuang helena little bos butuh kamu
aberzio bisa gila klo kelamaan komanya takutnya little bos jadi sasaran daddynya😭😭😭
Ratna Sumaroh: betul itu 🥺🥺🥺aku juga sedih Helena koma
total 1 replies
Ratna Sumaroh
walau agak kecewa karena sopia mati ditangan Marco bukan ditangan Helena tapi gakpapa lah yang penting sopi sudah mati sudah end....
dan ada kejutan juga karna claus masih hidup
Ratna Sumaroh
ayo Helena bunuh sopia yang sudah bikin keluarga mu berantakan karena ulahnya.... gak usah beri ampun.
semoga zio bisa selamat dari jurang kematian
Ratna Sumaroh
ternyata yang tlp zio si sopia yang meniru suara Helena... kok bisa HP Helena ditangan sopia
Ratna Sumaroh
Aberzio kenapa gak mau denger penjelasan Helena 🤔🤔
salah Helena juga sih yang sembunyi sembunyi menemui Marco.
padahal Marco cuma kasih info soal sopia 😤🤦‍♀️
cemburumu melukai Helena Zio....
Atun Atun
wah claus masih hidup lelaki yang di cemburuin nongol LG g mana nih aberzio harus bisa mengendalikan cemburu mu, semoga bayi dan Helena sehat, akhirnya Sofia mati knp g d siksa aja biar merasakan sakit nya g mana, apa benar ya anak buah strik yg menolong Helena dan claus, semoga memang benar bukan penghianat untuk membunuh Helena
Atun Atun
mati saja kamu Sofia, tp mati dengan siksaan yang kejam,fedrick mungkin jatuh mati sekarang giliran mu, semoga aberzio selamat, kemungkinan si Marco yg nolongin
Ratna Sumaroh
wah strike kamu kecolongan tentang sofia
aberzio terlalu cemburuan dan itu membuat masalah tambah runyam yang dimanfaatkan oleh sofia.
Atun Atun
ko bisa hp Helena sama Sofia berarti ada penyusup g ketahuan ya,wah g mana sih heran deh sama anak buah aberzio bisa kecolongan bisa terkecoh, bakalan mati kamu Sofia,Jason ayu bantu Helena menyelidiki Sofia ,dan Marco semoga kamu secepatnya mengetahui dan bisa menjaga helena
Ratna Sumaroh: Aberzio kecolongan sampai ada penyusup/ pengkhianat ternyata gak ada strike malah kurang waspada
total 1 replies
Anisa
Mulai mulai.....kepancing
Atun Atun
kenapa harus Marco yg bertemu apa ini siasat wanita licik itu untuk mengadu domba, karena aberzio terpancing dengannya dan g sadar telah lolos, cemburu mu bisa membawa bencana aberzio, semoga strik bisa secepatnya menjaga Helena atau d samping aberzio biar bisa melihat kejanggalan ini,dan bisa menyelidiki
Atun Atun: iya sih tp kesel deh sama aberzio knp hrs cemburu buta sih
total 2 replies
Ratna Sumaroh
rencana apalagi Helena kamu sama Marco sampai aberzio tidak boleh tau
Ratna Sumaroh: jangankan aberzio dan Jason, aku aja penasaran 🤔🤔
total 1 replies
Ratna Sumaroh
apakah beneran merenungi kesalahan nya
Ratna Sumaroh
kok masih sangsi ya sama si Mel guk guk
Ratna Sumaroh
Jason carilah wanita lain kalau si amel gak mau jadi istrimu...
Atun Atun
semoga Jason tidak salah paham Amelia jatuh, takut nya cinta buta mlh menyalah kan aberzio balas dendam lah apa lah, dasar Amelia batu di bilang g mau ngomong mlh d pegang rasain jatuh
Ratna Sumaroh: mati aja sekalian 😤😡
total 1 replies
Ratna Sumaroh
lanjut
Ratna Sumaroh
idenya gila juga tuh si Mel Mel, walau aku sudah gak terlalu suka lagi, berasa gak rela Jason sama si Mel Mel
Ratna Sumaroh
hemmmmm✌✌
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!