NovelToon NovelToon
Pembalasan Penulis Licik

Pembalasan Penulis Licik

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Romansa Fantasi / CEO / Nikah Kontrak / Fantasi Wanita / Gadis nakal
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: Alensvy

Bijaklah dalam memilih tulisan!!


Kisah seorang penulis online yang 'terkenal lugu' dan baik di sekitar teman-teman dan para pembaca setianya, namun punya sisi gelap dan tersembunyi—menguntit keluarga pebisnis besar di negaranya.

Apa yang akan di lakukan selanjutnya? Akankah dia berhasil, atau justru kalah oleh orang yang ia kendalikan?

Ikuti kisahnya...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alensvy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pembalasan Penulis Licik 08

...****************...

Langit biru bersih seakan ikut merestui pagi itu. Udara dipenuhi wangi bunga putih yang tertata rapi sepanjang jalan masuk ke sebuah ballroom megah berlapis kristal. Di sanalah hari ini akan berlangsung… pernikahan antara Aresya dan Arion Camaro.

Pernikahan mewah. Gemerlap. Disiarkan diam-diam oleh media, dan dihadiri ratusan tamu—kebanyakan dari kalangan elite, pejabat, investor asing, serta kolega bisnis Keluarga Camaro yang reputasinya setara kerajaan bisnis.

Di atas altar, berdiri Arion dengan setelan tuxedo hitam yang elegan. Wajahnya datar, tanpa emosi, tapi sorot matanya tajam menembus kerumunan. Di sebelahnya, Alexander Camaro duduk tenang namun tak menyembunyikan tatapan sinis saat sesekali melirik ke arah kursi tamu Aresya yang nyaris kosong.

Dan kemudian… musik lembut mulai mengalun.

Semua tamu berdiri.

Aresya muncul dari balik pintu besar, mengenakan gaun putih yang menjuntai indah seperti salju pertama yang jatuh dari langit musim dingin. Tiara perak bertengger di kepalanya, dan langkahnya mantap, menyusuri lorong panjang dengan senyum yang disulam penuh kepalsuan, namun sangat meyakinkan.

Di antara kerumunan, dua gadis berdiri sambil menahan haru—Nadya dan Vina, teman sejati Aresya.

“Cantik banget dia…” bisik Nadya, menahan napas.

“Dan sangat… tenang,” sambung Vina pelan. “Tapi tatapan matanya… seperti menanggung sesuatu yang tak kita tahu.”

Langkah Aresya berhenti di hadapan Arion.

“Siap?” bisik Arion nyaris tanpa suara.

Aresya menoleh sedikit, lalu tersenyum.

“Kita sudah terlalu jauh untuk mundur sekarang, Tuan Camaro.”

Pendeta mulai membaca doa, dan janji-janji suci mulai terucap. Kata demi kata meluncur, seolah nyata, padahal keduanya tahu—semua ini hanya kesepakatan yang akan berakhir dua tahun kemudian.

Namun Daria, yang duduk di barisan depan dengan wajah pucat dan mata berkaca-kaca, menggenggam tangan suaminya erat.

Ia terlihat bahagia, seperti seorang ibu yang akhirnya menyaksikan mimpinya jadi nyata, sebelum waktu mengambil segalanya.

Tepuk tangan menggema saat keduanya resmi menjadi suami istri. Kamera berkilat. Para tamu berdiri memberi hormat.

Dan di tengah semua kemewahan itu, Aresya berdiri dengan kepala tegak.

Sambil berkata dalam hati, “Selamat datang di permainan yang kau mulai sendiri, Aresya. Kini, kau harus menang.”

Ballroom itu dipenuhi cahaya keemasan. Kristal menggantung dari langit-langit tinggi, memantulkan kilau yang membuat suasana semakin megah.

Gaun putih Aresya menjuntai anggun, membuatnya terlihat bak putri kerajaan. Musik lembut mengiringi langkah para tamu yang datang dari berbagai kalangan—kolega bisnis, politikus, dan para bangsawan yang merupakan rekan dari keluarga Camaro.

Aresya berdiri di samping Arion yang tampak begitu tenang, dingin, dan tak banyak bicara sejak tadi. Ia tahu, ini hanyalah sandiwara. Tapi tetap saja, hatinya sedikit bergetar melihat betapa berbeda dunia yang kini harus ia masuki.

“Aresya!” seru Nadya yang datang bersama Vina. Keduanya tampak begitu ceria dan sedikit terpesona melihat pesta pernikahan megah itu.

“Kamu cantik banget, sumpah!” Vina menggenggam tangan Aresya. “Aku gak nyangka kamu bakal nikah secepat ini. Serius, ini kayak mimpi!”

Aresya tersenyum lembut,

“Aku juga masih belum percaya… semuanya berjalan sangat cepat.”

Nadya tertawa,

“Tapi serius, kamu beruntung banget. Arion Camaro! Dia terkenal banget, dan—maaf ya—ganteng gila.”

Mata Nadya dan Vina melirik ke arah Arion yang berdiri tenang, nyaris tak bereaksi.

“Eh, tapi… dia kayaknya cuek banget, ya?” bisik Vina. “Baru kita sapa, cuma ngangguk doang.”

Aresya terkekeh pelan, wajahnya tetap ramah.

“Dia memang begitu kalau sama orang baru. Tapi aslinya hangat kok. Butuh waktu buat kenal lebih dalam.”

Nadya mengangguk. “Wah, berarti kamu yang udah dapet sisi hangatnya?”

Aresya tersenyum lagi, kali ini sambil menghindari tatapan. “Mungkin…”

Mereka lalu berbincang singkat, membicarakan dekorasi, gaun, dan makanan, semuanya tanpa tahu kenyataan di balik senyum tenang Aresya

Tak lama kemudian, Arion menoleh ke arah mereka dan menyentuh lengan Aresya pelan.

“Ibu memanggilmu.”

“Baik.” Aresya menoleh ke sahabat-sahabatnya. “Aku ke sana dulu, ya…”

“Oke, jangan lupa balik. Kita foto bareng!” seru Nadya.

Aresya berjalan menjauh bersama Arion. Saat cukup jauh dari keramaian, Arion menoleh sekilas.

“Kamu hebat sekali berakting.”

Aresya melirik tanpa senyum.

“Bukan akting. Aku cuma gak ingin orang-orang yang sayang padaku khawatir.”

Arion mendengus pelan.

“Bagus. Teruskan. Kita baru mulai.”

Dan pesta pun terus berlangsung—dengan gelak tawa, tepuk tangan, dan selamat dari semua tamu. Tak ada satu pun yang tahu bahwa di balik semua kemewahan dan cinta yang terlihat… hanya ada sebuah kontrak.

...****************...

Malam telah larut, tapi kemewahan kamar hotel itu tetap memantulkan cahaya hangat dari lampu gantung kristal yang bergelantungan anggun di langit-langit.

Dinding marmernya berkilau, lantainya sunyi, dan udara dipenuhi aroma mawar yang mengambang seperti kenangan manis yang terlalu cepat hadir.

Aresya berdiri di tengah ruangan, tubuhnya dibalut gaun pengantin yang telah kehilangan semaraknya. Ia melepaskannya perlahan, seperti melepaskan beban dari hari yang panjang—dengan ketenangan yang tak biasa dimiliki seorang pengantin baru.

Tak ada ragu di matanya. Tak ada malu di bahunya.

Arion, yang sejak tadi bersandar di sisi ruangan, memandangi gerakannya. Matanya tajam, tetapi dingin. Seperti es yang mengambang di cangkir kristal—diam, namun tak pernah sepenuhnya membeku.

“Tidak ada yang mengajarimu malu?” tanyanya, suaranya rendah, seperti bisikan malam yang menembus kabut.

Aresya tak menoleh. Ia hanya tersenyum tipis, dan menyibakkan rambutnya ke belakang dengan gerakan anggun.

“Malu hanya tumbuh dari rasa... dan aku sudah lama menyingkirkan itu.”

Ia melangkah ke kamar mandi, meninggalkan bayangan di lantai yang memanjang seperti sisa mimpi yang belum usai. Setiap langkahnya tenang, namun menyiratkan keberanian yang tidak semestinya dimiliki seorang istri muda.

Pintu tertutup. Air mengalir dari pancuran seperti gerimis yang jatuh di tengah musim panas—meleburkan segala topeng, membersihkan sisa pura-pura.

Di luar, Arion masih diam. Sorot matanya tak lagi penuh selidik, tapi juga belum sepenuhnya memahami.

“Dia terlalu tenang...” gumamnya lirih.

Seolah bukan Aresya yang dikenal orang sebagai sosok lembut dan lugu.

Tapi malam itu, di kamar mewah bertabur cahaya itu, Arion melihat sisi lain dari wanita yang baru dinikahinya—sisi yang tak diberitahu oleh siapa pun. Sisi yang berbahaya… namun memikat.

...****************...

Pintu kamar mandi terbuka perlahan, mengeluarkan uap hangat yang membelai udara seperti napas lembut malam. Aresya melangkah keluar—basah yang telah menguap dari kulitnya menyisakan kilau samar di tulang selangkanya.

Ia mengenakan baju tidur hitam dengan tali yang tipis, membingkai lekuk tubuhnya bagai pahatan halus dari malam yang dituang ke dalam bentuk manusia.

Ia tidak terlihat malu. Tidak juga berniat menggoda. Ia hanya berjalan seperti biasa, seperti perempuan yang telah lama hidup sendiri—dengan caranya sendiri, dan kebiasaannya sendiri.

Arion menatapnya, bola matanya menyipit. Ada sesuatu yang menyesak di dada, seperti amarah yang tidak tahu harus dilempar ke mana.

“Berhenti bersikap seperti itu,” gumamnya, suara dingin namun terdengar berat.

“Jangan berpikir aku akan tergoda. Aku tidak akan menyentuhmu.”

Aresya mengangkat satu alis, lalu tersenyum. Bukan senyum menggoda. Bukan juga senyum menyindir. Tapi senyum seorang perempuan yang tidak pernah menaruh harap apa pun pada siapa pun.

“Tentu,” katanya ringan, seperti daun jatuh yang pasrah ditiup angin.

“Aku hanya... terbiasa berpakaian sebebasku. Tak ada yang perlu digoda ketika kau hidup sendiri hampir seumur hidupmu.”

Ia duduk di ujung ranjang, merapikan rambutnya yang masih lembap. Tangannya tenang, matanya menatap ke luar jendela yang dipenuhi cahaya kota—gemerlap yang asing, namun kini menjadi latar kehidupannya yang baru.

Arion berjalan pelan ke meja kerja, lalu menaruh sebuah map hitam di atas permukaannya yang dingin.

“Kita harus membicarakan kontrak,” ucapnya, tanpa menoleh.

Suara itu seperti pisau tumpul—tidak melukai, tapi cukup tajam untuk membelah batas kenyamanan.

Aresya hanya mengangguk pelan, masih menatap bayangan kota.

“Kontrak?” ia mengulang pelan.

“Ya. Tentang aturan… syarat… dan batasan.”

Arion kini menatapnya. Wajahnya tetap dingin, tapi sorot matanya memuat badai yang belum meledak.

“Karena mulai malam ini, kamu istriku. Tapi tetap saja, ini… adalah perjanjian.”

Hening menelusup masuk di antara mereka.

Dan di bawah cahaya kuning temaram yang menari-nari di dinding, Aresya tersenyum tipis. Bukan karena lega. Tapi karena ia tahu, kontrak itu… tidak akan sesederhana apa yang terlihat di atas kertas.

.

.

.

Next 👉🏻

1
Miu Nih.
perempuan badas kok dilawan,, tapi kamu jadi bucin kaann~ 😆😆
Miu Nih.
nyesek juga ya /Sob/
Semangat
huaa thorrr
Semangat
balaskan dendammu aresyaa
Semangat
wah Arion /Gosh//CoolGuy/
Alen's Vy: Gak nahan dia/Curse/
total 1 replies
Semangat
aih maluuu
Semangat
harusnya pernikahan yang sperti ini, hrus dengan org yg saling mencintai. tapi mereka enggak.
Alen's Vy: Iya, kan kak..
total 1 replies
Semangat
suka bgt 'malam telah tua'
Semangat
lanjut thorr gimana ini kepanjutannyaa
Alen's Vy: Besok yaaaa/Whimper//Grievance/
total 1 replies
Semangat
/Blush//Blush/
Semangat
misterius banget Aresya ini ya thor
Alen's Vy: Wkwkwk karena ada sebab.. /Shhh/
total 1 replies
Semangat
ini bagus banget Thor kata2nya
Semangat
lanjut dongg thorr kapan up lagii
Semangat
berani bgt areysa ya thor
Miu Nih.
next kak 🤗👍
Miu Nih.: Haik, siap! udah 😉
Alen's Vy: Follback ya kak/Grievance/
total 2 replies
Semangat
Menarik🥵
Alen's Vy
👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻
Miu Nih.
duh, bener2 misteri, bikin aku mikir pelan 😆 ,, pelan2 ya thor bacanya...
Miu Nih.
yg biasa disebut anonymous kah? 🤔
Miu Nih.
Aresya, yuk temenan sama Dalian 🤗
Makasih tadi udh mampir. jgn lupa keep lanjut teyuz ya...

kita ramein dengan saling bertukar komen...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!