[Cerita ini hanyalah khayalan Author sahaja, maklum masih pemula.]
Mengisahkan tentang seorang pekerja keras yang rela mengorbankan segalanya demi menyelesaikan tugasnya. Namun, karena terlalu memaksakan diri, dia tewas di tengah-tengah pekerjaannya.
Namun takdir belum selesai di situ.
Dia direinkarnasi ke dunia sihir, dunia isekai yang asing dan penuh misteri. Sebelum terlahir kembali, sang Dewa memberinya kekuatan spesial... meskipun Rio sendiri tidak menyadarinya.
Tujuan Rio di dunia baru ini sederhana, ia hanya ingin melakukan perjalanan mengelilingi dunia, sesuatu yang tak pernah ia lakukan di kehidupan sebelumnya. Tapi tanpa disadarinya, perjalanan biasa itu akan membawanya ke takdir besar…
Di masa depan yang jauh, Rio akan berdiri sebagai sosok yang menentang Raja Iblis Abyron.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KHAI SENPAI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Petualang dimulai
Keesokan paginya…
Matahari pagi perlahan menyinari desa kecil itu. Udara segar menyelinap masuk melalui celah-celah jendela. Di dalam kamar sederhana, Rio Akagami, kini berusia 15 tahun...tengah bersiap dengan semangat yang menggebu.
Ia mengenakan pakaian hitam sederhana khas calon petualang, dengan sarung tangan kulit dan pedang ringan tergantung di punggungnya. Di depan cermin, ia merapikan ikat pinggang dan memeriksa perlengkapan satu per satu, senjata, perban, air, dan jubah. Semuanya telah siap.
Dengan napas tenang dan sorot mata penuh tekad, ia tersenyum kecil.
"Ini awal dari langkahku... menuju gelar assassin terkuat dalam sejarah."
Ia membuka jendela kamarnya, membiarkan angin pagi menyapu wajahnya yang kini lebih dewasa.
"Tunggu aku, dunia luar."
Dengan langkah mantap, Rio berjalan keluar dari kamarnya dan menuruni tangga. Di ruang utama, ayah dan ibunya telah menunggu. Hari ini, Rio akan meninggalkan rumah untuk pertama kalinya sebagai seorang pengembara sejati.
Ia berdiri di depan pintu rumah, ransel kecil di punggung dan jubah hitam menyelimuti tubuhnya. Sebuah simbol kecil berbentuk cahaya dan bayangan terpahat di dada jubah, lambang tekad dan identitasnya sebagai calon assassin.
Ia menoleh ke arah kedua orang tuanya yang berdiri di ambang pintu, menatapnya penuh kasih dan kebanggaan.
Dengan suara pelan namun tegas, Rio berkata:
"Ibu... Ayah, aku berangkat dulu ya."
Ibunya tersenyum lembut, meski matanya berkaca-kaca. Ayahnya berdiri tegak, tangan di belakang, menyembunyikan emosi yang bergelora.
Mereka menjawab bersamaan, suara mereka hangat dan dalam:
"Iya, hati-hati ya, Rio."
Rio mengangguk kecil, tersenyum tulus. Sesaat, ia hanya berdiri di sana, menatap wajah orang tuanya, mengukir momen itu dalam hatinya.
Lalu, tanpa berkata-kata lagi, Rio melangkah pergi... menapaki jalan kecil yang membentang ke luar desa, menuju dunia yang luas dan penuh misteri.
Angin pagi berhembus pelan, membawa harapan dan awal dari perjalanan besar seorang anak yang kelak akan mengukir namanya dalam sejarah.
Dalam perjalanannya melewati hutan yang sunyi, Rio melangkah pelan sambil menikmati udara segar. Tapi tiba-tiba...
"Tolong!! Tolong kami!!"
Suara anak kecil terdengar samar dari balik pepohonan.
Mata Rio langsung menajam. “Itu suara minta tolong…” bisiknya dalam hati. Seketika tubuhnya lenyap, berlari menuju sumber suara dengan kecepatan luar biasa.
Tak lama, Rio berhenti di balik semak-semak tebal, berjongkok, dan mengintip dari celah dedaunan.
Mata Rio membelalak sedikit.
“Tunggu… Bukankah itu… elf!?”
Di tengah hutan yang tenang, sekelompok penjahat terlihat mengurung sepuluh gadis elf muda dalam sangkar besi kasar dan kotor. Tubuh mereka lemah, pakaian lusuh, dan wajah mereka penuh kelelahan.
Seorang penjahat bertampang keji menarik kasar rambut seorang gadis elf kecil berusia sekitar 12 tahun.
“Ahh… sakit…!”
Teriakan lirih itu dibalas tawa menjijikkan.
“Bos… boleh aku pinjam yang ini duluan? Hehe...”
Namun si pemimpin...pria besar berambut panjang dan wajah penuh luka, langsung memukulnya dengan punggung tangan.
“Enak aja! Cuma aku yang pertama! Aku pemimpin di sini, ingat itu!”
Tawa jahat menggema di antara pepohonan.
Tanpa mereka sadari, sesosok bayangan telah mengamati dari kejauhan.
Mata Rio mulai bersinar dingin.
“Orang seperti ini... pantas dihancurkan…”
Aura gelap perlahan mengelilinginya. Tekanan membunuh mulai memenuhi udara.
SWOOSH!!
Sebuah shuriken melesat dari balik bayangan pohon—menancap tepat di leher penjahat yang menyiksa gadis kecil tadi.
"GAAKH...!"
Pria itu roboh seketika. Darah menyembur dari lehernya. Tubuhnya jatuh ke tanah, berat dan hening. Gadis kecil itu menatap dengan mata terbelalak.
Semua penjahat membalikkan badan, panik.
“SIAPA ITU!?” teriak sang pemimpin, mencabut pedangnya.
Suasana mendadak hening. Angin seakan membawa firasat kematian.
Perlahan, dari balik bayangan pohon, Rio muncul. Tatapannya dingin dan penuh amarah yang ditahan. Bajunya berkibar tertiup angin, dan di tangannya, shuriken berikutnya telah siap.
“Kalian… sudah membuat kesalahan besar.”
Salah satu penjahat menunjuk Rio, gemetar.
“I-Itu cuma bocah! Hajar aja dia!”
“SERBU!!” bentak sang pemimpin.
Tapi Rio hanya menyeringai tipis.
Dalam sekejap, tubuhnya lenyap dalam bayangan.
Pertarungan pun dimulai.
lanjut