Memiliki saudara kembar nyatanya membuat Kinara tetap mendapat perlakuan berbeda. Kedua orang tuanya hanya memprioritaskan Kinanti, sang kakak saja. Menuruti semua keinginan Kinanti. Berbeda dengan dirinya yang harus menuruti keinginan kedua orang tuanya. Termasuk menikah dengan seorang pria kaya raya.
Kinara sangat membenci semua yang terjadi. Namun, rasa bakti terhadap kedua orang tuanya membuat Kinara tidak mampu membenci mereka.
Setelah pernikahan paksa itu terjadi. Hidup Kinara berubah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rita Tatha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 08
Kinara mengerjapkan mata. Terkejut ketika dirinya masih berada di ranjang suaminya. Ia segera duduk, tetapi tidak melihat siapa pun di sana. Dengan segera, Kinara turun dari ranjang. Tidak ada yang salah ataupun sakit pada tubuhnya. Bukankah itu berarti semalam tidak terjadi apa-apa. Gadis itu pun menghela napas lega.
"Mbok, Tuan Rico di mana?" tanya Kinara saat melihat Mbok Nah sedang membereskan meja makan.
"Sudah berangkat, Nyonya. Katanya ada rapat penting pagi ini. Jadi, Tuan berangkat buru-buru."
"Kenapa tidak membangunkan saya, Mbok?"
"Kata tuan tidak perlu. Tapi, karena tidak sempat sarapan, nanti jam sembilan Nyonya disuruh mengantar sarapan ke kantor," kata Mbok Nah.
"Baik, Mbok. Kalau begitu saya siap-siap dulu saja."
Kinara menuju ke kamarnya. Membersihkan diri dan memakai kaos biasa. Walaupun akan datang ke kantor suaminya, ia tidak memiliki niatan apa pun untuk berdandan. Lagi pula, ia tidak yakin kalau karyawan di kantor itu mengetahui kalau dirinya adalah istri Rico. Mengingat bagaimana tertutupnya pernikahan mereka.
Selama dalam perjalanan, Kinara duduk dengan cemas. Khawatir akan menjadi pusat perhatian nanti. Ia tidak bisa membayangkan tanggapan karyawan Rico jika mengetahui kalau ia adalah istri lelaki itu.
Ketika mobil sudah sampai di parkiran kantor, Pak Yanto dengan setia mengantar Kinara menuju ke lantai atas. Di mana ruangan Rico berada. Lelaki paruh baya tersebut sama sekali tidak meninggalkan Kinara. Bagaimana juga, ia sudah berjanji akan menjaga Kinara saat sedang tidak berada di rumah.
Pak Yanto menyuruh Kinara untuk membuka pintu, tetapi gadis itu tampak ragu-ragu dan takut. Akhirnya, Pak Yanto pun yang melakukannya. Akan tetapi, saat pintu terbuka lebar, tampak seorang wanita dengan pakaian seksi sedang duduk di samping Rico. Keduanya nampak sangat dekat bahkan tidak ada jarak yang tampak terlihat.
Kinara langsung memalingkan wajah. Merasakan aliran darah di tubuhnya berdesir. Seolah mengalir kuat hingga membuat tubuh gadis itu serasa memanas. Pak Yanto pun nampak gugup dan menutup pintu dengan cepat setelah meminta maaf. Lelaki itu kembali merasa bingung.
"Kenapa tidak jadi masuk?" Suara bariton dari arah belakang membuat Pak Yanto dan Kinara terkejut.
"Maaf, Tuan. Saya tidak tahu kalau tuan sedang ada tamu," sahut Pak Yanto.
Sementara Rico menatap Kinara tanpa berkedip sedikitpun. Hal itu membuat Kinara sama sekali tidak berani meski hanya sekadar mengangkat kepala. "Pak Yanto, pulang saja. Biar dia di sini."
Pak Yanto pun mengiyakan lalu berpamitan pergi. Setelahnya, Rico menarik Kinara untuk masuk ke ruangannya dan meminta gadis itu untuk duduk di sofa, sedangkan dirinya kembali duduk di kursi kerja.
"Dia siapa?" tanya wanita cantik yang masih duduk di samping Rico.
"Kamu tidak perlu tahu." Rico menjawab cuek. Sambil menatap layar laptopnya karena pekerjaannya belum selesai. "Kamu diamlah dulu. Aku masih harus menyelesaikan ini sebentar lagi."
"Tumben sekali kamu menyuruh pembantumu untuk ke sini. Biasanya kamu ...."
"Bukankah aku sudah menyuruhmu untuk diam!" sentak Rico. Mengejutkan Kinara juga wanita itu. "Pergilah!"
Walaupun diusir, wanita itu justru bergeming di tempatnya. Kali ini, Rico menarik tangan wanita itu. Membawanya keluar ruangan dan mengunci pintu itu. Kinara yang duduk di sofa hanya bisa diam seribu bahasa. Ia takut jika pria di depannya akan mengamuk padanya. Menilik bagaimana lelaki itu seperti sedang dipenuhi emosi.
Hampir sepuluh menit berlalu, Rico akhirnya menutup laptop itu lalu berjalan mendekati Kinara. Hal itu membuat gadis tersebut semakin gugup.
"Kenapa kamu diam saja? Kamu tidak menyuruhku sarapan?" sarkas Rico.
"Maaf," ujar Kinara. Ia membuka bekal yang dibawanya. Lalu menyiapkan sarapan untuk pria itu. "Maaf, saya sudah menganggu Anda. Saya tidak tahu kalau tadi ada kekasih Anda di sini."
"Kamu tidak perlu meminta maaf. Kamu tidak marah?"
"Untuk apa saya marah?"
Rico nampak kesal dan mendengkus kasar. "Aku bersama wanita lain, kamu tidak marah?"
"Kenapa saya mesti marah? Bukankah kita sudah berjanji bahwa tidak akan saling ikut campur masalah kita masing-masing. Lagi pula, kekasih Anda, tahunya saya adalah pembantu Anda bukan?" Kinara mulai tampak tenang.
"Ternyata masih ada, seorang istri yang tidak marah saat melihat suaminya bersama wanita lain." Rico menyunggingkan senyum seperti meledek.
"Saya berusaha tidak marah. Toh, hubungan kita hanyalah sebatas perjanjian. Seperti yang Anda katakan berkali-kali bahwa saya seperti barang yang dijual oleh orang tua saya. Lalu, kenapa saya mesti marah melihat Anda dengan wanita lain? Bahkan, jika Anda tidur dengan seribu wanita pun, saya tidak memiliki hak untuk melarang."
"Kamu sekarang sudah berani bicara lancang ya." Rico menaruh makanan yang baru dimakan setengah. "Jangan menghilangkan selera makanku."
"Maaf. Lebih baik Anda habiskan makanan Anda terlebih dahulu. Tidak baik membuang makanan. Di luar sana ada orang yang tidak bisa makan meski hanya sebutir nasi." Kinara mengambil makanan itu dan hendak memberikan kepada Rico. Namun, lelaki itu justru menolak.
"Aku hanya butuh jawabanmu satu kali lagi. Apakah kamu tidak marah aku dekat bahkan bercinta dengan wanita lain?"
"Tidak! Saya tidak akan marah. Bahkan, jika Anda ingin menikah dengan kekasih Anda saat ini juga, saya akan memberikan izin dengan seikhlas-ikhlasnya." Kinara menjawab cepat.
Akan tetapi, gadis itu tersentak ketika Rico sudah mendorong tubuhnya hingga ia duduk bersandar. Lelaki itu tampak merangkul pinggang Kinara dan memajukan wajah. Kinara hanya bisa diam saat jarak mereka sedekat itu. Bahkan, ketika tangan Rico menyusup masuk ke dalam kaos. Mengusap pinggang dengan sangat lembut, seketika membuat tubuh Kinara meremang.
Gadis itu merasakan sesuatu yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Merasakan getaran aneh yang baru pertama kali dirasakan. Yang membuat heran, Kinara sama sekali tidak bisa memberi perlawanan.
"Ternyata kamu sadar kalau kamu hanyalah budakku."
"Tuan ...."
Kinara langsung diam saat Rico sudah menempelkan bibirnya. Melum*t benda kenyal itu. Bukannya melawan, Kinara justru tampak menikmati hal yang baru pertama kali dialami. Sensasi dan gelayar aneh terasa memenuhi seluruh tubuh ketika bibirnya dan Rico saling bersentuhan. Apalagi Rico tidak berhenti melayangkan usapan lembut di pinggang Kinara bahkan sampai ke punggung.
Awalnya Kinara memejamkan mata. Namun, setelahnya ia tersadar dan mendorong tubuh Rico. Hal itu membuat lelaki itu juga ikut tersadar.
"Bukankah Anda bilang kita tidak akan melakukan kontak fisik?" tanya Kirana menahan tangis.
"Ma-maaf." Rico segera meneguk segelas air putih lalu beranjak bangkit dan duduk kembali di kursi kerjanya. Sementara Kirana masih diam di tempatnya.
Suasana di ruangan itu benar-benar canggung hingga ada sebuah panggilan masuk. Rico pun menerima panggilan itu.
"Uang lagi? Bukankah aku baru mengirim kemarin? Walaupun putri bungsumu sudah menjadi jaminan, bukan berarti kamu bisa memerasku, Om Soni!"
jangan² nanti minta anak kakaknya diurus oleh ara kalau iya otw bakar rumahnya
kinara masih bisa sabar dan berbaik hati jangan kalian ngelunjak dan memanfaatkan kebaikan kinara jika gk bertaubat takut nya bom waktu kinara meledak dan itu akan hancurkan kalian berkeping" 😏😂