NovelToon NovelToon
Istri Kontrak Sang Duda Kaya

Istri Kontrak Sang Duda Kaya

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Nikah Kontrak / Cinta Paksa / Pelakor / Diam-Diam Cinta / Kaya Raya
Popularitas:6.1k
Nilai: 5
Nama Author: NurAzizah504

Demi melunasi utang ayahnya yang menumpuk, Rumi rela menikah kontrak dengan Radit, duda kaya raya yang kehilangan istrinya tiga tahun silam karena perceraian.

Bagi mereka, pernikahan ini tak lebih dari sekadar kesepatakan. Rumi demi menyelamatkan keluarganya, Radit demi menenangkan ibunya yang terus mendesak soal pernikahan ulang. Tak ada cinta, hanya kewajiban.

Namun seiring waktu, Rumi mulai bisa melihat sisi lain dari Radit. Pria yang terluka, masih dibayang-bayangi masa lalu, tapi perlahan mulai membuka hati.

Saat benih cinta tumbuh di antara keterpaksaan, keduanya dihadapkan pada kenyataan pahit, semua ini hanyalah kontrak. Dan saat hati mulai memiliki rumah, mereka harus memilih. Tetap pada janji atau pergi sebelum rasa itu tumbuh semakin dalam.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NurAzizah504, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

9. Ungkapan Sayang

Rumi melangkah cepat, berusaha menenangkan jantungnya yang masih belum stabil. Tapi usahanya gagal total begitu Novi langsung menyergapnya dari belakang.

"WOOOOY! Jangan bilang yang tadi itu ... Mas Radit?!"

Rumi terlonjak kecil, menoleh dengan panik. "Ssst! Pelan-pelan, Nov!"

Novi menatapnya dengan tatapan tajam penuh selidik. "Jadi bener?! Ya ampun, gila sih. Tumben banget kamu dianter sama bos ganteng itu? Gimana rasanya? Deg-degan? Seakan dunia milik berdua?"

Rumi hanya menunduk, pipinya merah merona.

"Eh eh eh, muka kamu tuh udah kayak habis dibisikin ‘aku suka kamu’ dari deket banget. Jangan bilang tadi dia ... nyium kamu?"

Rumi memalingkan wajah, makin salah tingkah. Tapi sikapnya justru bikin Novi makin kegirangan.

"WOI ASTAGA! SERIUS?! RUMI KAMU KENAPA NGEGEMESIN BANGET SIH?!"

Rumi meringis. "Tadi cuma ... ya biasa aja. Dia bilang lipstikku berantakan. Terus ngerapiin. Gitu aja. Gak aneh-aneh, kok."

"GITU AJA KATAMU? Ya Tuhan, itu kayak adegan di drama Korea waktu cowoknya jatuh cinta tapi belum sadar! Fix dia suka kamu, Rum! Fix!"

Rumi hanya bisa menutup wajahnya dengan tangan, malu setengah mati. Tapi di balik semua kehebohan Novi, senyum kecil diam-diam tumbuh di bibirnya.

...****************...

Suasana ramai di lorong sekolah mendadak terasa jauh ketika sebuah pesan masuk ke ponsel Rumi.

'Rum, bapakmu dibawa ke rumah sakit. Katanya ketangkep warga karena nyuri'.

Jantungnya seperti berhenti berdetak sesaat. Tangan Rumi bergetar saat membaca ulang pesan itu. Novi yang sedang ribut sendiri langsung menoleh saat melihat ekspresi Rumi berubah drastis.

"Rum? Kenapa? Kamu pucat banget."

"Aku harus pergi," ucap Rumi cepat, suaranya bergetar. "Bapak ... Bapak masuk rumah sakit."

Tanpa menunggu tanggapan, Rumi berlari keluar gerbang sekolah. Tangis mulai pecah di sepanjang langkah tergesa-gesanya.

Di rumah sakit, Rumi berdiri di depan pintu ruang IGD. Napasnya memburu, air matanya tak bisa lagi ditahan. Ia melihat Anwar terbaring, wajahnya lebam-lebam, tangan diperban, dan beberapa luka menganga di pelipis.

"Maaf, Mbak," suara suster memanggil, "Dokter sedang menjahit lukanya. Pasien selamat, tapi butuh waktu untuk pulih."

Rumi hanya mengangguk, tak sanggup berkata-kata. Di balik kaca, rasa sesak menghantam dadanya. Sekalipun Bapak sudah banyak melukainya, tapi tetap saja, itu ayahnya.

Pintu ruang IGD perlahan terbuka. Rumi keluar dengan langkah pelan. Matanya sembab, pipinya basah karena air mata yang belum juga berhenti. Ia berjalan lunglai ke kursi tunggu, duduk sambil menunduk, kedua tangannya saling menggenggam erat di pangkuan.

"Rum ...."

Rumi tersentak pelan, menoleh. Radit berdiri di sana dengan jas kerjanya yang belum sempat dilepas, dasi agak longgar, wajah serius penuh kecemasan.

"Mas Radit?" Suaranya nyaris tak terdengar. "Kok bisa di sini?"

Radit tidak menjawab langsung. Ia berjalan mendekat, lalu berlutut di hadapan Rumi. Tatapannya tak bisa dilepaskan dari wajah gadis itu. "Tadinya aku mau jemput kamu pulang. Tapi, kamu nggak ada di sana. Temanmu bilang, kamu buru-buru pergi karena bapak masuk rumah sakit."

Rumi menggigit bibir, mencoba tersenyum walau sangat pahit. "Maaf, aku nggak sempat ngabarin Mas Radit. Aku panik banget."

Radit menarik napas dalam, lalu menghela pelan. "Rum, kamu gak sendiri. Aku di sini."

Rumi menunduk lagi, suaranya pecah. "Kenapa harus selalu aku, Mas? Kenapa aku yang harus malu terus? Kenapa aku yang harus nanggung semuanya sendiri?"

Dengan lembut, Radit meraih tangan Rumi, menggenggamnya erat. "Kamu gak harus sendiri lagi. Apa pun yang terjadi, kamu punya aku."

Beberapa detik hening. Kemudian Radit berdiri, lalu duduk di samping Rumi, merangkul pundaknya perlahan.

Rumi tak melawan. Ia justru bersandar pelan di dada pria itu, seolah lelah dan ingin rehat sebentar saja dari dunia yang terus menyakitinya.

Beberapa jam setelah kondisi Anwar dinyatakan stabil, Radit memutuskan untuk menemui pihak kepolisian dan warga yang tadi sempat menangkap dan memukuli Anwar.

Di luar rumah sakit, suasana masih ramai. Beberapa warga tampak berkumpul sambil membicarakan kejadian pencurian tadi siang.

Radit berjalan mendekat dengan tenang, wajahnya datar tapi sorot matanya tajam. Seorang polisi segera mengenalinya.

"Pak Radit?"

"Iya, Pak. Saya ingin berbicara terkait Pak Anwar."

Warga mulai berbisik, beberapa dari mereka tampak enggan jika ada 'orang kaya' ikut campur.

"Saya tau apa yang dilakukan Pak Anwar salah," Radit memulai dengan suara tegas. "Tapi tolong, jangan selesaikan masalah ini dengan main hakim sendiri."

Seorang warga berseru, "Mas, orang itu sudah sering nyolong! Kami capek! Meresahkan warga, gak mampu bayar utang! Mau sampai kapan kita sabar?"

Radit menatapnya lekat. "Kalau kalian butuh keadilan, biar hukum yang bicara. Tapi jika kalian hanya ingin pelampiasan, berarti kalian gak jauh berbeda."

Semua terdiam. Polisi ikut bicara, "Kami akan proses sesuai prosedur, Pak. Tapi akan lebih baik jika ada penjamin, karena luka-luka yang dialami Pak Anwar pun cukup berat."

"Aku yang jamin," ucap Radit mantap. "Dan semua biaya pengobatan akan aku tanggung."

Warga kembali saling pandang. Mereka tidak menyangka pria kaya itu akan sejauh ini turun tangan.

Polisi mengangguk pelan. "Baik, kalau begitu kami akan siapkan berkas jaminannya."

Radit menarik napas lega. Tapi bukan karena urusan hukum yang sedikit mereda, melainkan karena hatinya perlahan mantap. Bahwa kini, ia benar-benar ingin menjaga Rumi dari semua yang menyakitinya.

Rumi berdiri di luar kamar rawat inap, menatap punggung Radit yang sedang berbicara dengan dokter. Ia mendengar sendiri bagaimana Radit menyanggupi semua biaya dan menjadi penjamin hukum untuk ayahnya. Padahal ini bukan tanggung jawabnya.

Radit berbalik, dan mereka saling menatap.

"Udah selesai urusannya?" tanya Rumi pelan.

Radit mengangguk. "Sudah. Ayahmu bisa pulang besok kalau kondisinya membaik."

Rumi menunduk, bibirnya gemetar menahan emosi.

"Mas ...."

"Hm?"

"Kenapa?" tatapannya menajam, "Kenapa Mas Radit repot-repot begini? Kontrak kita nggak mewajibkan Mas ngelakuin semua ini. Bahkan aku pun nggak minta."

Radit diam. Bukan karena tidak ingin menjawab. Dia sedang memilih kata yang tepat.

"Karena aku nggak bisa tenang kalau kamu terluka, Rum."

Rumi menahan napas.

"Aku tau kamu berpikir semua ini cuma karena kontrak. Tapi bukan itu. Bukan lagi."

Radit mendekat. "Kamu ... udah jadi bagian dari hidupku. Aku marah waktu kamu mendiamkanku. Aku takut waktu kamu sakit hati. Dan aku lega setiap kali melihat kamu aman."

Rumi menunduk, tapi kali ini matanya sudah berkaca-kaca. "Jadi semua ini karena Mas Radit sayang sama aku?"

Radit menghela napas pelan, menatap dalam ke matanya. "Iya, Rum. Aku sayang. Lebih dari yang kamu kira."

1
Author Sylvia
moga aja Dimas bukan jadi orang ketiga buat hubungan Rumi dan Radit.
NurAzizah504: semoga saja, Kak /Sob/
total 1 replies
Author Sylvia
so sweet banget sih /Chuckle//Chuckle//Chuckle/
NurAzizah504: baru sah soalnyaaa
total 1 replies
Author Sylvia
jadi pengen punya cowok seperti Radit, perhatian banget ke ceweknya.
NurAzizah504: suami aja, Kak. biar sah sekalian /Joyful/
total 1 replies
Santai Dyah
klo udh di tolak harusnya pergi lah dari pada mkan hati ah nauval
NurAzizah504: berjuang dulu ga sih /Grin/
total 1 replies
Santai Dyah
pelukan yang mengharu biru antara anak dn bapak
NurAzizah504: setelah sekian lama, Kak
total 1 replies
Santai Dyah
netizen maha benar, Tiba-tiba menghujat tiba-tiba membela benar-benar sama dengan keadaan di negeri konohoa ini
NurAzizah504: iya kan. fans dan hatters bisa berubah dalam satu detik
total 1 replies
Santai Dyah
Radit bersikap tegas akhirnya melaporkan Bu Widya dan reva,
NurAzizah504: ceo satu itu ga main2 tegasnya
total 1 replies
Muliana
Semoga Rumi gak merasa tertekan dengan perhatian yang Radit berikan.
NurAzizah504: semoga saja ya. terlalu diperhatikan begitu jg ga enak rasanya
total 1 replies
Muliana
Dan dokter juga mengatakan jika kehamilan kamu butuh dijaga dengan ekstra
NurAzizah504: nah, benerr
total 1 replies
Tanz>⁠.⁠<
wah seru juga jadi guru TK, bisa sekalian main sama bocil bocil 🤭
NurAzizah504: iya nih. tp bocil2 kebanyakan bandel2 tuh, wkwk
total 1 replies
Tanz>⁠.⁠<
hemm...awas nanti jatuh cinta kamu loh 🤭
NurAzizah504: siap, kak /Joyful/
Tanz>⁠.⁠<: oke ku liatin ya 🤭
total 3 replies
Tanz>⁠.⁠<
cepat ninggoy aja gak sih 😆✌🏻
NurAzizah504: heh, bentr duluu /Facepalm/
total 1 replies
Tanz>⁠.⁠<
nada nga ngusir banget ya pak 😏
NurAzizah504: engga. baik hati itu lhoo /Facepalm/
total 1 replies
Tanz>⁠.⁠<
gak kebayang sekencang apa detak jantung Rumi saat itu 🥲
NurAzizah504: iya lagi /Sob/
Tanz>⁠.⁠<: pasti lagi berdisko detak jantung nya waktu itu 😭
total 3 replies
R 💤
cieee Novi...
NurAzizah504: cie cieeee
total 1 replies
R 💤
hahahahah
NurAzizah504: biasa, pak bidan /Joyful/
total 1 replies
R 💤
senangnya di perhatikan suami 😍
NurAzizah504: jdi pengen punya suami /Facepalm/
total 1 replies
R 💤
ikutt terharuu.....🥺🥺🥺
NurAzizah504: /Facepalm//Facepalm//Facepalm/
R 💤: ngamuk lah kak haha
total 5 replies
R 💤
separah itu fitnahnya, Astaghfirullah...
NurAzizah504: hukumannya pun ga kalah parah
total 1 replies
R 💤
wahaha rasakan kaliannn....
NurAzizah504: dua2nya gabisa dipercaya, wkwk
R 💤: makanya kak, awalnya aja sekongkol hadehh
total 3 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!