Setelah berhasil kabur dari Ayah angkatnya, Iyuna Marge memutuskan untuk bersekolah di sekolah elite school of all things Dengan Bantuan Pak kepala yayasan. Ia dengan sengaja mengatur nilainya menjadi 50 lalu mendapat kelas F. Di kelas F ia berusaha untuk tidak terlihat mencolok, ia bertemu dengan Eid dan mencoba untuk memerasnya. Begitu juga beberapa siswa lainnya yang memiliki masa lalu kelam
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anggara The Blukutuk³, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pakaian
Keesokan harinya, Anggara bangun lebih awal dengan mata yang perlahan terbuka, merasakan sinar matahari yang menyusup masuk melalui celah-celah dinding gudang. Ia menggerakkan kepalanya pelan dan melihat ke arah Iyuna yang sedang tertidur pulas di dadanya, napasnya teratur naik turun dengan tenang.
Anggara kemudian mengangkat tangannya perlahan dan mengelus lembut rambut Iyuna dengan gerakan menyapu dari puncak kepala hingga ujung rambutnya, jari-jarinya bergerak dengan hati-hati agar tidak membangunkannya terlalu kasar. "Iyuna.., bangunlah" Ucapnya dengan suara berbisik lembut, getaran suaranya merambat melalui dadanya.
Iyuna mengerjapkan matanya beberapa kali, kelopak matanya bergetar sebelum terbuka sepenuhnya, lalu mengangkat kepalanya dengan berat sambil mengusap mata dengan punggung tangannya.
"A—apa?"
"Apa sudah pagi?"
Tanya Iyuna dengan suara serak, kemudian bangkit dari dada Anggara sambil menegakkan tubuhnya dan meregangkan otot-otot yang kaku.
"Benar!"
"Kita akan keluar untuk mencarikan pakaian untukmu"
Anggara kemudian memfokuskan pandangannya untuk memperhatikan Iyuna sebentar, matanya menyapu dari atas ke bawah dengan ekspresi memikirkan sesuatu.
"Yeah, kau butuh pakaian saat kita keluar"
Ucapnya, kemudian ia memutar tubuhnya ke samping dan membuka sebuah tas lusuh di sampingnya dengan gerakan menarik resleting, lalu memasukkan tangannya ke dalam dan mengeluarkan satu kaos berwarna putih yang agak kusut.
Iyuna hanya duduk diam memperhatikan Anggara dengan mata mengikuti setiap gerakan yang dilakukannya, alisnya berkerut menunjukkan kebingungan.
"Apa yang kau lakukan?" Tanya Iyuna, memiringkan kepalanya ke kanan dengan mulut sedikit terbuka.
Anggara kemudian mengangkat kaos itu di depan matanya dan memperhatikan ukurannya, lalu melirik ke arah tubuh Iyuna sambil membandingkan panjang dan lebar kaos dengan postur Iyuna.
"kurasa ini cukup, cuman ada atasannya sih" Ucap Anggara sambil menggeleng-gelengkan kaos di udara.
"Baju apa itu?" Tanya Iyuna, mengangkat tangannya dan menunjuk dengan jari telunjuk ke kaos yang dipegang Anggara, matanya menatap dengan penasaran.
Anggara menggerakkan kaos itu lebih dekat ke arah Iyuna sambil menjawab,
"Yeah, ini pakaian cadanganku"
"Kau tau? Aku juga butuh lebih dari satu pakaian untuk bertahan hidup"
"dan meski hanya atasan, ini tampaknya cukup untuk menutup bagian atas hingga pahamu"
Ucap Anggara, ia kemudian mengulurkan tangannya dan memberikan baju itu ke Iyuna yang hanya berdiri mematung menatap Anggara dengan mata terbelalak.
Iyuna kemudian mengangkat kedua tangannya dan menerimanya dengan gerakan hati-hati, lalu memutar-mutar kaos itu di tangannya sambil berusaha memahami cara memakainya. Yeah, karena dia tidak pernah memakai pakaian sebelumnya, ia kesulitan dan terlihat bingung dengan lubang-lubang yang ada.
"E—enhh!"
Gumam Iyuna sembari menarik-narik ujung kaos pemberian Anggara itu dengan gerakan frustrasi, tangannya bergerak tidak karuan mencoba memasukkan kepalanya ke lubang yang salah.
Anggara hanya memiringkan kepalanya dan memperhatikan dengan heran, menyadari bahwa Iyuna tidak bisa memakainya. Ia kemudian bangkit berdiri dan langsung mendekat dengan langkah cepat.
"Kau tidak bisa memakainya yah?" Tanya Anggara sambil berjongkok di depan Iyuna.
Iyuna mengangkat wajahnya dan menatap Anggara sejenak, pipinya memerah malu sambil menggigit bibir bawahnya, "I—itu..," Ucapnya, membuang muka ke samping sambil menggerakkan kakinya gelisah.
"I—iya, aku tidak bisa" Lanjut Iyuna dengan suara hampir berbisik.
Anggara mengangkat sudut bibirnya dan tersenyum kecil dengan ekspresi pengertian, "Sini" Ucapnya, mengulurkan tangan dengan telapak terbuka ke arah Iyuna.
Iyuna kemudian menyerahkan kaos itu dengan gerakan pelan, menjatuhkannya ke tangan Anggara.
"Aku akan pakaikan"
"tapi, jangan marah kalau aku menyentuh bagian yang seharusnya tidak kusentuh yah"
Ucap Anggara, sembari memegang ujung kaos dan melonggarkan lubang lengan dengan gerakan merenggangkan kain, bersiap memakaikannya.
Iyuna merasa bingung, keningnya berkerut sambil menggelengkan kepala pelan,
"Bagian yang tidak seharusnya disentuh?"
"bagian seperti apa?"
Tanya Iyuna sembari memiringkan kepalanya dengan ekspresi polos yang tidak mengerti.
Anggara hanya menghela napas panjang sambil menggeleng kepala, ia kemudian berjongkok dan memasukkan kepala Iyuna ke lubang kaos itu dari atas dengan gerakan perlahan dan hati-hati.
"E—enghh~", Erang Iyuna sambil tubuhnya sedikit bergoyang karena proses pemasangan.
"maaf²" Ucap Anggara sambil menarik kaos ke bawah, meneruskan hingga kaos itu jatuh menutupi tubuh Iyuna dengan sempurna.
"nah, bagus" Ucap Anggara, melangkah mundur beberapa langkah untuk mengamati hasil kerjanya dengan mata menyapu naik turun.
Iyuna mengangkat tangannya dan mengamati lengan serta tubuhnya yang kini tertutup kain, memutarkan tubuhnya ke kiri dan kanan sambil menyentuh-nyentuh kain di tubuhnya, "wah, keren" Ucapnya dengan nada takjub.
Mereka kemudian berjalan keluar dari gudang itu dengan langkah beriringan, kaki mereka melangkah di atas jalanan berbatu dalam perjalanan menuju toko pakaian yang tidak terlalu jauh.
Sesampainya di toko pakaian, mereka berdua memasuki toko dan mengamati deretan pakaian yang terpajang rapi di gantungan-gantungan. Mata Iyuna melebarkan pandangannya dan menatap pakaian-pakaian berwarna-warni itu dengan mata berbinar penuh kekaguman.
Anggara mulai berjalan pelan mengamati sekitar sambil tangannya menyentuh beberapa kain untuk merasakan teksturnya,
"pilih saja satu yang kau mau" Ucap Anggara, menolehkan kepalanya dan menatap ke Iyuna dengan senyum kecil.
Iyuna sempat tersentak dan terkejut, matanya membulat sambil mundur selangkah, "b—bolehkah? Aku takut aku akan merepotkanmu" Tanyanya dengan suara ragu-ragu sambil memainkan ujung kaosnya.
Anggara hanya mengangkat sudut bibirnya dan tersenyum kecil dengan mata yang lembut, "tidak apa apa" Ucapnya, nadanya merendah sambil mengangguk meyakinkan.
Iyuna kemudian berjalan mendekati salah satu rak dan mengambil satu set rok mini sepaha berwarna biru tua serta kemeja berwarna putih, mengangkatnya tinggi-tinggi di depan tubuhnya untuk melihat ukurannya.
Anggara menggerakkan kakinya dan berjalan mendekati Iyuna yang tampak riang memamerkan pakaian itu dengan gerakan memutar-mutar pakaian di tangannya.
"pilihan yang bagus"
"tapi, apakah itu pas untukmu?"
Tanya Anggara, matanya bergerak melirik bergantian antara tubuh Iyuna dan pakaian yang dipegangnya sambil menilai ukuran.
Seorang kasir wanita muda datang mendekati mereka dengan langkah ringan, "untuk mencoba pakaian, kalian bisa pergi ke sana" Ucapnya ramah, sembari mengangkat tangannya dan menunjuk ke arah ruang ganti di pojok toko.
"Oh ya, terima kasih"
Ucap Anggara sambil mengangguk sopan. Iyuna kemudian dengan gerakan spontan dan cepat menggandeng tangan Anggara erat-erat lalu berlari dengan langkah melompat-lompat ke arah ruang ganti.
"Tu—tunggu, Iyuna"
"Apa hanya itu saja yang ingin kau beli?"
Tanya Anggara sambil tubuhnya terseret oleh tarikan kuat Iyuna, kakinya berusaha mengimbangi langkah cepat Iyuna.
"Ya, tentu saja!" Jawab Iyuna dengan nada bersemangat sambil terus menarik tangan Anggara.
Sesampainya di depan ruang ganti, mereka berdua masuk ke dalam bilik sempit tersebut bersamaan, wajah Anggara langsung memerah seperti tomat matang sambil menelan ludah gugup.
"ke—kenapa aku harus ikut?" Tanya Anggara dengan suara bergetar sambil matanya melirik ke segala arah menghindari pandangan.
"Ya harus dong! Aku kan ngga bisa makenya" Jawab Iyuna, sembari mengangkat rok mini di tangannya dan melihat serta mengamati setiap detail jahitan dan kancing dari rok yang dipegangnya.
"Kau tidak butuh yang lain?"
"misalnya, daleman atau aksesoris?"
Tanya Anggara sambil tangannya bergerak perlahan membuka satu persatu kancing kemeja yang akan dipakai Iyuna.
"Tidak, aku tidak butuh itu!"
"lagipula, aku yakin itu akan menghabiskan banyak uang Anggara"
Jawab Iyuna, nadanya tegas sambil menggelengkan kepala dengan mantap.
Iyuna kemudian meraih ujung kaos yang sedang dipakainya dengan kedua tangan, kemudian mengangkatnya perlahan ke atas sambil sedikit kesulitan.
"begini yah?"
Tanya Iyuna sambil mengangkat alisnya, ia menanyakan apakah gerakan yang ia lakukan sudah benar atau tidak.
"Yeah, benar"
"begitu, lanjutkan hingga kepalamu melewati lubangnya"
Jawab Anggara, sembari mengulurkan tangannya dan memegang ujung kaos Iyuna, memastikan bahwa Iyuna melakukannya dengan benar tanpa tersangkut.
Anggara kemudian mengambil kemeja putih dan membuka kancing-kancingnya satu per satu, lalu dengan hati-hati memasukkan tangan Iyuna ke dalam lubang lengan sambil membimbingnya. Mata Anggara dengan sengaja melirik ke arah dinding menghindari tubuh Iyuna sambil pipinya masih memerah.
Setelah mengancingkan kemeja dengan gerakan cepat dan terampil, Anggara kemudian mengambil rok dan membuka resletingnya, lalu dengan gerakan melingkar melilitkannya di pinggang Iyuna sambil menarik resleting ke atas.
"nah, sudah"
"sekarang, ayo keluar"
Ucap Anggara, kemudian menggerakkan tangannya menarik tirai berwarna merah itu ke samping dan berjalan keluar ruang ganti dengan langkah terburu-buru. Tentu, Iyuna mengikutinya dari belakang dengan langkah ringan.
Setelah mereka keluar dari toko pakaian itu dengan membawa kantung belanjaan, Anggara berhenti sejenak di trotoar dan merasa bingung akan kemana selanjutnya. Anggara mulai berjalan pelan sembari menggerakkan bahunya menenteng tas di pundaknya. Yang tak lain berisi uang dan pakaian ganti miliknya.
Iyuna menggerakkan kakinya dengan langkah melompat kecil dan berjalan mendekat ke Anggara dengan wajah antusias yang berseri-seri.
"hei"
"Aku ingin membantumu"
"bolehkah aku yang membawa tasnya?"
Tanya Iyuna, matanya bersorot penuh harap sambil kedua tangannya terulur ke arah tas Anggara.
Anggara hanya menggerakkan kepalanya dan melirik ke arah Iyuna dengan ekspresi ragu.
"tidak, terima kasih"
"ini berat lohh"
Ucapnya, sembari menggerakkan bahu naik turun dan menggoyangkan tas di pundaknya untuk menunjukkan beratnya.
"Hmmp~" Pipi Iyuna mengembung seperti balon sambil tangannya menyilang di dada.
"Coba dulu dong"
"Aku nggak selemah itu"
Ucap Iyuna dengan nada kesal sambil menghentakkan kaki ke tanah.
Anggara hanya mengeluarkan suara tawa kecil "hehe" sambil menggelengkan kepala menghadapi tingkah kekesalan Iyuna yang menurutnya lucu.
Tiba tiba, "Zlepp" langkah Anggara dan Iyuna berhenti mendadak, Anggara secara refleks menggerakkan tangan kanannya ke samping menghadang Iyuna sambil tubuhnya melangkah ke depan melindungi.
Sekelompok pria berpakaian serba hitam muncul dari balik gedung dan menghadang mereka dengan posisi melingkar. Benar, tampaknya mereka adalah bawahan Layze yang sudah lama mencari.