Cinta memang gila, bahkan aku berani menikahi seorang wanita yang dianggap sebagai malaikat maut bagi setiap lelaki yang menikahinya, aku tak peduli karena aku percaya jika maut ada di tangan Tuhan. Menurut kalian apa aku akan mati setelah menikahi Marni sama seperti suami Marni sebelumnya???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Its Zahra CHAN Gacha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8. Kembali
Melihat matahari mulai terbit Amar pun memutuskan untuk pulang ke rumah. Ia penasaran juga dengan Marni, apakah perempuan itu sudah kembali atau masih menghilang.
Suasana rumah tampak sepi, sepertinya ayah dan ibunya sudah berangkat ke sawah pagi-pagi.
Suara perut keroncongan Amar membuat pria itu langsung menuju ke dapur untuk mencari makanan.
Sesosok wanita dengan rambut panjang terurai membuat Amar terkejut bukan main.
"Marni???" tatap wajah ketakutan Amar tak bisa disempurnakan saat melihat wanita itu tengah memasak di dapur
"Maaf kalau sudah buat Mas kaget," jawab Marni menyunggingkan senyumnyaSuara derit pintu membuat seorang wanita yang tengah asyik memasak langsung membalikkan badannya.
Amar yang tengah fokus mencari makanan seketika kaget melihat sosok wanita dengan rambut panjang terurai dengan daster putih.
Wajah pucat dengan mata panda berwarna hitam nyaris membuat Amar mengira wanita itu adalah makhluk halus. Namun senyuman wanita itu seketika membuat Ia sadar jika wanita di depannya itu adalah istrinya yang hilang Marni.
"Marni???" tatap wajah ketakutan Amar tak bisa disempurnakan saat melihat wanita itu tengah memasak di dapur
Marni begitu bahagia melihat sang suami hingga lngsung berlari memeluknya.
"Akhirnya kamu pulang juga Mas, aku sangat merindukan mu," seru Marni
Wanita itu terus memeluk erat Amar, sedikitpun ia tak memberi ruang gerak kepada Amar untuk melepaskan diri darinya.
"Tolong lepaskan dek, Mas laper,"
Marni langsung melepaskan pelukannya saat mendengar suara perut Amar. Ia buru-buru membuat segelas teh hangat dan memberikan kepadanya.
Tak lupa Marni juga menyajikan sepiring singkong rebus untuk menemani teh manisnya.
Sementara itu Marni seperti lupa ingatan wanita itu bahkan tak ingat apapun kejadian semalam.
"Maaf kalau sudah buat Mas kaget," jawab Marni menyunggingkan senyumnya.
Amar menepis ucapan wanita itu. Meskipun rasa takut masih menghantuinya pasca kejadian semalam ia berusaha bersikap normal di depan istrinya itu.
"Tidak apa-apa," jawab Amar
Amar kemudian teringat dengan ucapan Ustadz Gani, ia pun meminta Marni untuk berganti pakaian. Ia ingin mengajaknya bertemu dengan Ustadz Gani.
"Kalau tidak keberatan aku ingin memperkenalkan mu dengan ustadz Gani," ucap Amar dengan hati-hati.
"Baik Mas, kalau gitu aku siap-siap dulu," jawab Marni kemudian pergi meninggalkannya
Wanita itu berjalan menuju kamarnya. Ia kemudian duduk di depan cermin dan menyisir rambutnya yang panjang. Tidak lama Amar menyusulnya, ia begitu terkejut saat melihat kamarnya sudah rapi. Ia termangu saat melihat semuanya sudah kembali seperti sedia kala. Jam dinding yang terbelah dua pun sudah kembali normal dan terpanjang di tembok kamarnya.
Mata indah Marni bergerak memperhatikan wajah bingung suaminya. Ia kemudian berdiri dan mendekat kearahnya.
"Kenapa, pagi-pagi kok bengong?" tanya Marni
Amar seketika tergagap saat menyadari Marni berdiri di depannya.
"A..a..apa kamu yang merapikan kamar ini?" tanya Amar gagap
Marni menggeleng, " Memangnya ada apa dengan kamar kita, aku tidak merapikannya karena tidak ada yang perlu aku rapikan. Semuanya masih bersih dan tersusun rapi saat aku bangun. Aku justru ingin berterima kasih padamu karena selalu merapikan kamar kita," Jawab Marni
*Deg!
"Rapi??" Netra amar seketika membola mendengar jawaban sang istri
Tentu saja ia tak percaya dengan ucapan Marni. Bagaimana bisa kamar tiba-tiba rapi saat ditinggal pergi, mungkin Marni sengaja berbohong atau menutupinya agar ia tidak pnaik, pikirnya.
"Iya mas semuanya rapi, kamu tuh emang benar-benar suami idaman ya," jawab Marni sambil merapikan kemeja Amar
"Apa kamu tidak ingat kejadian semalam?" tanya Amar memberanikan diri bertanya kepadanya
"Kejadian apa, memangnya apa yang terjadi denganku??" tiba-tiba raut wajah Marni seketika berubah mendengar pertanyaan Amar.
Wajahnya seketika memucat, sorot matanya mengisyaratkan rasa takut yang tak bisa disembunyikan.
"Apa kamu benar-benar tidak ingat kejadian semalam?" jawab Amar dijawab gelengan kepala Marni.
"Memangnya apa yang terjadi padaku Mas, apa aku bertingkah aneh sehingga membuat mu ketakutan atau kau melihat sesuatu dalam diriku, ayo beritahu aku," rasa penasaran begitu tersirat dalam wajah ayu Marni.
Amar bisa membacanya dengan jelas, wanita itu benar-benar tak sadar melakukan semuanya.
Apa dia dikendalikan oleh mahluk halus??, pikir Amar.
"Mas, jangan diam dong, ayo jawab!" seru Marni membuat Amar terkesiap
"Ah, tidak ada apa-apa, seperti yang kamu lihat saat bangun tidur semuanya baik-baik saja. Mungkin hanya aku yang tidak baik-baik saja," jawab Amar mencoba meredam rasa ingin tahu Marni
Bibir tipis Marni membentuk bulan sabit, senyuman manja wanita itu tak pernah gagal membuat dada Amar bergemuruh. Entah ada apa dengan senyuman wanita itu yang selalu membuat Amar jatuh hati padanya.
"Maafin aku ya Mas, gara-gara aku tertidur saat menunggu mu jadi kita gagal melakukannya," jawab Marni menatap manja wajah suaminya
"Iya gak papa dek, aku masih bisa nunggu kok," sahut Amar
"Apa mau sekarang Mas, mumpung bapak dan ibu gak ada?" goda Marni
Amar menggeleng, "Jangan sekarang, aku sudah janji sama ustadz Gani," jawab Amar di sambut wajah manyun Marni
"Ya sudah kalau gitu aku siap-siap dulu," sahut Marni kemudian menjauhinya
Wanita itu membuka lemari pakaiannya dN mengambil sebuah gamis berwarna navy. Warna yang begitu serasi dengan kulit kuning Langsat Marni yang terlihat makin bening.
Wanita itu tak lupa memoleskan listrik berwarna nude dengan bedak tipis membuat kecantikannya terlihat pari purna.
Tanpa make up memang Marni sudah terlihat cantik dan manis, jadi wajar saja jika ia semakin mempesona meskipun hanya memakai bedak tabur dan gincu saja.
Aroma wangi mawar tercium begitu khas dengan karakter misterius Marni. Wanita itu segera menghampiri Amar yang menunggunya di beranda rumahnya.
"Ayo Mas," sapa Marni lagi-lagi berhasil membuat Amar menganga
Ia segera mematikan rokoknya dan mendekatinya.
"Kita ini mau silaturahmi aja ke rumah ustadz Gani sekalian bantu-bantu buat acara haul apa kamu gak keberatan?" tanya Amar
"Gak masalah Mas," jawab Marni kemudian menggandeng lengannya
Keduanya pergi meninggalkan rumah dengan berjalan kaki. Sepanjang jalan Marni banyak bercerita tentang kebahagiaannya menjadi istri Amar. Sementara Amar hanya menjadi pendengar setia.
Tatapan mata penuh takjub para pria dan bisik-bisik penuh iri para wanita menyambut kedatangan keduanya. Tak bisa dipungkiri kecantikan Marni mampu membuat semua pria terpukau dengan pesonanya. Bukan hanya para pria, bahkan para wanita do buat kagum sekaligus iri dengan kecantikan wanita tiga puluh lima tahun itu.
"Itu toh Marni istrinya Amar, katanya cantik kok malah serem gitu ya," ucap seorang wanita
"Iya katanya semua mantan suaminya mati setelah malam pertama, gimana nasib Amar ya?" timpal yang lainnya
"Iya, makanya dia bawa Marni ke sini, dengar-dengar sih mau di rukiyah dia!"
*Deg!
Marni tiba-tiba berhenti saat mendengar ucapan mereka.