Selby dan Bagas saling mencintai dalam diam. Saat Bagas menyatakan cinta Selby menolak karena berpikir mereka saudara sedarah.
Padahal mereka bukan sedarah. Akankah hal itu bisa terungkap?
Akankah ibu dari Bagas mengungkap rahasia yang selama ini dia simpan rapat?
Dapatkah Bagas dan Selby bersatu.(Disarankan baca lebih dulu novel Benih Kakak Iparku.)
Baca kisah mereka hanya di Mangatoon/Noveltoon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon miss ning, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6
Rara tersenyum melihat kedatangan Bagas. Ia penasaran kenapa Bagas tidak menghubungi dirinya kemarin. Sambil berlari kecil Rara menghampiri Bagas. Lelaki itu tahu Rara akan menghampirinya.
“Hai Bagas.”
Bagas menatap sekilas wajah Rara. Tidak ada jawaban dari sapaan Rara. Bagas memilih untuk tetap berjalan tanpa memedulikan Rara.
“Berani-beraninya dia mengacuhkanku.”
Rara tidak terima ada lelaki lain yang menolak dirinya. Ia pun segera mengejar Bagas kembali. Lalu dengan berani memeluk lengan Bagas tanpa seijin lelaki itu.
Bagas berhenti. Ia menatap tidak suka pada tangan Rara yang membelit lengannya.
“Lepas.”
Rara tidak mau melepas. Gadis itu semakin erat memeluk lengan Bagas. Rara memandangi wajah Bagas yang sangat tampan dan mempesona. Hanya diam saja wajah Bagas begitu menarik. Rara begitu mengagumi ketampanan Bagas. Lengannya juga kuat dan berotot.
“Lihat itu Bagas dan Rara serasi sekali. Yang satu tampan dan yang satu cantik.”
“Bagas beruntung ya baru masuk sudah sedekat itu dengan bunga kampus.”
“Iya, kakakku aja ditolak mentah-mentah sama Rara. Lha ini Bagas baru dua hari masuk aja udah sedekat itu sama Rara si bunga kampus.”
Bisik-bisik mahasiswa lain membuat kepercayaan diri Rara meningkat. Bagas memang tampan dan dia juga cantik. Tentu saja mereka sangat serasi. Rara senyum-senyum sendiri membayangkan hubungan dirinya dengan Bagas.
Sedangkan Bagas mengeraskan rahang. Menahan rasa kesal karena kelancangan Rara. Bagas tidak peduli Rara itu bunga kampus, kembang desa, wanita tercantik atau apalah ia tidak peduli. Ia juga tidak tertarik menjalin hubungan apapun dengan Rara. Ia tidak suka tubuhnya disentuh oleh perempuan. Kecuali saudaranya dan Selby tentunya.
Bagas melepaskan tangan Rara dari lengannya. “Jangan pernah menyentuhku kak. Nanti kalau kekasihku tahu dia bisa salah paham.”
“Kau sudah punya kekasih?”
“Benar kakak, jadi tolong jangan bersikap seperti tadi. Karena aku pria setia dan aku mencintai kekasihku.”
“Jangan memanggilku kakak.”
“Kenapa? Bukankah kau memang lebih tua setahun atau dua tahun dariku jadi wajar saja jika aku memanggilmu kakak. Kau kan memang kakak senior disini.”
Sial
Kata-kata Bagas terlalu jujur. Ia kesal tapi itu benar. Oh rasanya ia amat terhina. Baru kali ini dia ditolak oleh seorang lelaki.
Meskipun memiliki kekasih para lelaki sebelumnya akan memutuskan kekasihnya dan memilih dirinya. Ia pun akan membuat Bagas seperti itu.
Rara tersenyum. Lalu berkata “Kau akan meninggalkan kekasihmu demi aku.”
Mata Bagas memicing. Melihat ke arah Rara.
“Kau terlalu percaya diri.”
“Semua lelaki begitu dan kau termasuk. Lihat saja nanti kau akan bersamaku.”
Bagas tidak menjawab. Ia tidak ingin buang-buang tenaga meladeni Rara. Lalu ia pergi meninggalkan Rara disana.
Gadis itu kesal. Baru kali ini dia ditolak. Harga dirinya seolah jatuh. Ini penghinaan baginya. Putri sulung seorang pengusaha hebat tidak boleh kalah. Ia akan membuat Bagas dan kekasihnya berpisah. Dengan kekuasaan yang ayahnya miliki ia akan mudah mencari tahu siapa kekasih Bagas.
**
Sebuah mobil masuk halaman kampus. Semua orang tahu itu mobil milik Edward. Sisil menghampiri. Langkahnya terhenti saat ia melihat seseorang keluar dari mobil Edward.
Seorang gadis? Siapa dia?
Sisil memicingkan mata. Ia menatap dengan serius gadis itu. Selama ini ia berjuang mati-matian agar bisa naik mobil Edward. Bahkan selama ini tidak ada satu gadis pun yang diperbolehkan naik mobil Edward. Tapi hari ini seluruh kampus tahu ada seorang gadis yang baru saja keluar dari mobil Edward.
Sial
Selby!!
Oh Tuhan rasanya Sisil ingin sekali menjambak rambut Selby. Ia tidak terima gadis yang baru masuk kampus dua hari bisa naik mobil Edward. Sedangkan dia yang sudah dekat dengan Edward selama dua tahun belum pernah sekalipun naik mobil Edward. Ia sudah sering meminta namun selalu ditolak Edward dengan berbagai alasan. Dan hari ini dengan mudah Selby dapat naik mobil pria yang dia sukai selama dua tahun ini. Sisil tidak terima ia harus memperingati Selby untuk tidak dekat-dekat dengan Edward.
“Kak Ciko kak Edward terima kasih atas tumpangannya.”
“Hm.”
“Kau itu kaku sekali Ed. Sama-sama Selby. Nanti pulang mau bareng tidak?”
“Ah, tidak perlu. Sungguh merepotkan. Aku akan pulang sendiri nanti. Terima kasih atas tawarannya. Aku masuk dulu ya kak.”
Ciko mengangguk. Edward memandangi kepergian Selby dengan wajah datar tanpa ekspresi.
“Ada orangnya kau diam saja. Giliran pergi kau pandangi terus sampai menghilang.”
“Berisik.”
Kesal.
Sisil bertambah sebal setelah mendengar percakapan Ciko dan Edward. Ia benci Selby. Selama ini ia mengejar Edward. Ia yang lebih dulu kenal Edward. Tapi kenapa Selby dapat perhatian Edward. Kenapa Selby bisa dengan mudah naik mobil Edward?
Apa kekurangannya dan apa kelebihan Selby dibanding dengan dirinya?
Siang hari
Waktunya makan siang. Selby dan Jessi pergi ke kantin untuk makan siang. Mereka duduk disalah satu kursi disana. Edward dan Ciko tidak pernah makan di kantin. Mereka lebih memilih memesan makanan lalu memakannya di rooftop kelas. Tepatnya Edward tidak suka menjadi pusat perhatian saat di kantin. Terlebih dengan Sisil yang terus mencari perhatiannya.
“Hari ini aku akan memberi peringatan bagimu.”
Sisil berjalan ke arah Selby dengan semangkok mie dan segelas minuman dingin. Sisil tersenyum smirk lalu saat sudah dekat ia pura-pura tersandung. Dan dengan sengaja menumpahkan mie dan minuman itu ke tubuh Selby.
Gagal
Ah Sial
Bagaimana bisa gagal? Sisil kesal. Rencananya membuat Selby malu gagal.
Tentu saja karena Selby tahu Sisil berjalan ke arahnya. Ekor matanya menangkap gerak-gerik yang mencurigakan dari Sisil. Dan benar saja Sisil memakai trik rendahan untuk mengerjainya.
Jangan harap berhasil.
Saat akan terjatuh. Selby dengan cepat menyingkir. Sehingga kuah mie dan minuman itu hanya membasahi kursi yang sebelumnya ia duduki.
“Selby, maaf aku tidak sengaja. Kakiku tersandung tadi.”
“Jelas-jelas dia sengaja.” batin Jessi.
Selby diam. Ia hanya menatap Sisil dalam diam. Setelah beberapa detik berlalu ia mengambil ponsel miliknya yang sebelumnya ia letakkan di atas meja.
“Jessi aku sudah kenyang.”
“Aku juga.” Sahut Jessi cepat.
“Kalau begitu ayo pergi.”
Jessi mengangguk. Mengikuti langkah Selby. Sesampainya di lorong Selby berhenti. Jessi menoleh kearah Selby.
“Kenapa?”
“Istirahat masih lama. Ayo ke rooftop. Disana pasti sepi kita bisa istirahat sebentar tanpa ada gangguan.”
Mereka pun pergi ke rooftop. Setelah menaiki banyak anak tangga akhirnya mereka sampai di rooftop. Selby pikir tidak ada orang. Ternyata ada.
Ciko dan Edward menoleh ke arah suara gerakan kaki yang mendekat. Semua orang saling tatap dalam diam hingga beberapa detik berlalu.
“Selby.”
“Kak Ciko. Kak Edward. Maaf aku sudah mengganggu kalian.”
Selby berbalik. Ia hendak pergi. Namun suara seseorang menghentikan Langkah kakinya.
“Tunggu.”
Selby dan Jessi menoleh.
“Duduklah.”
Ciko menoleh kearah Edward. Ia tidak percaya Edward meminta orang lain selain mereka untuk duduk bersama. Langka. Sungguh langka. Ciko sampai menggelengkan kepala beberapa kali. Seolah tidak percaya dengan pendengarannya.
Ciko yakin Edward memiliki perasaan dengan Selby. Akhirnya manusia kutub sebentar lagi mencair