TUAN ARGA

Raisa kembali ke aula pesta. Suasana masih meriah, lantunan musik dari band ternama menjadi teman di malam yang sunyi ini. Semua orang tampak menikmati lagunya. Raisa sudah berada di samping suaminya. Dia melirik kecil pada pria yang telah menjadi suaminya. Benarkah dia suamiku?

Raisa menoleh lagi ketika ada seorang wanita cantik yang menyelamati dan memeluk tuan muda. Mereka terlihat akrab.

Wanita itu terlihat elegan mungkin dia dari keluarga terpandang.

"Selamat, sudah menjadi istri pria hebat seperti kak Arga." Mulutnya bilang selamat tapi matanya menyoroti memandang rendah.

Siapa lagi ini, kenapa wanita ini memanggil tuan muda dengan sebutan nama. Apakah mereka dekat.

"Terima kasih nona." Raisa membalas dengan senyum ceria. Menunjukkan bahwa dia sangat bersyukur karena telah menikah dengan laki-laki hebat seperti yang dikatakan oleh wanita dihadapannya.

"Jangan sungkan, panggil saja Monica."

"Baik nona Monica." Raisa mengangguk saja.

Monica beralih pada Arga merangkul lengan pria itu, "kakak akan datang ke pesta kan?" Tanyanya dengan manja.

Tidak peduli jika ada istrinya di samping.

"Lepaskan." Wajah Arga berubah masam. Dia pergi begitu saja menuju ruangan vvip yang di susul dengan dua penjaga.

Monica melongo heran dengan sikap kakaknya itu, sebelumnya kak Arga tidak keberatan dengan keintiman mereka. Lalu kenapa dia begitu sekarang? Dia tidak menikahinya karena cinta kan? Demi apa?! Kak Arga beneran jatuh cinta kepada wanita kampung itu? Tidak mungkin.

"Jangan besar kepala dulu, kau bukan tipe kak Arga. Dia menikahimu hanya untuk membuat wanita dicintainya merasa cemburu. Kau hanya pelarian sesaat."

"Tapi setidaknya dia menikahiku. Aku istrinya." Jawab Raisa dengan berani.

"Kau cuma dijadikan ajang untuk balas dendam. Asal kau tahu di hati kak Arga sudah ada wanita lain. Jangan harap dapat cintanya kak Arga." Monica menatap tajam pada Raisa.

"Entahlah kita lihat saja nanti bagaimana. Apakah tuan muda tidak akan jatuh cinta padaku. Biarkan waktu yang menjawab."

Ada apa dengan wanita ini. Kenapa dia terus menyerangku. Iya aku tahu kalo aku tidak punya harga diri lagi. Tapi itu hanya berlaku di hadapan tuan Arga saja.

"Tapi setidaknya dia menikahiku. Aku istrinya." Jawab Raisa dengan berani.

"Kau cuma dijadikan ajang untuk balas dendam. Asal kau tahu di hati kak Arga sudah ada wanita lain. Jangan harap dapat cintanya kak Arga." Monica menatap tajam pada Raisa.

"Entahlah kita lihat saja nanti bagaimana. Apakah tuan muda tidak akan jatuh cinta padaku. Biarkan waktu yang menjawab."

Haha aku hebat sekali. Dari mana kepercayaan diri ini muncul. Jika tuan muda mendengar ini dia pasti sudah mengataiku.

Mendengar itu Monica semakin kesal saja.

"Kau tahu siapa wanita yang dicintai kak Arga? Bahkan wanita itu sudah tidur dengan kak Arga."

"Aku tidak tahu dan tidak mau tahu. Tapi sepertinya kedepannya aku yang akan tidur dengan suamiku."

Suamiku? Haha geli sekali aku mengucapkan hal menjijikan itu.

"Hahaha percaya diri sekali kau. Kak Arga mana sudi tidur dengan wanita rendahan seperti kau. Minimal kalo ngga cantik tahu diri lah ya."

Apasi. Kenapa dia terus memaki aku. Dia pikir aku tidak sakit hati.

"Terserah nona Monica saja. Saya tidak tahu hubungan nona dengan suami saya seperti apa sampai nona sangat lancang menghina saya. Tapi saya tidak ingin punya musuh di sini, jadi mohon kedepannya jangan mengganggu saya."

"Apa?! Kau jadi besar kepala sekarang!"

Setelah mengatakan itu Monica pergi dengan segala ke-gedegkan hatinya. Raisa masih bisa mendengar makiannya.

Sudah cukup aku tidak punya harga diri lagi di hadapan tuan muda. Hanya ini yang bisa aku lakukan untuk mempertahankan kepingan-kepingan harga diriku.

Semakin menuju malam, pesta semakin sepi. Karna memang pesta harus berakhir. Para tamu juga sudah mulai pulang, yang tersisa hanya kerabat-kerabat dekat saja.

"Antar nona ke rumah." Arga memberi perintah pada sang sopir. Arga sendiri masuk ke dalam mobil lain. Sekertaris Jou yang membawanya.

Raisa melihat mobil tuan muda pergi meninggalkan lobi hotel. Dia menggigit bibirnya mencoba legowo. Memang apa yang diharapkannya? Pesta pernikahan telah usai. Waktunya kembali ke dunia nyata.

Mari jalani kehidupan ini dengan menikmati rasa sakit dari api neraka. Jangan terlalu fokus pada rasa sakitnya. Ayo fokus saja pada kuliahmu.

"Saya akan mengantar Nona Muda pulang, mari." Sopir itu membukakan pintu belakang mobil. Mempersilahkan nona muda untuk masuk.

Raisa tersenyum ramah, "terima kasih pak." Ucapnya membuat sopir itu tertegun.

"Eh ia nona muda."

Baru kali ini ia mendapat perlakuan ramah dari perempuan yang dekat dengan Tuan muda.

Dia melirik kaca spion. Wajah ceria nona muda sudah lenyap di gantikan dengan tatapan sendu. Ada air mata yang menetes di ujung pelupuk nona mudanya.