Kisah petualangan dua orang gadis yang sudah bersahabat sejak umur 6 tahun di sebuah panti asuhan HOPE yang berada di West New York- Amerika.
Dengan mengandalkan otak dan kemampuan mereka, mereka berdua membuka sebuah "Agency DC2" di New Jersey-Amerika. Dibawah naungan NJSP (New Jersey State Police)- Komisaris Cyderyn Baycora.
************
Bagaimanakah kisah-kisah mereka dalam menyelesaikan kasus-kasus rumit dan penuh misteri?
Yang penasaran, ikuti kisah mereka di novel ini 😊🍻
Note : Bila kalian tidak berkenan, tinggalkan saja... Jangan memberikan rating buruk yach... Komen saja apa yang kurang, Insya Allah akan author perbaiki...😊
Jangan lupa VOTE, COMMENT, LIKE, DAN SUBSCRIBE... plus GIFT-nya yach untuk mensupport Author. Terima kasih 🙏❤
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aurora79, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
INVESTIGASI LANJUTAN
"Hello... Apa kabar Mr. Fergie Smith?" Tanya Danaya ketika sampai di depan penginapan suram itu.
"Hmmm... Siapa anda?! Dan bagaimana anda tahu nama saya dengan sangat tepat?!" jawab lelaki desa itu waspada, sepasang matanya memicing curiga.
"Hehehehe... Tenang, Mr. Fergie... Tenang... Saya mengetahui dari papan nama yang ada di atas kepala anda. Tidak sulit bagi saya untuk menebak seseorang yang menjadi pemilik atas rumahnya sendiri... Apakah anda mempunyai kereta kuda atau sejenisnya di dalam kandang kuda anda?" ujar Danaya tertawa pelan.
"Saya tidak punya!" jawab Mr. Fergie singkat.
"Saya ini hampir tidak bisa berpijak menggunakan kaki saya, loh!" ujar Danaya sambil memperlihatkan kakinya.
"Ya sudah, tidak usah anda pijakkan ke tanah kaki anda! Gitu aja kok repot..." ujar Mr. Fergie sinis.
"Tapi saya tidak bisa berjalan, Sir.." ujar Danaya setengah memaksa.
"Jika begitu, anda tingggal melompat saja!" geram Mr. Fergie sambil mendelikkan matanya ke arah kami.
"BRAAAAKKK"
"YAAAAK!!! KAMI BERTANYA DENGAN SOPAN YAH, SIR!... KENAPA JAWABAN ANDA TIDAK MENGENAKAN SEKALI?!" teriak Cecilia yang sudah tidak sabar dengan kelakuan lelaki tua jelek di depannya, sambil menggeprak meja.
Danaya dan Mr. Fergie tersentak kaget...
"F**K!!! Kaget gue, Cia! Untung jantung gue ASLI buatan Tuhan, kalau buatan manusia pasti gue udah mokat, Huh!" seru Danaya kepada Cecilia.
Tata Krama Mr. Fergie Smith memang jauh dari kata menyenangkan, tapi Danaya menerimanya dengan sikap tenang.
"Maaf, Sir... Begini... Ini sebenarnya membuat saya tidak enak hati, tapi saya hanya memikirkan bagaimana caranya saya melanjutkan perjalanan ini," ujar Danaya dengan nada sopan.
"Ck! Begitu pula dengan saya..." decak Mr. Fergie dengan wajah muram.
"Masalah ini sangat penting, Sir... Saya akan membayar berapa pun untuk sebuah sepeda...." ujar Danaya serius.
Mr. Fergie menatap kami dengan tatapan yang tajam dan mulai menajamkan telinganya.
"Anda ingin menuju kemana?" tanya Mr. Fergie mulai serius
"Ke Mansion Ackerman..." jawab Danaya singkat.
"Apakah kalian teman dari Yang Mulia Duke?" tanya Mr. Fergie sambil mengamati pakaian kami yang terkena lumpur.
"Hahahahaha... Duke pasti akan menemui kami, walaupun penampilan kami berantakan..." ujar Danaya sambil tertawa riang.
"Kenapa bisa begitu yakin?" tanya Mr. Fergie penasaran.
"Karena kami membawa kabar tentang anaknya yang hilang," jawab Danaya santai.
Ada perubahan di wajah Mr. Fergie Smith ketika mendengarnya.
"Apakah kalian mengikuti jejaknya?" tanya Mr. Fergie penasaran.
"Ya... Kami mendengar kabar bahwa dia berada di Maryland. Mereka yang menahannya berharap agar ada yang menjemputnya," jawab Danaya.
Sikap Mr. Fergie Smith tiba-tiba berubah total setelah mengalami perubahan pada wajahnya yang terlihat berantakan.
"Saya tidak mempunyai alasan untuk mendiakan kebaikan Sang Duke, dibandingkan dengan orang-orang dikuar sana... Sebelumnya, saya adalah supir pribadinya dan dia memperlakukan saya dengan buruk! Dia adalah orang yang memecat saya tanpa penjelasan! Seperti sifat seorang pedagang sayuran yang tukang bohong. Tapi..., saya senang mendengar Tuan Muda Almero sudah ditemukan di Maryland. Saya akan membantu anda untuk membawa berita ini sampai ke Mansionnya," ujar Mr. Fergie panjang lebar.
"Terima kasih, Mr. Fergie... Kami akan makan terlebih dahulu, baru anda bisa membawa sepedanya kepada kami," ujar Danaya sambil tersenyum.
"Tapi saya tidak mempunyai sepeda, Nona..." ujar Mr. Fergie.
Danaya dan Cecilia saling menatap...
"Saya akan menawarkan pengganti yang sesuai dengan sebuah sepeda, Mr. Fergie...." ujar Danaya akhirnya.
"Saya sudah bilang, saya tidak mempunyai sepeda... Tapi saya akan membawa kalian dengan sebuah kereta kuda, dan menurunkan kalian di dekat Mansion," ujar Mr. Fergie bersikeras.
"Baiklah... baiklah... Kita akan membicarakannya kembali setelah kami memakan sesuatu di sini..." ujar Danaya mengalah.
Lalu kami memasuki penginapan tersebut, menuju ke arah dapur. Cecilia mulai penasaran dengan sikap Danaya...
"Loe kenapa sich, Dany? Bukannya buruan pergi dari sini, malah pake mau makan dulu," ujar Cecilia dengan suara pelan.
"Loe tenang aja, Cia... Ada hal yang harus gue selidiki di tempat ini..." jawab Danaya tenang.
"Ck! Buruan yach! Jangan sampai gue ngamuk di sini... Gue kesel liat si Mr. Fergie yang gak ada ramah-ramahnya itu!" ujar Cecilia berdecak kesal.
"Iya... iya... Loe tenang aja, oke?" ujar Danaya sambil tersenyum.
Setelah Mr. Fergie Smith meninggalkan kami di dapurnya tang berdinding batu, Cecilia melihat bagaimana kaki Danaya yang terkilir itu terlihat baik-baik saja. Cecilia tersenyum miring, rupanya itu hanyalah akal-akalan Danaya agar bisa masuk ke dalam penginapan kumuh ini.
Hari sudah menjelang malam dan kami belum makan seharian, oleh karena itu kami makan dengan waktu yang lebih lama. Danaya sangat larut dalam pikirannya, satu atau dua kali dia akan berjalan ke arah jendela dan melihat ke arah luar.
Dari jendela itu terlihat halaman yang tidak terawat. Ada sebuah bengkel pandai besi yang terlihat dari kejauhan, tempat orang bekerja yang sangat kotor... Di sisi lainnya terlihat sebuah kandang kuda. Danaya duduk kembali setelah melihat semua itu... Tiba-tiba Danaya berseru sambil melompat turun dari kursinya.
"Oh My GOD, Cia! Gue rasa, gue udah mendapatkan jawabannya!!" seru Danaya tercerahkan.
"Udah pasti begitu... Ya, pasti seperti itu! Apa loe ingat saat kita melihat jejak sapi hari ini, Cia?" ujar Danaya kembali.
"Eung!... Ada beberapa jejak di sana..." jawab Cecilia.
"Dimana coba?" tanya Danaya.
"Yaaaa, dimana-mana. Ada di daerah rawa, ada di jalur itu, dan ada lagi di dekat Ewald Loye malang yang menemui ajalnya itu," jawab Cecilia lugas.
"Tepat sekali! Nah, Cia... Ada berapa ekor sapi yang loe lihat di tegalan itu?" tanya Danaya.
"Hmmm... Gue gak melihat seekor sapi pun disana," jawab Cecilia sambil berfikir.
"Bukannya ini aneh, Cia? Kita melihat jejaknya di semua jalur kita, tapi kita tidak melihat seekor sapi pun di seluruh tegalan. Aneh, kan?" ujar Danaya serius.
"Hooo'ooh! Sangat aneh!" ujar Cecilia sambil memasukkan makanan ke dalam mulutnya.
"Nah, Cia... Coba di ingat-ingat... Telusuri ingatan loe lebih jauh! Apakah loe bisa membayangkan jejaknya?" ujar Danaya.
"Yup! Gue bisa!" jawab Cecilia.
Danaya langsung menyusun beberapa remahan roti di hadapan Cecilia.
"Apakah seperti ini- : : : : : - Ataukah seperti ini- :' :' :' :' :'- Atau yang seperti ini- .' .' .' .' .'- Apakah loe bisa mengingatnya?" tanya Danaya kepada Cecilia.
"Sorry, Dany... Gue gak bisa mengingatnya dengan jelas," sesal Cecilia kepada Danaya.
"Tapi gue bisa mengingatnya, Cia! Gue bersumpah akan hal itu... Kita akan kembali saat waktu senggang nanti. Ck! Gue merasa kaya orang buta yang gak bisa menyimpulkan hal itu dengan cepat," sesal Danaya sambil berdecak.
"Kalau begitu...., apa kesimpulan loe?" tanya Cecilia.
...****************...
*Jangan lupa COMMENT, SUBSCRIBE, dan FREE GIFT serta RATE-nya guy's... itu semua akan sangat membantu aku untuk semangat menulis 🤗💖🙏