NovelToon NovelToon
Dok, Kok Kita Mirip?

Dok, Kok Kita Mirip?

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / cintapertama / Reinkarnasi / Dokter Genius
Popularitas:33.8k
Nilai: 5
Nama Author: Eggpudding

Alma, Si anak baru di Sub Bagian SDM Rumah Sakit Harapan Hati mendadak terkenal di hari pertama masuk kerja. Alasannya yaitu wajahnya yang mirip dengan dr Ilman, Si tampan dari poli anak. Tidak hanya wajah, nama mereka juga mirip, Alma dan Ilman.
Gara-gara ini, banyak yang mengira bahwa keduanya adalah saudara, padahal bukan. Adik dr. Ilman yang sebenarnya juga bekerja di divisi yang sama dengan Alma. Tapi, karena suatu alasan, dia tidak mau mengakui bahwa Ilman adalah kakaknya sendiri.

...

"Saya izinkan kamu buat pamer kalau kita berdua bersaudara. Kalau bisa, puji saya tiap hari biar pekerjaan kamu makin gampang.” - Ilman -

“Hahaha... Dokter bercanda, ya?” - Alma -

“Saya serius. Sombongkan saja nama saya. Bukankah bagus kalau kamu jadi adik dari orang yang jenius dan ganteng seperti saya?”

Dih! Bisa ya, ada orang senarsis dan sesombong ini. Dokter pula. Pasiennya tidak apa-apa, tuh?

Tapi, anehnya Alma merasa pernah mendengar kata-kata itu sebelumnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eggpudding, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

8. Yang Patut Dicontoh

Apakah aku harus menggunakan Bahasa Swahili yang kupelajari lima tahun yang lalu untuk menjelaskan bahwa aku dan dr. Ilman sama sekali bukan saudara? Atau Bahasa Kalbu? Memangnya mereka ngerti?

Orang-orang kantor masih saja menanyakan hubungan dr. Ilman dan dr. Dinda padaku. Padahal mereka sendiri sudah lihat kalau akulah yang paling kepo sampai nguping tadi. Itu artinya aku tidak tahu sama sekali, loh.

Apa ini yang namanya krisis literasi? Sudah dijelaskan, masih ngotot kalau mereka yang benar.

Tapi, untungnya kali ini dr. Ilman tidak ikut-ikutan merepotkanku.

Setelah aku masuk ke dalam ruang TU, dia tidak lagi mengekoriku ke dalam. Entah kemana perginya dia. Masa bodoh lah, toh sudah tua... eh dewasa.

Lalu, untungnya lagi aku tidak ada jadwal keliling untuk memperhatikan kinerja karyawan hari ini. Jadi, tidak ada acara ketemu dokter aneh itu secara tidak sengaja di ruang perawatan.

Tetapi, pulangnya aku masih harus mengendap-endap. Soalnya, dr. Ilman hari ini praktik cuma sampai pukul 4.

Well, ending-nya tetap berhasil kabur dari orang itu, sih. Semangat! Semangat! Hayuk pulang, terus rebahan di rumah!

“Alma!”

Oh, shi*t! Si dokter aneh sudah menyusul. Aku harus bergegas ke parkiran. Pokoknya hari ini aku tidak mau lebih lama lagi berkomunikasi dengannya.

Ngeri, creepy, malesin. Paling-paling nanti cuma ngobrol yang gak jelas. Terus, dia pasti akan terus membujukku untuk berpura-pura sebagai adiknya.

Memangnya sepenting apa sih, peran adik dr. Ilman itu? Kalau bilang jujur saja kan juga tidak ada masalah.

Selang beberapa menit kemudian, akupun berhasil melarikan diri dari dr. Ilman. Aku langsung menghela napas lega begitu tahu bahwa dia tidak mengejarku. Sungguh petualangan yang menegangkan. Mungkin ini rasanya jadi karakter di game Temple Run.

Sesampainya di rumah, akupun melakukan hal yang sudah kurencanakan sedari tadi, yaitu rebahan. Kubuka ponselku, lalu kulihat beberapa notifikasi di layar itu.

“Lah, si Abang baru bales pesanku, dong. Berani banget dia cuekin adiknya berhari-hari.” gumamku saat menyadari ada nama Bang Salman di sana.

Dalam pesan itu dia berkata, [Jual aja! Abang udah ada sponsor. Kalau pakai merk lain, Abang gak berani.]

Tuh, kan. Bang Salman pasti setuju sekali kalau aku menjual sepatu dari Mea. Namun sayangnya, sepatu itu sudah kuberikan pada orang yang benar-benar berhak.

Omong-omong soal Mea, aku jadi ingat satu hal. Hari itu, dia berniat untuk menghadangku dan dr. Ilman. Tapi, sepertinya dia sudah menyerah.

Yah, semoga saja begitu.

...

Pukul 7.40 pagi.

Hari ini pun aku perlu mempersiapkan kesabaran dalam menghadapi rintangan bernama dr. Ilman. Karena, orang itu tiba-tiba menyerobot masuk ke dalam lift yang kutumpangi saat pintu hampir sepenuhnya tertutup.

“Selamat pagi, Dek.” sapanya dengan nada bicara yang dilumuri glukosa.

Oke. Aku tidak boleh melempem seperti biasanya. Harus lebih tegas kalau mau membuat orang ini menyerah.

“Dek, dijawab dong! Jangan marah lagi, ya...” kali ini dr. Ilman menoel pundakku beberapa kali.

Kulirik si dokter aneh itu sekilas.

“Manggil siapa sih, Dok? Kok pakai towel-towel saya?” tanyaku.

Si*alan! Ngapain pakai senyum segala? Dua bidan di depanku kan jadi meleyot!

“Adikku di sini kan cuma kamu. Ya manggil kamu dong, Dek.” jawab dr. Ilman.

“Orangtua saya gak ada niat cerai, apalagi nikah lagi. Keluarga saya juga gak ada niat buat adopsi dokter. Jadi, jangan harap.”

‘Pip!’

Bunyi lift pun terdengar. Memang bukan lantai tujuanku, tapi pintu lift sudah terbuka. Di luar pintu, sudah ada seorang pria berseragam perawat yang tengah melipat tangan di dadanya. Matanya lurus membidik dr. Ilman dengan sorot dingin yang dengan hebatnya langsung membekukan si dokter aneh itu.

“Cepetan turun!”

Cukup dengan dua kata itu saja sudah membuat dr. Ilman menurut. Dia langsung keluar dari lift dan memencet tombol agar pintu tertutup lebih cepat.

Melihat itu, tanpa sadar aku sudah bertepuk tangan saking kagumnya. Dokter spesialis anak itu bahkan tidak membuka mulutnya lagi untuk sekedar memberi goodbye.

Kalau tidak salah, namanya Mas Fandi. Dia perawat yang bertugas sebagai asisten dr. Ilman di poli anak.

Caranya menghadapi dokter Ilman tadi benar-benar membuatku terpana. Keren! The real definition of ‘badass’! Panutan banget! Kalau ada waktu, aku akan minta dia untuk mengajariku secara intensif.

...

Langkahku terhenti di pintu ruang TU ketika kulihat ada salah satu dari dua orang yang tidak ingin kutemui di rumah sakit ini.

Mea. Perempuan meresahkan itu duduk di kursi kerjaku dengan santainya sambil mengobrol dengan Mbak Lia. Ini sih namanya ‘keluar kandang harimau, masuk ke kandang buaya’.

Kali ini apa lagi yang dia inginkan?

“Hai, Al!” sapa Mea sok ramah.

Kalau saja dia tidak menitipkan hadiah itu padaku, mungkin aku tidak akan menambahkan kata ‘sok’ sebelum kata ‘ramah’ tentangnya. Sejak hari itu, bawaannya ingin suudzon setiap kali melihat tampangnya maupun mendengar namanya.

Dengan penuh perjuangan, kusembunyikan rasa sebalku padanya.

“Oh.” jawabku sekenanya.

Mea lalu berdiri dari tempat dudukku dan mempersilakanku untuk duduk di sana.

Ck! Kursiku jadi panas setelah Mea duduki. Kalau kata orang zaman dahulu, kalau kursi terasa panas setelah diduduki artinya bakal punya banyak anak. Bukan aku tentunya, tapi Mea yang duduk sebelumnya.

“Kita bisa ngomong bentar gak? Penting banget, nih.” ajak Mea sambil menunjuk ke belakang dengan jempolnya.

Perasaan aku belum sampai 10 detik duduknya, sudah disuruh berdiri sama calon ibu dari banyak anak ini.

“Bisa di sini aja gak? Bentar lagi udah masuk jam kerja, loh.” tolakku.

“Bentar aja, kok. Toh lo udah catet presensi kan?” Mea memaksa.

“Pas jam 12 nanti kan juga bisa.”

“Gue mau ketemu klien jam segitu.”

Aku memutar bola mataku.

“SDM mau rapat jam 8 nanti. Kalau mau ngomong, lewat wassap aja. Punya nomorku kan?”

Mencontoh Mas Fandi, pokoknya aku harus tegas. Kalau tidak ya, tidak. Terserah kalau nanti Mea menganggapku tidak sopan. Toh dia yang lebih dulu tidak sopan padaku.

Mea lalu melirik pada Mbak Lia seakan meminta bantuan. Tapi, Mbak Lia berada di pihakku kali ini.

“Kamu tahu kan, Pak Arif itu on time banget. Telat semenit aja udah diomelin.” katanya membelaku.

Good job, Mbak Lia. Akan lebih baik lagi kalau Mbak Lia juga percaya bahwa aku bukan adik dr. Ilman.

“Oh, iya. Omong-omong kinerja kamu belakangan turun banget loh, Ya. Daripada kamu ngobrol di sini, mending berangkat sana!”

Ditegur soal kinerjanya, wajah Mea langsung merah padam. Ucapan Mbak Lia tadi pasti nusuk banget buat dia.

“Y... ya udah. Gue kirim lewat wassap aja.”

Ini nih! Yang namanya orang sub bagian SDM alias HRD tuh harus punya kemampuan kayak gini. Hari ini aku betul-betul belajar banyak.

1
Claudia Jung 🐻🐰
Kejamnya Kaihe
Claudia Jung 🐻🐰: Ilman tuh mlehoy
puding telor: Memang Ilman kurang greng sih.
total 4 replies
Claudia Jung 🐻🐰
Ngukeh 🤣
Claudia Jung 🐻🐰: Ngeri Ngukeh
puding telor: gitulah
total 2 replies
Claudia Jung 🐻🐰
Pelangi 🌈
Claudia Jung 🐻🐰
Ya ampun
Claudia Jung 🐻🐰
diskotek purbakala 🤣🤣🤣🤣
Claudia Jung 🐻🐰: Yo diskotek
puding telor: coba sebutkan namanya yang bener! sumprit ga ada ide hahaha
total 2 replies
susan
ini kynya ujiannya disini. hevia. jaman apalgi ini ?
puding telor: ada, dweeeh. dan bener. ujiannya di sini. otewe tamaaaat~~
total 1 replies
Claudia Jung 🐻🐰
Penisirin we
puding telor: saru wei!
total 1 replies
Claudia Jung 🐻🐰
Jangan lupa pake Kacang, Dok biar dikira spesial
Claudia Jung 🐻🐰: Aku juga nggak ngerti
puding telor: masih misteri beneran, deh. kenapa harus martabak??
total 2 replies
Claudia Jung 🐻🐰
Like A Patrick: “Kukira hubungan kita istimewa!" 🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Claudia Jung 🐻🐰
Pecat Ilman dari cerita ini kalo masih Ha-he-ho
Claudia Jung 🐻🐰
ILMAN RA TEGAS
Claudia Jung 🐻🐰: USIR ILMAN DARI CERITA INI 📢📢📢📢🤣
puding telor: pancen lambene tok sing lemes
total 2 replies
Claudia Jung 🐻🐰
Terima aja tawaran Bu Nerissa
puding telor: noh! tak bikin!
Claudia Jung 🐻🐰: ya dibikin atuh
total 3 replies
susan
lgsg dapat tantangan dari camer
puding telor: mohon doanya...
total 1 replies
Claudia Jung 🐻🐰
Astaghfirullah 🤣
Claudia Jung 🐻🐰: lama-lama jadi nggak aman
puding telor: masih aman,bu.
total 2 replies
Claudia Jung 🐻🐰
Lha salahmu dhewe ora sabaran
Claudia Jung 🐻🐰
Aku kira resepsionis
Claudia Jung 🐻🐰
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
susan
gas poolll .. Hani gpp lah ketahuan. klo mmg gk mau ketahuan pecat aja si Alma. ato pindahin kmn. Alma Ilman dah over gk cocok acting kakak adek
puding telor: ehehe
total 1 replies
Claudia Jung 🐻🐰
Aseek
Claudia Jung 🐻🐰
Salman apa Ilman hayooo
Claudia Jung 🐻🐰: Fokus mbak, jangan lupa minum
puding telor: tengs bro, belakangan typoku makin parah duh /Gosh//Gosh/
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!