NovelToon NovelToon
Terjerat Pesona Ayah Tiri

Terjerat Pesona Ayah Tiri

Status: tamat
Genre:Tamat / Balas Dendam / Selingkuh / Cinta Terlarang / Beda Usia / Pelakor / Romansa
Popularitas:22.2k
Nilai: 5
Nama Author: Grace caroline

Dia, lelaki yang kini menjadi ayah tiriku, adalah sosok yang takkan pernah ku lepaskan dari kehidupanku. Meskipun tindakan ini mungkin salah, aku telah mempersiapkan diri untuk menghadapi segala resikonya. Awalnya, dendamlah yang mendorongku mendekatinya, namun seiring waktu, cinta telah tumbuh di dalam hatiku. Tak ada satu pun pikiran untuk melepaskannya dari pelukanku.

Kini, ayah tiriku telah resmi menjadi kekasihku. Dia terus memanjakanku dengan penuh kasih sayang. Aku mencintainya, dan dia juga mencintaiku. Meskipun posisinya masih terikat sebagai suami ibuku, aku tidak peduli. Yang penting, aku merasa bahagia, dan dia juga merasakannya. Mungkin ini dianggap sebagai dosa, namun tak ada api yang berkobar tanpa adanya asap yang mengiringinya.

"Ayah, aku mencintaimu," apakah kalimat ini pantas untuk aku ucapkan?

AKAN LANJUT DI SEASON 2 YAA, HAPPY READING AND HOPE YOU LIKE:))

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Grace caroline, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 08. Momen yang Penuh Kedekatan

Kamar terasa sunyi sesaat setelah Jelita keluar dari kamar dengan wajah muram. Di tempatnya, Revan masih memikirkan apa yang sudah dilakukan bersama Jelita semalam. Dia sangat merasa bersalah terhadap Jelita, memang semalam jelita yang memaksanya dan itu dalam keadaan mabuk.

Namun, Revan yang statusnya ayah tiri Jelita harusnya lebih menjaga Jelita dan mencegah tindakan Jelita semalam. Harusnya dia bisa lebih berpikir positif dan mengesampingkan nafsu yang turut mendesaknya. Nafsunya yang membara setelah mengetahui penampilan Jelita serta dirinya yang tiba-tiba berkelakuan seperti itu membuat jiwa lelaki Revan bangkit.

Dia mengikuti alur permainan itu, hingga akhirnya merenggut sesuatu berharga milik Jelita.

Ingin rasanya Revan mengatakan bila ia khilaf, tak sengaja melakukannya. Namun, tetap saja, dirinya sudah merenggut aset Jelita. Apa yang dilakukannya semalam dengan penuh kesadaran. Dia sadar dan nafsunya yang muncul tiba-tiba justru mendorongnya semakin Jauh.

Lalu ketika Revan masih sepenuhnya terhanyut dalam pikirannya, tiba-tiba seseorang membuka pintu kamarnya dari luar dengan cukup kencang. Sontak Revan segera mengalihkan perhatiannya ke arah pintu itu dan setelah atensinya beralih ke sana, tampak Widya dengan wajah lesunya, rambut serta penampilannya yang berantakan menatap tajam penuh emosi ke arah Revan.

Di saat mengetahui istrinya tiba-tiba masuk, Revan sempat bernafas lega, karena dia untungnya sudah menyempatkan diri untuk berpakaian dan Jelita juga sudah pergi ke kamarnya. Andai saat istrinya masuk, dirinya dan Jelita masih tetap di posisi tadi, apa yang akan Widya lakukan untuk menyikapinya? melihat suaminya tidur dengan anak tirinya. Apakah Widya tidak akan murka melihatnya?

Lalu dengan langkah tergesa, Widya berjalan mendatangi Revan. Wajahnya masih dipenuhi amarah, sorot matanya yang tajam, kedua tangannya yang mengepal serta deru nafasnya yang tak beraturan sukses membuat Revan merinding.

Sepertinya Widya marah. Namun, marah kenapa? Apakah Widya marah karena Revan tidak menjawab teleponnya semalam dan mengabaikan semua chatnya? ehm, lalu jika dia baru saja kembali, semalam dia tidur di mana? Revan sama sekali tidak memikirkan hal itu sampai akhirnya Widya muncul di hadapannya saat ini.

"Kamu semalam ketiduran ya? Nonton film sampai ketiduran atau berak semalaman? Aku teleponin kamu loh dari semalam, aku chat, aku vc, tapi kamu gak respon-respon. Sebenarnya kamu ke mana sih, sayang?

"Aku udah nyiapin segala hal demi malam indah kita, tapi kamu malah gak angkat-angkat telepon aku, terus pintu depan dikunci sama Jelita. Semalam aku bingung tahu mau ke mana lagi untuk tidur. Tapi untungnya aku bawa ATM jadi semalam itu aku bisa check in, meski rasanya kesel banget." ucap kesal Widya.

Perempuan setengah baya itu tampak menggebu-gebu menceritakan kekesalannya semalam kepada Revan. Rasa marahnya terus memenuhi kepalanya, hingga sesaat setelah ceritanya selesai, dia bisa sedikit bernafas lega. Rupanya sekesal itu Widya terhadap tragedi semalam. Karena semalam, semua rencananya gagal.

Dia yang berencana menghabiskan malam panjang dengan Revan terpaksa gagal. Gagal dan membuat pikirannya begitu kacau, marah serta tidak tahu harus melampiaskannya seperti apa.

Memang Widya adalah orang yang pemarah. Dia bisa begitu marah hanya karena hal sekecil saja. Terlebih jika itu tentang bermain dengan Revan. Tentu saja Widya akan sangat marah bila rencananya itu harus gagal. Namun, mau bagaimana lagi, semua sudah terjadi. Lagi pula kemarin malam memang Widya pergi terlalu lama.

Selain lokasi tempat dia membeli barang itu terlalu jauh, dia juga harus menghabiskan waktu berjam-jam di tengah kemacetan. Ada sekitar hampir bermenit-menit lamanya Widya habiskan di jalanan Karena saat itu pas sekali dengan jam orang pulang kantor.

Widya kira saat dirinya tiba di rumah dia akan langsung bisa bermain dengan Revan sepuasnya. Di perkiraannya Revan sudah menunggunya di kamar dan bersiap menyambutnya. Namun, rupanya semua angan-angannya itu harus gagal karena pintu yang dikunci dari dalam.

Lalu dengan semua kata-kata serta omelan yang keluar dari mulut Widya, Revan yang mendengarnya hanya mampu terdiam. Dia cukup bingung harus meresponnya seperti apa. Mulutnya terlalu kelu untuk hanya berucap kata ketiduran. Wajahnya tampak memucat, tubuhnya tampak gemetaran karena apa yang sudah dilakukannya dengan Jelita semalam cukup mampu menguras pikirannya.

Lalu Widya yang mendapati Revan hanya terus terdiam langsung saja beranjak mendekatinya dan duduk tepat di sebelahnya. Dia tatap mata suaminya lekat-lekat hingga beberapa saat kemudian Widya berdecak dan menggelengkan kepalanya berulang kali.

"Sayang, kamu kenapa diem aja sih? ngomong dong. Semalam tuh kamu kenapa, kalau ketiduran ya udah bilang aja ketiduran nggak apa-apa kok aku akan bisa maklumi itu. Lagi pula aku perginya juga terlalu lama kemarin karena kejebak macet. Sayang, ngomong dong, kamu kenapa sih kok diem aja dari tadi?" desak Widya.

Dia cukup emosi melihat suaminya terus terdiam sambil menatapnya. Seperti ada sesuatu yang Revan sembunyikan darinya dan merasa takut untuk mengatakannya. Perasaan Widya langsung tidak karuan setelah melihat mata Revan. Ada apa dengan lelaki itu?

"Aku ... ketiduran semalam setelah nonton TV. Maaf ya aku nggak bisa bukain kamu pintu. Aku juga nggak jawab telepon kamu ataupun chat kamu. HP aku kemarin aku silent makanya aku nggak denger waktu kamu telepon. Sekali lagi maafin aku ya, janji nggak akan ngulangin lagi. Ngomong-ngomong semalam kamu ke mana sih? Kok lama banget perginya. Aku tungguin kamu nggak pulang-pulang." tanya Revan.

Lalu Widya yang mengetahui respon Revan langsung saja mengalihkan pandangannya ke arah lain. Seperti dia sedang mempertimbangkan dengan hati-hati kata-kata yang ingin dia ucapkan sebagai respons terhadap pertanyaan Revan.

Selalu setelah cukup dengan pikirannya, Widya tampak mendekatkan tubuhnya ke arah Revan dan membisikkan beberapa patah kata kepadanya. "Ehm, kemarin aku beli sesuatu. Sesuatu ini adalah pelengkap permainan kita. Kamu tau lah sesuatu ini apa. Sebenarnya tempatnya lumayan jauh kenapa makanya aku bisa lama banget pulangnya, selain itu juga jalanan lumayan macet kemarin ...,"

"Sayang, maafin aku juga ya udah bikin Kamu nunggu. Pasti semalam Kamu sebel banget sama aku karena aku nggak pulang-pulang. Aku udah kangen banget pengen bermain sama kamu, tapi gimana lagi pintunya terlanjur dikunci sama Jelita terus dia juga aku panggil nggak jawab-jawab dari luar." 

Widya dengan lembut memeluk lengan Revan, merasa nyaman dalam dekapannya. Dia menyandarkan kepalanya di bahu lelaki itu, mencari ketenangan dan kehangatan di dalam dekapannya.

Di dalam pelukan mereka, terasa kehangatan yang tak terungkapkan. Widya merasakan ketenangan di hatinya, seperti menemukan tempat yang tepat untuk beristirahat setelah perjalanan yang panjang. Dia merasa dilindungi oleh kehadiran Revan, seolah-olah dunia di sekitarnya menjadi lebih tenang dan damai.

Widya merenung dalam keheningan, menikmati momen yang penuh kedekatan ini. Dia merasakan denyutan jantung Revan yang menenangkan, dan setiap napas yang diambilnya memberikan rasa kedekatan yang tak tergantikan. Dalam pelukan itu, mereka saling memberikan dukungan dan kekuatan satu sama lain.

Bersambung ...

1
Putri rahmaniah
jelita lebih cocok dengan Revan ,,dibanding sma ibunya Thor..
◍•Grace Caroline•◍: yes😇😇
total 1 replies
Norah Haderan
jadi penasaran
◍•Grace Caroline•◍: hehe nantikan terus ya kak
total 1 replies
Norah Haderan
guru kok gitu/Smug/
◍•Grace Caroline•◍: hehe maklum kak, udah cinta ya gitu😁😁
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!