Nggak Dapat Ibunya, Anaknya Pun Jadi
Dua orang pria dewasa saling berpelukan erat dengan penuh kerinduan. Apalagi selama bertahun-tahun lamanya mereka dipertemukan kembali dalam keadaan yang berbeda. Sudah sama-sama berumur.
"Ken, kamu datang?" tanya Arman terlihat berbinar melihat sahabat yang selalu dirindukannya datang ke pernikahan putrinya.
"Ya, Aku datang, Man. Memenuhi undanganmu!" jawab Kenzo dengan raut muka tenang.
"Terimakasih banyak, Ken. Kamu bersedia datang memenuhi undanganku!" mereka saling berpelukan.
"Maaf, Man. Aku salah. Seharusnya jangan gara-gara seorang wanita kita jadi bermusuhan. Aku terlalu kekanakan!"
"Tidak, Ken. Aku yang salah. Seharusnya aku tahu kalau kau juga mencintai Miranti. Andai saja waktu itu aku tahu perasaanmu pada Miranti, mungkin aku akan lebih memilih mundur daripada menikahi Miranti!"
"Hey, Bro. Kamu ini ngomong apa sih? Yang lalu biarlah berlalu. Aku juga sudah melupakannya. Lagipula Miranti cintanya sama kamu, kalian itu berjodoh, mana mungkin aku memaksakan kehendakku sendiri!.
"Iya, semuanya memang sudah berlalu. Tapi gara-gara masalah itu, kamu melupakan persahabatan kita!"
"Iya. Aku minta maaf. Aku butuh waktu lama untuk menyembuhkan lukaku!" jawab Kenzo tersenyum lebar, "Tapi percayalah, lukaku sudah sembuh. Aku sudah memaafkan mu!"
Manik Kenzo celingukan seperti mencari seseorang, "Dimana Miranti? Aku juga ingin mengucapkan selamat padanya!"
Wajah Arman langsung muram, matanya mengembun, lalu berkata, "Miranti sudah lama meninggal, Bro. Saat melahirkan putri kecil kami." Arman mengusap air matanya, lalu menghembuskan nafasnya panjang.
"Sekarang Putri kecil kami akan menikah. Waktu berjalan begitu cepat, tidak terasa kita sudah tua ya, Bro!" kekeh pria berusia 38 tahun itu.
Kenzo menepuk dada Arman, "Kamu yang merasa tua, aku nggak pernah tuh merasa tua. Jiwaku masih muda. Man, kita ini masih 38 tahun. Nggak tua tua amat lah. Kata orang, usia seperti itu semakin matang dan menantang!" Kenzo membanggakan dirinya sendiri sambil tertawa lebar. Arman juga ikut tertawa.
Memang di usia 38 tahun, pria berwajah campuran indo Jerman itu terlihat masih begitu tampan dan gagah. Tidak ada kerutan di wajahnya, karena memang Kenzo sangat pandai menjaga tubuh dan kesehatannya.
Selain makan makanan yang bergizi dan sehat, Kenzo rutin melakukan gym mandiri. Bukan hanya itu, Kenzo juga rutin perawatan tubuh di salon langganan. Tidak menutup kemungkinan di usianya yang matang wajahnya nampak awet muda, kulitnya terlihat liat, putih dan mulus, tidak ada kerutan di sana-sini, staminanya juga tidak diragukan lagi.
"Ngomong-ngomong soal Miranti, aku turut berduka cita, Man. Sungguh aku nggak tau kalau Miranti sudah tidak ada. Maaf!" Kenzo terlihat muram.
"Tidak apa-apa. Kamu datang ke sini dan masih mengingatku saja, aku sudah seneng banget, Ken."
"Saat pertemuan terakhir kita, aku memang memutuskan menetap di Jakarta. Karena aku ada bisnis di sana." Ucap Ken.
"Iya, aku mengerti dengan kesibukanmu. Tapi ngomong-ngomong di mana istrimu, Bro?" Arman tidak melihat Kenzo menggandeng wanita.
Kenzo tersenyum lebar, "Aku belum nikah, Bro!"
"Hah, Apa?" Arman sedikit terkejut dengan penuturan sahabatnya. Masa iya pria setampan dan sekaya Kenzo belum nikah. Rasanya nggak mungkin banget.
"Jangan terkejut begitu, Bro! Aku memang belum married. Mainin cewek sih, sering!" kekehnya.
"Kamu player?"
"Ya begitulah! Hahahaha!" Kenzo malah terbahak.
Arman hanya geleng-geleng kepala melihat Kenzo tertawa lebar seperti itu, "Apa yang kamu tunggu lagi? Mapan sudah. Wajah tampan. Usia juga sudah matang banget. Lalu, kamu mau tunggu apa lagi?"
"Anak Perempuanku saja sekarang mau nikah. Setelah menikah dia pasti akan hamil dan punya anak. Aku akan segera menjadi kakek. Nah, kamu? Ck, Ck." Arman geleng-geleng kepala.
"Hahahaha, itu kan kamu. Lah kamu nikahnya saja lulus SMA, yah, wajarlah di usiamu itu mau jadi kakek-kakek!" ledek Kenzo tertawa renyah.
"Ah, sialan. Kamu ngeledek saya, Ken?"
"Hahaha, tapi yang aku omongin betul kan?"
"Iya sih!" mereka tertawa bersama.
-
-
"Pak Arman, gawat! Ini benar-benar celaka!" seseorang menghampiri Arman dengan wajah cemas.
"Ada apa sih, Yo?" wajah Arman tidak kalah cemasnya.
"Calon pengantin Hanum kabur, Pak!" ujar pria itu.
"Maksudmu apa, Yo? Ngomong tuh jangan setengah-setengah. Saya jadi pusing dengerinnya!" beo Arman pada pria itu.
Pria itu langsung menarik nafasnya panjang lalu menghembuskannya kembali.
"Sudah tenang?" tanya Arman lagi. Pria itu hanya menganggukkan kepala.
"Saya dan rombongan datang untuk menjemput calon manten pria, sampai di sana, kontrakannya sepi, Pak. Lalu, saya tanya sama tetangga sebelah. Kata tetangga sebelah Edo dan keluarganya pindah ke luar kota. Bahkan mereka masih menunggak kontrakan 4 bulan, belum dibayar sama pemilik kontrakan. Cilaka ini pak Arman!"
"Ka-ka-mu yakin, Yo? Kamu sedang gak bercanda kan?"
"Sumpah, Pak. Kalau pak Arman nggak percaya, tanyakan pada yang lain!" ujar pria dengan kepala plontos itu.
Arman melangkah mundur sambil memegangi dadanya. Untung Ken berdiri tepat di belakang Arman, dia langsung menahan tubuh sahabatnya agar tidak terjatuh ke lantai.
Tatapan Arman sendu dengan linangan air mata. Dia juga seperti menahan rasa nyeri di dada, meringis menahan sakit dan sesak.
"Man, kamu nggak papa kan? Man?" panggil Kenzo terlihat khawatir.
"Aaaaaaaaaa."
"Man, kamu kenapa? Maaaaaaannnnn____!" pria itu ambruk tepat di pangkuan Ken.
Sementara di dalam kamar pengantin.
"Num, bapak kamu!"
"Ada apa dengan bapak?" seorang wanita cantik terlihat panik, ia berlari kecil menuju teras.
"Jantung Om Arman kumat!" ujar gadis yang usianya sepantaran dengan Hanum.
"Apa?"
******
Kenzo dibantu oleh para tetangga membopong tubuh Arman ke mobilnya. Ya, ia akan membawa Arman ke rumah sakit. Namun saat akan menjalankan mobilnya, tiba-tiba seorang gadis cantik berpakaian pengantin menghampirinya.
"Om, apa yang terjadi dengan bapak?" tanya gadis itu.
"Kamu siapa?" Ken tidak menyadari gadis itu memakai pakaian pengantin.
"Saya anaknya. Nama saya Hanum. Apa yang terjadi sama bapak?"
Bukannya menjawab, Ken langsung menyuruh Hanum untuk masuk ke mobilnya. Gadis cantik itu pun menurut, masuk ke mobil Ken, duduk di samping Arman.
"Hiks, bapak kenapa? Apa yang sebenarnya terjadi?" gadis itu terisak-isak pilu. Kenzo merasa iba dengan nasib Putri sahabatnya.
"Hanum, maafkan bapak!" ujar Arman terbata menahan sakit di jantungnya.
"Hiks, apa yang bapak katakan? Bapak tidak salah apa-apa dengan Hanum. Hanum mohon, jangan tinggalkan Hanum, Pak!"
Ken mendengarkan obrolan ayah dan anak itu sambil fokus mengendarai mobilnya menuju rumah sakit terdekat. Jujur, saat ini dia juga sangat khawatir dengan Arman. Mengingat masa lalu mereka, Arman dan Kenzo adalah sahabat dari kecil.
Sejak sekolah dasar hingga sekolah menengah atas, mereka selalu bersama-sama. Selera mereka selalu sama, bahkan soal menyukai gadis, mereka juga menyukai gadis yang sama.
Sayangnya si gadis lebih memilih Arman yang penyabar dan penyayang dibandingkan dengan dirinya. Gadis yang beruntung dinikahi Arman adalah Miranti.
Untuk menghindari zina, mereka memilih untuk menikah muda, dari pada berbuat maksiat tentunya akan merugikan diri sendiri.
Kini mereka sudah berada di ruangan UGD. Arman langsung mendapatkan pertolongan pertama dari tim dokter.
Hanum dengan masih memakai kebaya pengantin, terlihat begitu cemas dan khawatir. Di depan ruangan UGD, ia terus berjalan bolak-balik mirip seperti setrikaan. Ken yang sedari tadi memperhatikan, juga turut pusing melihat Hanum mondar-mandir.
"Hanum, duduklah dulu. Tenangkan diri kamu!" ujar Ken pada gadis muda itu.
"Om, sebenarnya ada apa? Kenapa jantung bapak bisa kambuh?"tanya Hanum penasaran.
"Kau tidak tahu?" tanya Ken, Hanum menggelengkan kepalanya.
Ken langsung menghembuskan nafasnya berat. Entah kenapa rasanya begitu berat mengatakan hal ini pada gadis cantik di depannya. Padahal di depan para kolega pembisnis, Ken termasuk orang yang sangat kompeten dalam berbicara di podium. Hari ini dia benar-benar seperti sedang diuji mentalnya.
"Tadi ada seorang laki-laki datang ke rumah. Dia, orang yang menjemput pengantin pria. Kata pria itu, calon suamimu dan keluarganya kabur. Mereka semua sudah pindah ke luar kota. Jadi intinya, mereka membatalkan pernikahan!"
"A-a-pa? Mas Edo kabur? Dia____!" Hanum terduduk lemas karena shock mendengar penjelasan pria dewasa di depannya.
"Itu nggak mungkin. Dia sangat mencintai aku____!"
"Jika cinta nggak mungkin dong dia kabur!" sahut Ken sedikit kesal, karena gadis muda itu tidak percaya dengan dirinya.
Hiks ... Hiks ... Hiks
Gadis itu malah nangis. Bahkan tangisannya makin kenceng, Ken jadi canggung sendiri. Nanti dikira orang, dia ngapa-ngapain gadis itu gimana?
"Eh, udah dong jangan nangis! Nanti dikira orang saya ngapa-ngapain kamu!"
"Hiks, saya itu lagi sedih loh, Om! Harusnya Om hibur saya kek!"
"Hah, tapi saya hibur kamu gimana? Saya ini bukan badut atau komedian kayak Sule!" protes pria itu.
"Huuuuuuaaaaaaaa," Hanum malah menangis lebih kencang lagi.
"Eitsssss, udah doooooong! Duh, nangisnya malah tambah kenceng lagi!" Ken terlihat panik melihat Hanum semakin kencang menangis.
"Cup. Cup. Adik Sayang, jangan menangis lagi ya! Nih, Om punya permen. Mau nggak?"
"Ih, orang lagi sedih malah di bencandain!"
"Hehehe," Ken malah terkekeh kecil.
Bersambung ...
Kasih like dan komen untuk Om Ken.....😁😁😁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 147 Episodes
Comments
Rosliza Maznah
hebat
2024-09-09
0
Fifid Dwi Ariyani
trusceria
2024-07-29
0
Erna M Jen
mampir baca semoga ceritanya bagus...😀
2024-07-26
0