Nggak Dapat Ibunya, Anaknya Pun Jadi

Nggak Dapat Ibunya, Anaknya Pun Jadi

Bab 1 : Kondangan

Dua orang pria dewasa saling berpelukan erat dengan penuh kerinduan. Apalagi selama bertahun-tahun lamanya mereka dipertemukan kembali dalam keadaan yang berbeda. Sudah sama-sama berumur.

"Ken, kamu datang?" tanya Arman terlihat berbinar melihat sahabat yang selalu dirindukannya datang ke pernikahan putrinya.

"Ya, Aku datang, Man. Memenuhi undanganmu!" jawab Kenzo dengan raut muka tenang.

"Terimakasih banyak, Ken. Kamu bersedia datang memenuhi undanganku!" mereka saling berpelukan.

"Maaf, Man. Aku salah. Seharusnya jangan gara-gara seorang wanita kita jadi bermusuhan. Aku terlalu kekanakan!"

"Tidak, Ken. Aku yang salah. Seharusnya aku tahu kalau kau juga mencintai Miranti. Andai saja waktu itu aku tahu perasaanmu pada Miranti, mungkin aku akan lebih memilih mundur daripada menikahi Miranti!"

"Hey, Bro. Kamu ini ngomong apa sih? Yang lalu biarlah berlalu. Aku juga sudah melupakannya. Lagipula Miranti cintanya sama kamu, kalian itu berjodoh, mana mungkin aku memaksakan kehendakku sendiri!.

"Iya, semuanya memang sudah berlalu. Tapi gara-gara masalah itu, kamu melupakan persahabatan kita!"

"Iya. Aku minta maaf. Aku butuh waktu lama untuk menyembuhkan lukaku!" jawab Kenzo tersenyum lebar, "Tapi percayalah, lukaku sudah sembuh. Aku sudah memaafkan mu!"

Manik Kenzo celingukan seperti mencari seseorang, "Dimana Miranti? Aku juga ingin mengucapkan selamat padanya!"

Wajah Arman langsung muram, matanya mengembun, lalu berkata, "Miranti sudah lama meninggal, Bro. Saat melahirkan putri kecil kami." Arman mengusap air matanya, lalu menghembuskan nafasnya panjang.

"Sekarang Putri kecil kami akan menikah. Waktu berjalan begitu cepat, tidak terasa kita sudah tua ya, Bro!" kekeh pria berusia 38 tahun itu.

Kenzo menepuk dada Arman, "Kamu yang merasa tua, aku nggak pernah tuh merasa tua. Jiwaku masih muda. Man, kita ini masih 38 tahun. Nggak tua tua amat lah. Kata orang, usia seperti itu semakin matang dan menantang!" Kenzo membanggakan dirinya sendiri sambil tertawa lebar. Arman juga ikut tertawa.

Memang di usia 38 tahun, pria berwajah campuran indo Jerman itu terlihat masih begitu tampan dan gagah. Tidak ada kerutan di wajahnya, karena memang Kenzo sangat pandai menjaga tubuh dan kesehatannya.

Selain makan makanan yang bergizi dan sehat, Kenzo rutin melakukan gym mandiri. Bukan hanya itu, Kenzo juga rutin perawatan tubuh di salon langganan. Tidak menutup kemungkinan di usianya yang matang wajahnya nampak awet muda, kulitnya terlihat liat, putih dan mulus, tidak ada kerutan di sana-sini, staminanya juga tidak diragukan lagi.

"Ngomong-ngomong soal Miranti, aku turut berduka cita, Man. Sungguh aku nggak tau kalau Miranti sudah tidak ada. Maaf!" Kenzo terlihat muram.

"Tidak apa-apa. Kamu datang ke sini dan masih mengingatku saja, aku sudah seneng banget, Ken."

"Saat pertemuan terakhir kita, aku memang memutuskan menetap di Jakarta. Karena aku ada bisnis di sana." Ucap Ken.

"Iya, aku mengerti dengan kesibukanmu. Tapi ngomong-ngomong di mana istrimu, Bro?" Arman tidak melihat Kenzo menggandeng wanita.

Kenzo tersenyum lebar, "Aku belum nikah, Bro!"

"Hah, Apa?" Arman sedikit terkejut dengan penuturan sahabatnya. Masa iya pria setampan dan sekaya Kenzo belum nikah. Rasanya nggak mungkin banget.

"Jangan terkejut begitu, Bro! Aku memang belum married. Mainin cewek sih, sering!" kekehnya.

"Kamu player?"

"Ya begitulah! Hahahaha!" Kenzo malah terbahak.

Arman hanya geleng-geleng kepala melihat Kenzo tertawa lebar seperti itu, "Apa yang kamu tunggu lagi? Mapan sudah. Wajah tampan. Usia juga sudah matang banget. Lalu, kamu mau tunggu apa lagi?"

"Anak Perempuanku saja sekarang mau nikah. Setelah menikah dia pasti akan hamil dan punya anak. Aku akan segera menjadi kakek. Nah, kamu? Ck, Ck." Arman geleng-geleng kepala.

"Hahahaha, itu kan kamu. Lah kamu nikahnya saja lulus SMA, yah, wajarlah di usiamu itu mau jadi kakek-kakek!" ledek Kenzo tertawa renyah.

"Ah, sialan. Kamu ngeledek saya, Ken?"

"Hahaha, tapi yang aku omongin betul kan?"

"Iya sih!" mereka tertawa bersama.

-

-

"Pak Arman, gawat! Ini benar-benar celaka!" seseorang menghampiri Arman dengan wajah cemas.

"Ada apa sih, Yo?" wajah Arman tidak kalah cemasnya.

"Calon pengantin Hanum kabur, Pak!" ujar pria itu.

"Maksudmu apa, Yo? Ngomong tuh jangan setengah-setengah. Saya jadi pusing dengerinnya!" beo Arman pada pria itu.

Pria itu langsung menarik nafasnya panjang lalu menghembuskannya kembali.

"Sudah tenang?" tanya Arman lagi. Pria itu hanya menganggukkan kepala.

"Saya dan rombongan datang untuk menjemput calon manten pria, sampai di sana, kontrakannya sepi, Pak. Lalu, saya tanya sama tetangga sebelah. Kata tetangga sebelah Edo dan keluarganya pindah ke luar kota. Bahkan mereka masih menunggak kontrakan 4 bulan, belum dibayar sama pemilik kontrakan. Cilaka ini pak Arman!"

"Ka-ka-mu yakin, Yo? Kamu sedang gak bercanda kan?"

"Sumpah, Pak. Kalau pak Arman nggak percaya, tanyakan pada yang lain!" ujar pria dengan kepala plontos itu.

Arman melangkah mundur sambil memegangi dadanya. Untung Ken berdiri tepat di belakang Arman, dia langsung menahan tubuh sahabatnya agar tidak terjatuh ke lantai.

Tatapan Arman sendu dengan linangan air mata. Dia juga seperti menahan rasa nyeri di dada, meringis menahan sakit dan sesak.

"Man, kamu nggak papa kan? Man?" panggil Kenzo terlihat khawatir.

"Aaaaaaaaaa."

"Man, kamu kenapa? Maaaaaaannnnn____!" pria itu ambruk tepat di pangkuan Ken.

Sementara di dalam kamar pengantin.

"Num, bapak kamu!"

"Ada apa dengan bapak?" seorang wanita cantik terlihat panik, ia berlari kecil menuju teras.

"Jantung Om Arman kumat!" ujar gadis yang usianya sepantaran dengan Hanum.

"Apa?"

******

Kenzo dibantu oleh para tetangga membopong tubuh Arman ke mobilnya. Ya, ia akan membawa Arman ke rumah sakit. Namun saat akan menjalankan mobilnya, tiba-tiba seorang gadis cantik berpakaian pengantin menghampirinya.

"Om, apa yang terjadi dengan bapak?" tanya gadis itu.

"Kamu siapa?" Ken tidak menyadari gadis itu memakai pakaian pengantin.

"Saya anaknya. Nama saya Hanum. Apa yang terjadi sama bapak?"

Bukannya menjawab, Ken langsung menyuruh Hanum untuk masuk ke mobilnya. Gadis cantik itu pun menurut, masuk ke mobil Ken, duduk di samping Arman.

"Hiks, bapak kenapa? Apa yang sebenarnya terjadi?" gadis itu terisak-isak pilu. Kenzo merasa iba dengan nasib Putri sahabatnya.

"Hanum, maafkan bapak!" ujar Arman terbata menahan sakit di jantungnya.

"Hiks, apa yang bapak katakan? Bapak tidak salah apa-apa dengan Hanum. Hanum mohon, jangan tinggalkan Hanum, Pak!"

Ken mendengarkan obrolan ayah dan anak itu sambil fokus mengendarai mobilnya menuju rumah sakit terdekat. Jujur, saat ini dia juga sangat khawatir dengan Arman. Mengingat masa lalu mereka, Arman dan Kenzo adalah sahabat dari kecil.

Sejak sekolah dasar hingga sekolah menengah atas, mereka selalu bersama-sama. Selera mereka selalu sama, bahkan soal menyukai gadis, mereka juga menyukai gadis yang sama.

Sayangnya si gadis lebih memilih Arman yang penyabar dan penyayang dibandingkan dengan dirinya. Gadis yang beruntung dinikahi Arman adalah Miranti.

Untuk menghindari zina, mereka memilih untuk menikah muda, dari pada berbuat maksiat tentunya akan merugikan diri sendiri.

Kini mereka sudah berada di ruangan UGD. Arman langsung mendapatkan pertolongan pertama dari tim dokter.

Hanum dengan masih memakai kebaya pengantin, terlihat begitu cemas dan khawatir. Di depan ruangan UGD, ia terus berjalan bolak-balik mirip seperti setrikaan. Ken yang sedari tadi memperhatikan, juga turut pusing melihat Hanum mondar-mandir.

"Hanum, duduklah dulu. Tenangkan diri kamu!" ujar Ken pada gadis muda itu.

"Om, sebenarnya ada apa? Kenapa jantung bapak bisa kambuh?"tanya Hanum penasaran.

"Kau tidak tahu?" tanya Ken, Hanum menggelengkan kepalanya.

Ken langsung menghembuskan nafasnya berat. Entah kenapa rasanya begitu berat mengatakan hal ini pada gadis cantik di depannya. Padahal di depan para kolega pembisnis, Ken termasuk orang yang sangat kompeten dalam berbicara di podium. Hari ini dia benar-benar seperti sedang diuji mentalnya.

"Tadi ada seorang laki-laki datang ke rumah. Dia, orang yang menjemput pengantin pria. Kata pria itu, calon suamimu dan keluarganya kabur. Mereka semua sudah pindah ke luar kota. Jadi intinya, mereka membatalkan pernikahan!"

"A-a-pa? Mas Edo kabur? Dia____!" Hanum terduduk lemas karena shock mendengar penjelasan pria dewasa di depannya.

"Itu nggak mungkin. Dia sangat mencintai aku____!"

"Jika cinta nggak mungkin dong dia kabur!" sahut Ken sedikit kesal, karena gadis muda itu tidak percaya dengan dirinya.

Hiks ... Hiks ... Hiks

Gadis itu malah nangis. Bahkan tangisannya makin kenceng, Ken jadi canggung sendiri. Nanti dikira orang, dia ngapa-ngapain gadis itu gimana?

"Eh, udah dong jangan nangis! Nanti dikira orang saya ngapa-ngapain kamu!"

"Hiks, saya itu lagi sedih loh, Om! Harusnya Om hibur saya kek!"

"Hah, tapi saya hibur kamu gimana? Saya ini bukan badut atau komedian kayak Sule!" protes pria itu.

"Huuuuuuaaaaaaaa," Hanum malah menangis lebih kencang lagi.

"Eitsssss, udah doooooong! Duh, nangisnya malah tambah kenceng lagi!" Ken terlihat panik melihat Hanum semakin kencang menangis.

"Cup. Cup. Adik Sayang, jangan menangis lagi ya! Nih, Om punya permen. Mau nggak?"

"Ih, orang lagi sedih malah di bencandain!"

"Hehehe," Ken malah terkekeh kecil.

Bersambung ...

Kasih like dan komen untuk Om Ken.....😁😁😁

Terpopuler

Comments

Rosliza Maznah

Rosliza Maznah

hebat

2024-09-09

0

Fifid Dwi Ariyani

Fifid Dwi Ariyani

trusceria

2024-07-29

0

Erna M Jen

Erna M Jen

mampir baca semoga ceritanya bagus...😀

2024-07-26

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 : Kondangan
2 Bab 2 : Niat Kondangan Malah Jadi Manten
3 Bab 3 : Aku Bukan Tua, Tapi Matang!
4 Bab 4 : Tarzan Bergelantungan
5 Bab 5 : Om ganteng dan baik
6 Bab 6 : Ah, SHITT
7 Bab 7 : Kapan Godaan Ini Berakhir????
8 Bab 8 : Senam Jari
9 Bab 9 : First Kiss
10 Bab 10 : Dia Bukan Mama Kandungku!!!!
11 Bab 11 : Hanum Muram
12 Bab 12 : Sisi Terkuat Hanum
13 Bab 13 : Ken Datang Tepat Waktu
14 Bab 14 : Melakukan Apa?
15 Bab 15 : Pulang Ke Rumah
16 Bab 16 : Tarzan Gagal Bergelantungan
17 Bab 17 : Senam Jari Lagi Deh!!!!
18 Bab 18 : Ketika Dua Sahabat Bertemu
19 Bab 19 : Hanum Sakit
20 Bab 20 : Ken Diusir
21 Bab 21 : Cairan Bening, Agak Keputihan
22 Bab 22 : Aku Siap!!!!???!!!
23 Bab 23 : Mandi Bareng
24 Bab 24 : Pertemuan dengan Edo, Bikin Sesak Hati Om Ken
25 Bab 25 : Perundungan
26 Bab 26 : Kedatangan Tamu Tak Diundang
27 Bab 27 : Apakah Kedua Putrimu Bisa Diandalkan?
28 Bab 28 : Kedatangan Ken
29 Bab 29 : Gaya Menungging
30 Bab 30 : Banyolan Garing
31 Bab 31 : Kenzo Rayyan Alvaro
32 Bab 32 : Jalan-jalan Malam
33 Bab 33 : Aku Bisa Khilaf
34 Bab 34 : Restaurant
35 Bab 35 : Uncle Err dan Aunty Soraya
36 Bab 36 : Apa Hubby Cemburu????
37 Bab 37 : Kerjasama
38 Bab 38 : Kikuk-Kikuk
39 Bab 39 : Kamu Harus Tanggungjawab
40 Bab 40 : Aku Pemilik Perusahaan Itu, Hanum!!!
41 bab 41 : C E O
42 Bab 42 : Pesona Ken
43 Bab 43 : Terciduk
44 Bab 44 : Talak 3
45 Bab 45 : Apa Kau Cemburu?
46 Bab 46 : Maaf Aku Tidak Mau Ikut Campur
47 Bab 47 : Baju Mirip Saringan Teh
48 Bab 48 : Kisah Harun
49 Bab 49 : Soal Edo
50 Bab 50 : Lain Kali Tidak Mau Ikut!!!
51 Ba 51 : Dijebak Kok Sampai Hamil?!?
52 Bab 52 : Pengen Punya Anak
53 Bab 53 : Duo Gesrek
54 Bab 54 : Motor Yang Melaju Kencang
55 Bab 55 : Ken vs Harun
56 Bab 56 : Rangga Kabur
57 Bab 57 : Kemarahan Hanum
58 Bab 58 : Panggilan Dosen
59 Bab 59 : Rasa Takut Hanum
60 Bab 60 : Kemarahan Ken
61 Bab 61 : Sekarang Ken Murka
62 Bab 62 : Menyusul Hanum
63 Bab 63 : Permintaan Maaf Ken
64 Bab 64 : Nasehat Uncle Err
65 Bab 65 : Kritis
66 Bab 66 : Siapa Dalangnya?!?
67 Bab 67 : Edo Ditangkap Polisi
68 Bab 68 : Aku Nggak Rela Hanum Dinikahi Pria Tua
69 Bab 69 : Aku Sedang Palang Merah
70 Bab 70 : Sama Sekali Nggak Cocok Sama Hanum!!!
71 Bab 71 : Ke Rumah Uncle Err
72 Bab 72 : Sama-sama Diam
73 Bab 73 : Puk-Puk
74 Bab 74 : Tarsan Kepedesan
75 Bab 75 : Mau Nggak Om Jadi Pacar Aku?!!?
76 Bab 76 : Hutang
77 Bab 77 : Perempuan Tidak Punya Malu
78 Bab 78 : Saya Ingin Om Terpesona Dengan Saya!?!
79 Bab 79 : Ken Mual-Muntah
80 Bab 80 : Atau Jangan-jangan Penyakit Menular?!?
81 Bab 81 : Kehamilan Simpatik
82 Bab 82 : Kenapa Menangis Gara-gara Cowok?
83 Bab 83 : Keluarga Rakus
84 Bab 84 : Aku Nggak Bakal Diam!!!!
85 Bab 85 : Ya Jelas Aku Cemburu
86 Bab 86 : Rencana Liburan Sessions 1
87 Bab 87 : Rencana Liburan Sessions 2
88 Pengumuman
89 Bab 89 : Jalan Maju Mundur Kena
90 Bab 90 : Teman Bule
91 Bab 91 : Model Pakaianmu Jelek
92 Bab 92 : Ngidamnya Hanum
93 Bab 93 : Om Tuh Setannya!!!!
94 Episode 94 : Kecelakaan
95 Episode 95 : Panggil Bram!!!!
96 Bab 96 : Gara-gara Sayang!?!
97 Bab 97 : Ungkapan Perasaan Dave
98 Bab 98 : Gara-gara Namamu, Rumah Tanggaku Hampir Hancur!!!!
99 Bab 99 : Rencana Ngelamar
100 Bab 100 : Pengumuman
101 Bab 101 : Jadi, Pria Yang Membuat Kamu Patah Hati, Dave?
102 Bab 102 : Rumah Sakit
103 Bab 103 : Pria Bertopi Hitam
104 Bab 104 : Calon Mertua
105 Bab 105 : Belum Disunat
106 Bab 106 : Aku Belum Sunat!!!
107 Bab 107 : Disunat
108 Bab 108 : Jahitan Yang Terlepas
109 Bab 109 : Surat Apa Ini?!!?
110 Bab 110 : Bingung Mau Kasih Judul Apa???
111 Bab 111 : Ahhh, SHITT!!!!
112 Bab 112
113 Bab 113 : Lamaran Diterima
114 Bab 114 : Maaf, Saya Sudah Menikah!
115 Bab 115 : Terserah Deh, Mau Judul Apa
116 Bab 116 : Kehangatan Sebuah Keluarga
117 Bab 117 : Rencana Melamar
118 Bab 118 : Tiga Ibu Julid
119 Bab 119 : Ziarah
120 Bab 120 : Ganteng Pisan!!!!
121 Bab 121 : Liontin Bentuk Hati
122 Bab 122 : Lo Masih Idup?!?
123 Bab 123 : Jangan Main Rahasia-rahasiaan!!!
124 Bab 124 : Pertemuan Bapak dan Anak
125 Bab 125 : Kamila Andini
126 Bab 126 : Aku Sumpahin Itunya Impoten
127 Bab 127 : Pengumuman
128 Bab 128 : Rencana Pindah
129 Bab 129 : Akhirnya Sah
130 Bab 130 : Malam Ini Tidur Diluar
131 Bab 131 : Nah Ini Yang Kayak Jamur!!
132 Bab 132
133 Bab 133 : Baba
134 Bab 134 : Selamat Ya!!!
135 Bab 135 : Karya Baru
136 Bab 136 : Koper Isi Baju Haram
137 Bab 137 : Papa
138 Bab 138 : Terserah Mau Kasih Judul Apa???
139 Bab 139 : Penjelasan Jane
140 Bab 140 : Akhirnya
141 Bab 141
142 Bab 142
143 Bab 143
144 Bab 144
145 Bab 145 : Lima Tahun Kemudian
146 Bab 146
147 Bab 147 : Mau Ngenalin Karya Baru Aku
Episodes

Updated 147 Episodes

1
Bab 1 : Kondangan
2
Bab 2 : Niat Kondangan Malah Jadi Manten
3
Bab 3 : Aku Bukan Tua, Tapi Matang!
4
Bab 4 : Tarzan Bergelantungan
5
Bab 5 : Om ganteng dan baik
6
Bab 6 : Ah, SHITT
7
Bab 7 : Kapan Godaan Ini Berakhir????
8
Bab 8 : Senam Jari
9
Bab 9 : First Kiss
10
Bab 10 : Dia Bukan Mama Kandungku!!!!
11
Bab 11 : Hanum Muram
12
Bab 12 : Sisi Terkuat Hanum
13
Bab 13 : Ken Datang Tepat Waktu
14
Bab 14 : Melakukan Apa?
15
Bab 15 : Pulang Ke Rumah
16
Bab 16 : Tarzan Gagal Bergelantungan
17
Bab 17 : Senam Jari Lagi Deh!!!!
18
Bab 18 : Ketika Dua Sahabat Bertemu
19
Bab 19 : Hanum Sakit
20
Bab 20 : Ken Diusir
21
Bab 21 : Cairan Bening, Agak Keputihan
22
Bab 22 : Aku Siap!!!!???!!!
23
Bab 23 : Mandi Bareng
24
Bab 24 : Pertemuan dengan Edo, Bikin Sesak Hati Om Ken
25
Bab 25 : Perundungan
26
Bab 26 : Kedatangan Tamu Tak Diundang
27
Bab 27 : Apakah Kedua Putrimu Bisa Diandalkan?
28
Bab 28 : Kedatangan Ken
29
Bab 29 : Gaya Menungging
30
Bab 30 : Banyolan Garing
31
Bab 31 : Kenzo Rayyan Alvaro
32
Bab 32 : Jalan-jalan Malam
33
Bab 33 : Aku Bisa Khilaf
34
Bab 34 : Restaurant
35
Bab 35 : Uncle Err dan Aunty Soraya
36
Bab 36 : Apa Hubby Cemburu????
37
Bab 37 : Kerjasama
38
Bab 38 : Kikuk-Kikuk
39
Bab 39 : Kamu Harus Tanggungjawab
40
Bab 40 : Aku Pemilik Perusahaan Itu, Hanum!!!
41
bab 41 : C E O
42
Bab 42 : Pesona Ken
43
Bab 43 : Terciduk
44
Bab 44 : Talak 3
45
Bab 45 : Apa Kau Cemburu?
46
Bab 46 : Maaf Aku Tidak Mau Ikut Campur
47
Bab 47 : Baju Mirip Saringan Teh
48
Bab 48 : Kisah Harun
49
Bab 49 : Soal Edo
50
Bab 50 : Lain Kali Tidak Mau Ikut!!!
51
Ba 51 : Dijebak Kok Sampai Hamil?!?
52
Bab 52 : Pengen Punya Anak
53
Bab 53 : Duo Gesrek
54
Bab 54 : Motor Yang Melaju Kencang
55
Bab 55 : Ken vs Harun
56
Bab 56 : Rangga Kabur
57
Bab 57 : Kemarahan Hanum
58
Bab 58 : Panggilan Dosen
59
Bab 59 : Rasa Takut Hanum
60
Bab 60 : Kemarahan Ken
61
Bab 61 : Sekarang Ken Murka
62
Bab 62 : Menyusul Hanum
63
Bab 63 : Permintaan Maaf Ken
64
Bab 64 : Nasehat Uncle Err
65
Bab 65 : Kritis
66
Bab 66 : Siapa Dalangnya?!?
67
Bab 67 : Edo Ditangkap Polisi
68
Bab 68 : Aku Nggak Rela Hanum Dinikahi Pria Tua
69
Bab 69 : Aku Sedang Palang Merah
70
Bab 70 : Sama Sekali Nggak Cocok Sama Hanum!!!
71
Bab 71 : Ke Rumah Uncle Err
72
Bab 72 : Sama-sama Diam
73
Bab 73 : Puk-Puk
74
Bab 74 : Tarsan Kepedesan
75
Bab 75 : Mau Nggak Om Jadi Pacar Aku?!!?
76
Bab 76 : Hutang
77
Bab 77 : Perempuan Tidak Punya Malu
78
Bab 78 : Saya Ingin Om Terpesona Dengan Saya!?!
79
Bab 79 : Ken Mual-Muntah
80
Bab 80 : Atau Jangan-jangan Penyakit Menular?!?
81
Bab 81 : Kehamilan Simpatik
82
Bab 82 : Kenapa Menangis Gara-gara Cowok?
83
Bab 83 : Keluarga Rakus
84
Bab 84 : Aku Nggak Bakal Diam!!!!
85
Bab 85 : Ya Jelas Aku Cemburu
86
Bab 86 : Rencana Liburan Sessions 1
87
Bab 87 : Rencana Liburan Sessions 2
88
Pengumuman
89
Bab 89 : Jalan Maju Mundur Kena
90
Bab 90 : Teman Bule
91
Bab 91 : Model Pakaianmu Jelek
92
Bab 92 : Ngidamnya Hanum
93
Bab 93 : Om Tuh Setannya!!!!
94
Episode 94 : Kecelakaan
95
Episode 95 : Panggil Bram!!!!
96
Bab 96 : Gara-gara Sayang!?!
97
Bab 97 : Ungkapan Perasaan Dave
98
Bab 98 : Gara-gara Namamu, Rumah Tanggaku Hampir Hancur!!!!
99
Bab 99 : Rencana Ngelamar
100
Bab 100 : Pengumuman
101
Bab 101 : Jadi, Pria Yang Membuat Kamu Patah Hati, Dave?
102
Bab 102 : Rumah Sakit
103
Bab 103 : Pria Bertopi Hitam
104
Bab 104 : Calon Mertua
105
Bab 105 : Belum Disunat
106
Bab 106 : Aku Belum Sunat!!!
107
Bab 107 : Disunat
108
Bab 108 : Jahitan Yang Terlepas
109
Bab 109 : Surat Apa Ini?!!?
110
Bab 110 : Bingung Mau Kasih Judul Apa???
111
Bab 111 : Ahhh, SHITT!!!!
112
Bab 112
113
Bab 113 : Lamaran Diterima
114
Bab 114 : Maaf, Saya Sudah Menikah!
115
Bab 115 : Terserah Deh, Mau Judul Apa
116
Bab 116 : Kehangatan Sebuah Keluarga
117
Bab 117 : Rencana Melamar
118
Bab 118 : Tiga Ibu Julid
119
Bab 119 : Ziarah
120
Bab 120 : Ganteng Pisan!!!!
121
Bab 121 : Liontin Bentuk Hati
122
Bab 122 : Lo Masih Idup?!?
123
Bab 123 : Jangan Main Rahasia-rahasiaan!!!
124
Bab 124 : Pertemuan Bapak dan Anak
125
Bab 125 : Kamila Andini
126
Bab 126 : Aku Sumpahin Itunya Impoten
127
Bab 127 : Pengumuman
128
Bab 128 : Rencana Pindah
129
Bab 129 : Akhirnya Sah
130
Bab 130 : Malam Ini Tidur Diluar
131
Bab 131 : Nah Ini Yang Kayak Jamur!!
132
Bab 132
133
Bab 133 : Baba
134
Bab 134 : Selamat Ya!!!
135
Bab 135 : Karya Baru
136
Bab 136 : Koper Isi Baju Haram
137
Bab 137 : Papa
138
Bab 138 : Terserah Mau Kasih Judul Apa???
139
Bab 139 : Penjelasan Jane
140
Bab 140 : Akhirnya
141
Bab 141
142
Bab 142
143
Bab 143
144
Bab 144
145
Bab 145 : Lima Tahun Kemudian
146
Bab 146
147
Bab 147 : Mau Ngenalin Karya Baru Aku

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!