Dalam kehidupannya yang tampak biasa, Manik merasakan sentuhan kehadiran yang misterius dan menakutkan. Amurva, sosok yang muncul di berbagai sudut hidupnya, membawanya ke dalam lapisan gelap dunia yang tak terduga.
Namun, dia segera menyadari bahwa keberadaan Amurva adalah awal dari sebuah petualangan yang tak terbayangkan. Kekuatan sihir yang mengelilinginya memasuki dunianya, membuka pintu bagi entitas supranatural yang bertujuan baik, dan juga bagi seorang pengejar kegelapan yang berbahaya - Kala Sungsang.
Manik, terjebak di persimpangan nasib, harus mengungkap misteri di balik kekuatan luar biasa ini dan menemukan jalan untuk melindungi dunianya dari ancaman yang tak terlihat. Tetapi, apakah dia cukup kuat untuk menghadapi arus gelombang magis yang misterius ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon I Putu Weda Kresna Witana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jalan Penghubung Dimensi Peteng
Saat makan malam bersama orang tuanya, Manik menyampaikan kebingungan yang dia rasakan. "Pak, apakah gang sempit yang biasanya aku lewati itu angker?" tanya Manik kepada bapaknya.
"Pertanyaanmu kali ini agak aneh, ada yang terjadi?" tanya Pak Ida, mencoba memahami kekhawatiran anaknya.
"Kadang-kadang aku merasa ada yang mengikuti, mendengar suara orang tanpa melihat siapa pun, rasanya aneh sekali," jawab Manik, mencoba menjelaskan pengalamannya.
"Kapan ini terjadi?" tanya Pak Ida dengan wajah serius.
"Beberapa kali saat aku pulang sekolah, Pak," jawab Manik.
"Aku sudah sering bilang padamu, jangan lewat sana sendirian, terutama pada pukul 12:00 siang. Lebih baik jalan pulang bersama teman-temanmu. Santai saja, Manik. Tidak ada gunanya terburu-buru, apalagi hingga harus melewati tempat-tempat yang membuatmu merasa tidak nyaman," kata Pak Ida dengan nada khawatir, mencoba menjelaskan pentingnya keselamatan anaknya.
Mendengar penjelasan dari ayahnya, Manik terdiam sejenak. Dalam cerita bapaknya, jalan yang biasa dia lewati adalah sebuah jalur kuno yang menghubungkan Dieng dari Wilayah Sanitri sampai ke Wilayah Mandaya-adaya tengah. Jalur ini mengikuti aliran sungai, yang juga membentang hingga ke halaman depan rumah Astrid, teman Manik, dan terus ke Mandaya-adaya tengah melalui serangkaian sungai.
"Dulu, orang tua memberi tahu Bapak bahwa jalan itu menghubungkan dua wilayah itu, bahkan melalui jalur sungai," jelas Pak Ida dengan penuh kehati-hatian.
Mendengar penjelasan ayahnya, Manik menjadi semakin penasaran. "Pak, tapi apa hubungannya dengan mimpi yang aku alami? Apa itu dimensi peteng yang Pak Ida sebutkan?"
Pak Ida memandang Manik dengan serius, menyadari keingintahuan Manik. "Manik, dimensi peteng adalah dimensi kegelapan, suatu dunia yang tidak terlihat oleh mata manusia biasa. Dalam dimensi ini tinggal makhluk-makhluk yang disebut Dimaha. Mereka memiliki kekuatan Amurva, yang dapat digunakan baik atau buruk tergantung pada niat dan tindakan penggunanya."
Dia melanjutkan, "Namun, jangan khawatir, Manik. Meskipun mereka memiliki kekuatan, perbedaan dimensi memastikan bahwa mereka tidak dapat menganggu manusia seperti kita. Rumah-rumah mewah yang kamu lihat dalam mimpi dan yang kusebutkan memang ada, tetapi hanya ada di dimensi mereka, dunia yang tak terlihat oleh kita manusia biasa."
Manik mencoba memahami penjelasan bapaknya, meskipun masih merasa terkejut dan bingung. Dunia yang hanya bisa dia akses melalui mimpi, dunia di balik pintu emas menyilaukan, menjadi semakin kompleks dan misterius baginya.
"Sekarang, Manik," kata Pak Ida dengan lembut, "Penting bagi kita untuk waspada. Sementara kamu hanya bisa mengakses dunia ini dalam mimpi, tetapkan pikiranmu untuk memahami kekuatan dan batasannya. Ini adalah dunia yang kompleks, yang membutuhkan pengertian dan kewaspadaan."
Manik menelan ludah, mencoba meresapi semua informasi yang baru saja dia dapatkan. Dunia misterius ini tampaknya membuka pintu pada petualangan dan pengetahuan yang tak terbatas. Meskipun dia merasa takut, ada juga kegembiraan di dalam hatinya, karena dia tahu bahwa ada begitu banyak hal yang bisa dia pelajari dan jelajahi dalam dunia yang tersembunyi ini. Namun, ada juga rasa hormat pada kekuatan yang ada di sana, sesuatu yang harus dia pahami dengan hati-hati dan penuh hormat.
Pak Ida melanjutkan ceritanya tentang anak yang pernah diculik oleh makhluk Dimaha. Anak itu pun diselamatkan oleh Sesor. Menurut cerita, pada hari itu, anak tersebut hilang tanpa jejak. Warga di Mandaya-adaya selatan bersama Sesor kemudian merencanakan sebuah taktik khusus. Mereka membawa pentungan dan kelapa, yang digunakan untuk membuat keributan dan membangkitkan kekuatan gaib.
"Sesor dan warga setempat membuat keributan hebat, membuat suara-suara yang mengusir makhluk-makhluk jahat dari dimensi peteng. Dia memasuki dimensi itu dengan kekuatan batinnya, berani melawan kegelapan untuk menyelamatkan anak yang hilang," jelas Pak Ida, suaranya penuh dengan ketegasan dan keberanian yang menginspirasi.
"Kenapa Sesor tidak menggunakan sihirnya untuk langsung mengalahkan Dimaha?" tanya Manik dengan rasa penasaran.
"Ah, Manik, kekuatan sihir bukanlah segalanya. Sesor memahami bahwa dalam menghadapi makhluk-makhluk gelap, keberanian, kebijaksanaan, dan kekuatan hati manusia memiliki peran yang sama pentingnya," jawab Pak Ida, matanya bersinar penuh hikmah. "Selain itu, Sesor juga manusia. Dia memiliki batasan dan dia baru belajar mengendalikan kekuatannya saat itu."
Manik mendengarkan dengan penuh perhatian. Cerita ini membuka matanya tentang kompleksitas dunia yang baru dia temui. Di balik keindahan dan keajaiban, ada juga bahaya dan kegelapan yang harus dihadapi dengan keberanian dan kebijaksanaan.
"Setelah pertempuran yang sengit, Sesor akhirnya berhasil membawa pulang anak tersebut. Dia kembali ke orang tuanya dengan selamat, meskipun dengan cerita yang mengguncangkan," lanjut Pak Ida. "Sejak saat itu, orang-orang di sini selalu berhati-hati, terutama ketika memasuki wilayah yang terhubung dengan dimensi peteng. Mereka menghormati keberadaan makhluk-makhluk Dimaha dan selalu waspada terhadap kekuatan gelap yang mungkin mengintai."
Manik mendengarkan cerita itu dengan rasa hormat dan kagum. Dunia yang baru dia ketahui begitu dalam dan penuh warna, dan dia merasa beruntung memiliki ayah yang bijaksana yang bisa memandunya melalui kompleksitasnya. Namun, dalam hati kecilnya, ada juga rasa takut yang tumbuh. Apa yang mungkin menantangnya di masa depan? Apa yang mungkin tersembunyi di balik pintu-pintu emas yang mengilap itu?
Manik mendengarkan penjelasan bapaknya dengan ketakutan dan kekaguman yang bercampur aduk. Rasanya dunia yang dia kenal begitu luas dan misterius, dengan makhluk-makhluk yang hidup di dimensi yang tidak terlihat oleh mata manusia biasa.
"Dunia ini benar-benar penuh dengan rahasia, ya, Pak," kata Manik dengan suara yang gemetar, mencoba memproses semua informasi yang baru dia dapatkan.
Pak Ida mengangguk, ekspresinya penuh dengan kebijaksanaan dan pengalaman. "Iya begitulah, Manik. Kita harus selalu waspada dan menghormati keberadaan makhluk-makhluk dari dimensi peteng ini. Mereka memiliki kekuatan dan batasan mereka sendiri. Dan yang terpenting, kita harus selalu berada dalam batasan kesadaran agar tidak terjerumus ke dalam hal buruk."
Manik merenungkan kata-kata bapaknya dengan serius. Dia menyadari betapa pentingnya untuk memahami dimensi peteng ini. Bahwa di balik kecantikan dan keajaiban yang terlihat, ada bahaya yang mungkin mengintai, terutama jika tidak dihormati dengan baik.
Dalam keheningan malam itu, Manik merasa dirinya dituntun ke dalam sebuah realitas yang jauh lebih dalam dan kompleks dari yang pernah dia bayangkan sebelumnya. Dia tahu bahwa dia harus belajar dengan cermat dan berhati-hati, karena di dunia ini, bahaya bisa datang dari sudut-sudut yang tak terduga, bahkan dari dimensi yang tidak terlihat oleh mata manusia biasa.
Dengan hati yang penuh kehati-hatian, Manik memutuskan untuk menghormati nasihat bapaknya. Dia menyadari bahwa meskipun dunia ini penuh dengan misteri, dengan pemahaman dan kebijaksanaan, dia bisa menjelajahi dunia ini dengan bijak dan aman. Dia merasa bertanggung jawab untuk melindungi dirinya sendiri dan orang-orang yang dicintainya, sambil tetap terbuka terhadap keajaiban dimensi peteng yang tak terbatas ini.
~ Catatan ~
Memahami dimensi yang berbeda adalah seperti memahami diri sendiri dan orang lain dalam kehidupan ini. Setiap individu memiliki dimensinya sendiri, setiap jiwa memiliki rahasia dan keunikan yang tersembunyi. Begitu juga dengan dunia gaib; di balik kerlip bintang-bintang dan warna-warni cahaya, terdapat dimensi-dimensi yang tidak terlihat oleh mata manusia biasa. Sebagaimana manusia memiliki lapisan emosi dan pikiran yang kompleks, demikian pula dunia gaib memiliki makhluk-makhluk dan kekuatan-kekuatan yang sulit dipahami.
Seperti berinteraksi dengan sesama manusia, kita harus berhati-hati terhadap sikap dan tindakan kita terhadap dimensi yang berbeda ini. Ada kearifan dalam meresapi kompleksitas ini, dalam merangkul perbedaan dan menyadari bahwa ada hal-hal yang mungkin melebihi pemahaman kita. Sebagaimana kita belajar untuk berempati terhadap perasaan dan pengalaman orang lain.