Bisakah kalian bayangkan, gadis 17 tahun yang baru masuk universitas di paksa untuk menjual tubuhnya kepada pria hidung belang? ya, Siera tidak akan pernah mau melakukan itu. melawan paman dan bibinya yang berbuat jahat padanya. bertemu seorang pria dan langsung mengajaknya menikah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon shafrilla, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gadis sarang lebah
"Sudah tuan." Ricardo berusaha melerai perdebatan antara bosnya dan Sierra.
"Gadis ini seperti sarang lebah, benar-benar sangat menganggu." ucap Xavier.
Di hina seperti sarang lebah tentu saja Sierra tidak terima, dia langsung menaiki kursi sembari menjitak dahi Xavier.
Ctak..
"Hei paman tua, berani sekali kamu mengatai gadis secantik aku seperti sarang lebah, kamu ini benar-benar membuatku marah!" ujar Sierra yang kemudian terus menunjuk dahi Xavier.
"Aduh...," ucap Ricardo dan Emilia secara bersamaan. Mereka berdua menatap dua orang berbeda usia yang sekarang ini sedang berdebat dan menjadi tontonan banyak orang di restoran.
"Lihatlah, Apakah mereka pasangan kekasih?kira-kira mereka sedang memperdebatkan apa?" suara gemerisik para pengunjung restoran. mereka terus memperhatikan Xavier dan Sierra yang sedang berdebat atau lebih tepatnya sedang berkelahi.
"Hai Paman, kamu itu sudah tua kenapa sih tidak bisa menghormati gadis muda sepertiku?" ucap Sierra. dia sekarang berganti menunjuk dada Xavier.
"Seharusnya aku yang marah, anak kecil. beraninya kamu mengatakan aku raksasa, gorila besar yang menyeramkan." jawab Xavier.
"Lah.. benar kan, lihat aja kamu tinggi banget, besar banget seperti gorila super raksasa baru keluar dari persembunyiannya. Nggak salah kan apa yang aku pikirkan." balas Sierra.
Beberapa pengunjung nampak tersenyum, mereka malah bukannya menyalahkan Xavier tapi mereka malah mengatakan Sierra yang bertubuh mungil.
"Sierra, sudah Sierra. malu dilihat orang." Emilia menarik tangan Sierra agar dia turun dari kursi.
"Ngapain harus malu, seharusnya paman ini yang malu, dia berani banget sudah mengatai aku jadi sarang lebah." kesal Sierra.
"Kamu dulu yang mengatai aku gorila dan raksasa." balas Xavier.
"Heh...," Ricardo menghela nafasnya, Dia sedikit menundukkan kepalanya dengan mata yang terus memperhatikan para pengunjung restoran yang terus membicarakan bosnya. "Tumben sekali sih Tuan Xavier meladeni orang berdebat, biasanya dia bahkan tidak menghiraukan perkataan siapapun." gumam Ricardo dalam hati sembari mencoba untuk menenangkan bosnya.
"Ayo kita pergi Emilia, ngapain sih ngurusin raksasa tidak punya etika ini." Sierra yang kemudian langsung pergi meninggalkan Xavier yang melotot. dia benar-benar kesal, dia mengepalkan tangannya dengan emosi yang tertahan di dada.
"Gadis kecil itu benar-benar tidak tahu diri, sudah ukurannya semeter kotor tapi dia dia nyalinya besar sekali, lebih besar dari ukuran tubuhnya." kata Xavier yang kemudian memegang kepalanya.
"Sudah Tuan, sudah. jangan diladeni tumben sekali sih Tuan meladeni anak kecil seperti itu." ucap Ricardo yang membuat Xavier langsung meneguk sebotol air mineral yang ada di meja.
"Iya juga, Kenapa juga aku harus meneladani sarang lebah seperti itu, suaranya seperti lebah yang mengganggu telinga." setelah menenangkan dirinya safir dan Ricardo juga ikut keluar dari restoran. ketika mereka hendak pergi tatapan matanya menatap gadis yang dia katai sebagai sarang lebah tersebut. "Sudah ukurannya semeter kotor pakai motor Harley Davidson." gerutu Xavier yang terus memperhatikan Sierra.
"Ada apa Tuan?" tanya Ricardo yang melihat bosnya bukannya masuk ke dalam mobil malah terdiam berdiri menatap sesuatu.
"Itu sarang lebah." jawab Xavier yang membuat Ricardo menatap ke arah pandangan bosnya.
Suara canda tawa terdengar begitu keras, Sierra kemudian melajukan motornya dengan kecepatan lumayan tinggi, hingga membuat Emilia langsung memeluk dirinya dengan erat.
"Ternyata nyalinya lebih besar dari ukuran ternyata." ucap Xavier yang kemudian masuk ke dalam mobil.
Di salah satu persimpangan jalan di lampu merah, Sierra menghentikan motornya, lampu yang masih berwarna merah itu memberikan sebuah insiden yang akan dikenang oleh dua pria yang menggoda Sierra.
"Halo cantik..," goda 2 pria yang menaiki mobil.
Sierra tidak meladeni godaan dua pria tersebut, dia masih fokus dengan jalan yang ada di depannya, lampu merah itu masih menyala belum berganti warna. Si pria terus berusaha untuk menggoda Sierra namun dia tidak dihiraukan olehnya. Hal itu membuat si pria sedikit kesal.
"Sombong sekali, wajahmu tidak terlalu cantik tapi sombong mu minta ampun." kata si pria.
Sierra masih tenang dan tidak menghiraukan perkataan dua pria itu, dia masih duduk santai sembari mengobrol dengan Emilia.
"Sudah Sierra, jangan dihiraukan, pria seperti mereka itu pria tidak punya masa depan." bisik Emilia.
"Lagian siapa yang mau meladeni mereka." jawab Sierra singkat.
kedua pria itu kesal karena tidak dihiraukan oleh Sierra dan Emilia, 2 pria itu membunyikan klakson dengan sangat keras, hal itu membuat beberapa pengguna jalan yang lainnya terlihat sangat kesal dengan mereka.
"Ini jalanmu sendiri ya, pakai bunyiin klakson terus menerus!" seru seorang pria.
Dua pria yang menggoda Sierra itu tidak terima ketika ditegur seperti itu, dia keluar dari mobilnya kemudian meninju seorang pria yang menegurnya.
Melihat itu Sierra masih terdiam, dua pria itu kemudian mendekati Sierra yang masih berada di atas motornya. "Hai cantik, berapa harga mu? hari ini aku akan membayar mu dengan banyak uang, bagaimana?" ucap si pria.
Sierra masih tidak menghiraukan pria itu, dia masih terlihat santai dan belum terpancing amarahnya. "Hai cantik." si pria kemudian menyentuh dagu Sierra, Hal itu membuat Emilia langsung menoleh.
"Tuan, jaga tanganmu itu ya, jika tidak..," ucap Emilia.
"Jika tidak apa? kamu mau apa? kalian berdua akan kami bawa untuk bersenang-senang." ujar si pria sembari tertawa terbahak-bahak.
Sierra kemudian mematikan motornya, standarnya dia pasang kemudian meminta Emilia untuk turun.
"Kamu mau apa Sierra?" tanya Emilia.
"Sudah cepat turun." pinta Sierra.
Emilia akhirnya turun dari motor, begitu pula dengan Sierra.
"Hahaha..., aku akan membayar mu dengan harga mahal, cantik. Bagaimana kalau kamu sekarang ikut aku bersenang-senang?!" kata si pria.
Sierra tersenyum, Dia kemudian membuka helmnya, si pria tertawa begitu bahagia. Dia mengira kalau Sierra akan ikut dengannya, namun sayangnya Sierra yang membuka helm itu bukan untuk ikut dengannya, tapi dia membuka helm itu untuk dia gunakan memukul dua pria kurang ajar yang dari tadi mengganggunya.
Bukk..
Bukk..
"Dasar brengsek! rasakan ini!" seru Sierra yang memukuli dua pria itu habis-habisan. menendang, meninju, memukul dengan helm bahkan Sierra juga menjambak pria itu dengan sangat keras.
"Dasar pria tidak punya kerjaan! kamu mau mati di tanganku ya!!" teriak Sierra dengan sangat keras. wajah cantiknya seketika berubah sangat menakutkan.
"Mundur Emilia! akan ku hajar dua pria brengsek ini!" bentak Sierra yang membuat Emilia seketika mundur ke tepi jalan. sedangkan Sierra, dia menghajar habis-habisan dua pria yang mengganggunya.
Malam itu jalan menjadi macet akibat Sierra yang menghajar dua pria yang dari tadi memukulnya. Di belakang mobil itu Ricardo nampak tertegun dia melihat sebuah tontonan langsung di depan matanya.
"Ternyata gadis kecil itu lebih barbar dari para preman bos." ucap Ricardo.
"Eiss... pasti sakit sekali itu." ucap ucap Xavier yang ternyata dari tadi memperhatikan Sierra.
"Wah..., nyali gadis ini benar-benar sungguh luar biasa bos." kata Ricardo kembali.
"Aku sudah bilang kan nyalinya lebih besar dari ukuran tubuhnya." jawab Xavier sembari tersenyum.
Sierra sendiri masih menghajar habis-habisan dua pria yang dari tadi menggodanya para pengguna jalan tidak ada yang mencoba untuk menolong pria pembuat onar itu mereka malah tertawa sembari mengacungkan jari tengah mereka.
"Huuuu...., rasakan dihajar habis-habisan sama gadis itu!!" seru mereka dengan suara yang begitu keras.
*bersambung*