Vany yang di paksa menikah oleh keluarga pamannya tempat ia tinggal, berniat ingin kabur dari rumah. Ia menolak menikah dengan pria tua dan di jadikan istri ke 3, semua itu untuk melunasi hutang pamannya. Akan tetapi ia malah di pertemukan dengan Agam dalam sebuah kecelakaan.
Agam, pengusaha muda yang berkunjung ke kampung halamannya untuk urusan bisnis.
Akankah Vany bisa menghindari pernikahan tersebut?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon m anha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kehadiran Masalalu
Pagi hari, Vany kembali ingin menitipkan Adelia di tempat Yana.
"Bu, apa boleh Adelia ikut Ibu ke kantor?"
"Tapi, Sayang. Ibu ke kantor untuk bekerja, kakak pasti bosan jika ikut ibu."
"Disini Adel juga bosan, Bu. Tak ada yang mau bermain denganku," lirihnya menunduk.
"Adel tenang saja, ibu sudah bicara pada Tente Yana. Nanti biar Tante Yana yang akan menjelaskan pada teman Adelia, jika Adelia juga punya ayah, sama sepeti mereka."
"Kapan Adel bisa bertemu ayah, Bu?"
"Suatu saat nanti. Adel yang sabar, ya."
Adelia melihat ke arah Yana yang datang menyambutnya.
"Iya, Sayang. Tante pastikan jika teman Adelia akan main bersama Adelia lagi. Ayuk kita masuk."
Mendengar itu, Adelia pun mengangguk dan menyambut uluran tangan Yana.
"Yana, aku titip anakku, ya."
"Iya, kamu tenang saja. Aku akan menjelaskan kepada anak-anak yang lainnya."
"Makasih, ya, Yan. Untuk saat ini aku belum bisa membawa Adelia sesekali ke kantor, kamu tahu sendiri kan aku baru diterima."
"Iya, aku mengerti. Kamu tenang saja, serahkan Adelia padaku."
"Makasih sekali lagi ya, Yana," ucap Vany kemudian iapun meninggal Adelia di kediaman Yana. Ini untuk pertama kalinya ia merasa gelisah meninggal putrinya, ia takut jika putrinya kembali mendapat perlakuan yang tak menyenangkan dari temannya, hanya karena masalah tak punya ayah.
Sepanjang perjalanan ke kantor, Vany kembali mengingat Agam yang di lihatnya semalam. Ia yang selama ini sudah melupakan hubungan mereka, kini kembali ingin menemui Agam dan mengenalkan Adelia. Anaknya berhak tau siapa ayahnya.
Begitu sampai di kantor Vany kembali melupakan semua masalahnya di rumah, ia kembali fokus pada pekerjaannya.
Begitu sampai, ia langsung menghampiri Dimas, dimana pagi ini dia yang akan menemani Dimas untuk rapat.
Dimas kembali menjelaskan beberapa yang harus dilakukannya saat di ruang rapat nanti. Dimana rapat ini merupakan rapat penting bersama dengan pemimpin perusahaan mereka.
Tepat pukul 10.00. Mereka pun menuju ke lantai teratas gedung tersebut. Di lantqi itu juga terdapat ruangan bos mereka, CEO perusahaan mereka dan juga ruang rapat tempat mereka akan membahas rencana kerja hari ini mewakili divisi mereka masing-masing.
Begitu mereka sampai di ruang rapat. Dimas dan Vant langsung mengambil kursi yang memang khusus untuk mereka, beberapa dari peserta rapat lainnya juga sudah hadir di sana.
Beberapa peserta dari divisi lain dan hanya tersisa 2 kursi saja kursi kosong yang merupakan kursi pemimpin perusahaan tersebut dan juga satu kursi lainnya untuk sekretarisnya.
Mereka semua sesekali melihat jam, ini sudah lebih dari 20 menit dari jadwal rapat harusnya dan yang mereka tunggu belum datang juga. Namun, mereka tetap duduk di tempatnya. Jika bos mereka yang terlambatz itu sama sekali tak membuat rapat akan diundur apalagi dibatalkan. Berbeda jika mereka yang terlambat. mungkin apa yang akan mereka sampaikan tak akan diterima dan mungkin tak akan diizinkan untuk ikut dalam rapat tersebut.
"Ini pak Agam jadi datang tidak, ya?" tanya salah satu dari mereka.
"Agam?" tanya Vany refleks saat mendengar kata Agam, karena yang setahunya pemilik perusahaan tersebut bernama Sofyan Admaja.
"Iya, pak Agam Admaja. Pemimpin perusahaan ini," jelas Dimas.
"Bukannya nama pemimpin perusahaan ini Sofyan Admaja ya?" tanya Vany membuat Dimas pun mengangguk membenarkan apa yang baru saja Vany katakan.
"Iya, pemilik perusahaan ini memang Sofyan Atmaja, tapi seminggu yang lalu beliau terkena penyakit jantung dan saat ini sedang dirawat di rumah sakit. Jabatannya di ambil alih oleh anaknya. Aku dengar dia baru datang dari luar negeri."
"Oww." Vany hanya mengangguk-angguk mengerti, sejenak saat mereka menyebut nama Agam. Entah mengapa wajah Agam mantan suaminya terlintas di benaknya. Namun, ia dengan cepat menepis semuanya praduga yang tak mungkin terjadi. Agam mantan suaminya tak mungkin.
"Pak Agam sudah datang," ucap salah satu dari mereka yang tadi keluar untuk menelpon.
Mendengar itu mereka semua berdiri untuk menyambut atasan baru mereka.
Vany membelalakkan matanya saat melihat siapa yang masuk keruangan tersebut. Siapa bos mereka.
