Safire adalah seorang Dokter di masa depan, tiba-tiba dia sudah berada di tubuh seorang Putri. Istri dari seorang Pangeran yang dulunya adalah kandidat Putra Mahkota terkuat, tapi karena suatu insiden memalukan akhirnya sang Pangeran harus kehilangan wajah dan wibawa-nya. Karena penjebakan Esmera, akhirnya dia harus menikahi wanita yang tidak disukainya. Seorang Putri yang sangat angkuh, jahat dan licik.
"Kau bangun?! Ckkkk.... aku kira kau mati! itu yang aku harapkan! Jangan pikir aku menyentuh dan menggaulimu karena aku menginginkanmu, Esmera! Aku dipaksa meminum obat oleh Ibu Suri karena kau merengek padanya. Kau bilang padanya setelah aku menikahimu aku tidak pernah menyentuhmu! Bahkan sekarang setelah aku menyetubuhimu, aku ji jik pada diriku sendiri!" ujar Pangeran Alexander berwajah ji jik.
Akankah Safire bisa merubah stigma buruk Putri Esmera, pemilik tubuh yang ia masuki?
Yuk, kepoin aja...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rere ernie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab - 8 Apa Ada Yang Sakit Selain Kaisar?
Safire mengeluarkan kotak obat ajaib-nya di hadapan sang Kaisar, ia ingin Kaisar mempercainya sepenuhnya.
"Apa itu? Kenapa kotak itu bisa membesar?"
"Kotak ajaib, tapi Kakek... aku bukan seorang penyihir," sahut Safire karena mengingat tuduhan Pangeran Alexander.
"Lalu, darimana kau bisa mengobati?"
"Sejak kecil aku sudah tertarik pada hal - hal yang berbau medis," sembari menyiapkan infusan Safire terus menjawab setiap pertanyaan.
"Aku baru pertama kali melihat alat - alat di dalam kotak itu, apa itu dijual disini? Kenapa aku tidak tau?"
"Aku sudah mengatakan kotak ini ajaib, jadi hanya aku yang punya," jawab Safire kembali.
"Nah, sebelum kakek aku infus... aku akan memeriksa jantung kakek sebentar," Safire memasang earpieces di kedua telinganya lalu menaruh bell stetoskop di bagian tubuh Kaisar yang terdapat organ jantung.
"Apa ini?" rasa penasaran Kaisar semakin besar.
"Namanya stetoskop, alat untuk mendengarkan detak jantung. Kakek ingin mendengar detak jantung kakek sendiri?"
Mata Kaisar berbinar senang seperti anak kecil, "Ekhmm, sepertinya biasa saja tapi coba berikan," ucapnya pura - pura seperti kurang tertarik.
Safire tertawa dalam hatinya. Ia lalu memasang earpieces stetoskop di telinga Kaisar.
Dub... Dub... Dub...
Suara jantung Kaisar terdengar di telinganya sendiri, tubuhnya melonjak kegirangan. "I-ini suara ini... sangat indah."
Safire tersenyum sembari mengangguk, " Suara dari jantung kita sendiri, menurutku adalah suara paling terindah di dunia."
"Hmm, kau benar. Lalu, apa aku sehat?"
Safire tadi sudah mendengarkan detak jantung Kakek Kaisar, detak jantung normal orang dewasa adalah 60 - 100 detak per menit. Sedangkan Kaisar hanya 40 detak per menit, sebenarnya untuk Kaisar yang hampir meninggal kini detak jantung Kaisar sudah jauh lebih baik.
"Meskipun detak jantung dibawah rata - rata tapi detak normal kakek sudah lebih baik," ujar Safire yakin.
"Hm, hm..." Kaisar mengangguk - ngangguk.
"Aku akan memasang infus di lengan kakek, ya?"
Sekali lagi Kaisar hanya mengangguk.
Dengan lihai Safire memasang infus, saat selesai Kaisar sudah tertidur pulas.
Sembari menunggu Kaisar bangun, Safire memeriksa obat - obatan apa saja di dalam sana. Seketika matanya membelalak, tiba - tiba ada obat tuberkulosis atau penyakit TBC.
Kenapa ada obat ini? Apa ada yang sakit selain Kaisar? Penyakit ini sangat bahaya penularan nya, menyerang paru - paru dengan sangat cepat karena infeksi bakteri mycobacterium tuberculosis. Siapa sebenarnya yang sakit?!
"Hhh, tapi mataku lelah. Aku sangat mengantuk, biarkan yang sakit datang padaku nanti... sekarang aku membutuhkan istirahat," Safire melihat ada kursi panjang tak jauh dari ranjang Kaisar, dia pun tidur di kusri itu dengan posisi menyamping.
Tak lama Kaisar terbangun, ia merasa tubuhnya semakin membaik. Kaisar melihat Safire yang tertidur seperti kelelahan, ia memanggil pengawal pribadinya dengan suara pelan.
"Ya, Yang Mulia Kaisar."
"Aku lapar, sudah beberapa hari ini aku tidak nafsu makan. Suruh pelayan memasak makanan kesukaanku, cepat!"
"Baik."
"Tunggu!" mata Safire seketika terbuka, meskipun Kaisar berbicara pelan telinga Safire bisa mendengarnya.
"Ada apa? Aku ingin makan."
Safire bangun lalu turun dari kursi, mendekati Kaisar. "Kakek, orang sakit perutnya tidak bisa di isi makanan dengan sembarangan."
"Lalu, aku harus makan apa?"
"Bubur putih."
"Bu-bur, kau bercanda?" protes Kaisar.
"Kakek janji akan menurutiku, 'kan?"
"Tapi hanya bubur saja itu tidak enak!"
"Bubur pakai bumbu boleh, pakai daging pun boleh asal jangan banyak garam. Jika Kakek merokok itu juga tidak boleh atau harus mulai berhenti. Harus mulai olahraga, aku akan menemani kakek setiap olahraga. Apa kakek sanggup?"
Kaisar yang sudah bersemangat karena merasa tubuhnya semakin membaik, tiba - tiba berwajah lesu karena sepertinya akan ada banyak kebiasaan jeleknya yang harus ia tinggalkan. Namun, akhirnya Kaisar mengangguk dengan lemah.
"Apa kakek benar - benar merokok?"
"Tembakau maksudmu, 'kan?"
"Jadi masih tembakau," gumam Safire bicara pada dirinya sendiri, "Ya, tembakau. Kakek harus berhenti dan mulai hidup sehat."
"Hhhhhhh....." dessah pasrah Kaisar.
Pengawal pribadi Kaisar bahkan tertawa geli melihat kepasrahan sang Kaisar.
menyedihkan