Karena Fitnah Ibu Mertua ku, rumah tangga ku berantakan. Dia tega memfitnah dan menghadirkan orang ketiga di dalam rumah tangga ku.
Aku tak tahu, kenapa ibu mertua jadi kejam seperti ini, bahkan bukannya dia yang meminta agar aku dan Mas Doni segera menikah.
Ada apa ini?
Bagaimana nasib rumah tangga ku?
Siapa yang akan bertahan, aku atau ibu mertua ku?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meylani Putri Putti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Membujuk Sindy
"Hentikan Viola," ucap Doni ketika tak sengaja melihat ke foto sindy diatas nakasnya.
Viola menghentikan aktivitasnya kemudian menatap ke arah Doni.
"Kenapa harus dihentikan Doni, Bukannya kau juga menginginkannya? Aku yakin aku akan bisa membuatmu puas lebih dari istrimu," ucap Viola sambil meraba resleting celana Doni.
"Sudah cukup Viola! aku tak ingin rumah tanggaku hancur hanya karena nafsu sesaat."
Doni mendorong tubuh Viola, kemudian ia segera bangkit.
Viola sedikit kaget melihat reaksi Doni. Namun, ia tidak menyerah.
Viola kembali menghampiri Doni kemudian memeluknya.
"Ayolah Doni, istrimu tidak akan tahu. Aku yakin setelah ini kau pasti akan ketagihan dengan pelayananku," bujuk Viola sambil meraba dada bidang Doni.
"Tidak Viola! Sebaiknya kau keluar dari kamarku dan keluarlah dari rumahku sekarang juga!"
Viola menatap tajam ke arah Doni.
"Doni kau mengusirku?" tanya Viola.
"Iya, jika kau masih punya malu dan harga diri, keluarlah dari ke rumah ku saat ini juga!" Seru Doni dengan suara yang lebih tinggi beberapa Oktaf.
Viola menatap tajam ke arah Doni
Kemudian ia bangkit dari tempat tidur Doni.
"Lihat saja Doni, suatu saat kau yang akan mengemis cinta padaku."
Viola keluar dari kamar Doni sambil membanting pintu. Kemudian ia berjalan menuruni anak tangga pura-pura menangis.
Viola kembali ke kamarnya melewati kamar Bu Misye.
Bu Misye heran melihat Viola yang sepertinya menangis.
"Viola! Viola!" panggil Bu Misye.
Viola menghampiri kamar Bu Misye.
"Ada apa Tante?" tanya Viola pura-pura menghapus air matanya.
'Kamu menangis?" tanya Bu Misye.
"Iya Tante, Doni mengusir saya."
"Tidak Viola, jangan pergi dari sini rencana kita untuk memisahkan Sindy dan Doni belum berhasil."
"Tapi Tante saya juga tidak tahan dengan hinaan yang Dunia berikan. Biarlah saya yang keluar dari rumah ini," ucap Viola pura-pura sedih.
"Eh tunggu dulu Viola. Kamu boleh pergi tapi kita jalankan rencana berikutnya, Saya punya ide cemerlang yang akan membuat Doni menceraikan Sindy."
"Hah rencana apa Tante?" tanya Viola bersemangat.
Bu Misye tersenyum menyeringai.
"Sini kamu Viola, biar saya bisikan,"
Viola mendekatkan telinganya ke arah bu Misye yang sedang duduk.
Kemudian ia membisikkan sesuatu, Viola tersenyum menyeringai ketika mendapat bisikan dari bu Misye.
"Bagaimana menurut kamu bagus bukan?" tanya Bu Misye.
"Bagus banget tante."
"Tapi saya butuh aktor lainnya dalam skenario ini," ucap Bu Misye.
"Tenang saja tante, saya bisa carikan seorang aktor untuk menjalankan skenario kita ini. Tapi ya kita harus keluar uang banyak," ucap Viola.
"Tenang saja, akan saya lakukan apapun agar Sindy dan Doni bisa terpisah. Saya tidak mau menerima menantu dari keluarga Bramantyo."
"Baiklah Tante, kalau begitu Malam ini saya pulang. Silakan tante bujuk Doni untuk membawa sindy ke rumah ini lagi."
"Oke," ucap Bu Misye sambil mengacungkan jempolnya.
Setelah dari keluar kamar bu Misye Viola membereskan barang-barangnya. Ia pun keluar dari rumah itu dengan menggunakan taksi untuk tiba di apartemen miliknya.
***
Keesokan harinya Doni turun untuk sarapan dan Bu Misye terlihat menyajikan beberapa makanan di meja makan.
"Doni Mama sudah siapkan sarapan untuk kamu."
"Iya ma, terima kasih," ucap Doni dengan wajah yang lesu.
"Doni kamu kenapa terlihat sedih begitu? pasti kamu kangen sama Sindy?"
Doni sedikit kaget ketika bu Misye bertanya hal yang demikian biasanya bu Misye alergi menyebut nama Sindy l.
'Mama kok sepertinya tahu perasaanku, apa aku katakan saja sejujurnya pada mama. Sepertinya mood Mama juga sedang baik,' batin Sindy.
"Iya Ma, Doni kangen sama istri Doni. Padahal baru dua hari sindy tidak ada di rumah, rasanya hidup Doni terasa hampa Ma tanpa sindy," pancing Doni.
"Iya sekarang mama mengerti Doni. Kamu memang mencintai Sindy Karena itulah Mama mempersilakan kamu untuk membawa Sindy kembali ke rumah ini."
Bukan main kagetnya Doni mendengar ucapan bu Misye tersebut.
"Benarkah Ma?" tanya Doni kaget.
"Tentu saja Doni, kamu lihat raut wajah Mama. Apa Mama berbohong? Mama sekarang sadar kebahagiaan kamu adalah segalanya Doni. Jadi sebaiknya kamu susul Sindy dan bawa dia kembali bersama kita. Mama janji akan memperlakukan Sindy dengan baik," ucap Bu Misye.
"Terima kasih mama," sahut Doni sambil memeluk bu Misye.
"Iya Doni sekarang kamu sarapan dan jangan sedih lagi ya?"
"Iya Mas sebentar lagi Doni akan pergi untuk menjemput Sindy. Doni sudah benar-benar rindu sama Sindy."
***
Selesai sarapan Doni langsung menuju rumah Sindy yang berjarak sekitar 2 jam dari rumahnya.
Dengan semangat, Doni mengendarai mobilnya melintasi jalan Raya menuju arah luar kota
Di perjalanan ia langsung menelepon Sindy.
"Halo assalamualaikum," sapa Sindy di sambungan teleponnya.
"Waalaikumsalam sayang. Sayang, mas lagi di perjalanan nih untuk jemput kamu."
"Di perjalanan? kok nggak beritahu sebelumnya?"
"Iya ini mendadak sayang. Mas Doni punya kabar baik untuk kamu."
"Kabar baik apa Mas?" tanya
Sindy.
"Kabar baiknya Mama yang sudah menyuruh Mas Doni untuk dijemput kamu, Mama sadar jika selama ini beliau begitu egois hingga menyebabkan kita sampai pisah ranjang seperti ini. Mama menyuruh Mas Doni untuk menjemput kamu dan berjanji akan memperlakukanmu dengan baik," ucap Doni.
"Benarkah Mas? tapi apa viola masih ada di rumah itu?"
"Sudah pergi Sayang, Mas yakin rumah tangga kita akan bahagia sama seperti yang pernah kita impikan."
Keadaan hening beberapa saat karena Sindy masih ragu.
"Sayang kamu masih disana kan?"
"Iya Mas."
"Kalau begitu kamu bereskan barang-barang kamu karena sebentar lagi Mas Doni akan sampai."
"Iya," lirih Sindy.
Setelah menutup handphonenya Doni semakin menaikkan kecepatan mobilnya.
Setengah jam kemudian ia tiba di rumah mertuanya.
Bu Anita yang tengah menyapu halaman rumah kaget melihat kedatangan sang menantu.
"Bu kedatangan Doni kemari untuk menjemput Sindy."
"Menjemput Sindy?"
"Iya Bu."
Bu Misye dan Doni duduk di ruang tamu.
"Doni, Bukannya ibu ingin mencampuri urusan rumah tangga kalian. Tapi jika ibu kamu memang tidak menginginkan Sindy, lebih baik kalian mengontrak rumah dan tinggal jauh dari ibu kamu."
"Iya Bu, rencananya Saya ingin mengontrak rumah, tadi pagi mama sudah menyadari kesalahannya, dia sendiri yang menyuruh Doni untuk menjemput Sindy secepatnya."
Bu Anita menyeritkan dahinya.
Sebetulnya dia ragu jika bu Misye sudah berubah, terhadap putrinya, akan tetapi dia juga tak bisa menghalangi suami istri yang ingin berkumpul kembali.
"Ya sudahlah semoga saja ibu kamu memang benar-benar berubah sehingga tak ada yang terluka di antara kalian," ucap Bu Anita.
Doni meminta ijin pada Bu Misye untuk menghampiri Sindy di kamarnya.
"Aku kangen kamu Sin," ucap Doni sambil memeluk pinggang Sindy dari belakang.
Doni mendaratkan kecupan ceruk di leher Sindy sementara tangannya meremas salah satu bukit kembar milik sang istri.
"Mas, jangan nakal ya!"
"Ayolah Sayang, aku kangen banget sama kamu,sebentar saja," bujuk Doni.
Deru nafas Doni memburu seketika Sindi merasakan ada sesuatu yang mengeras di bagian pinggangnya.
"Ya sudah Deh." Sindy pun pasrah.
Setelah mendapatkan lampu hijau, tanpa menunggu waktu lagi Doni langsung melepas pakaiannya dan membaringkan Sindy di atas tempat tidur.
Pertarungan hangat terjadi di kamar itu.
sungguh mantap sekali ✌️🌹🌹🌹
terus lah berkarya dan sehat selalu 😘😘
tahniah buat kehamilan mu Ainun
tahniah Ainun