Aku dapat telfon dari ibu dan katanya itu hal penting ibu meminta ku pulang, terpaksa aku pulang. Aku tidak menyangka aku mendadak di suruh menikah sampai aku tidak menyangka wanita yang akan aku nikahi bukanlah wanita tipe ku, bahkan melainkan jauh dari tipe ku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur dzakiyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Curhat
Najwa terus berjalan hingga tiba di depan rumah Ummi Salma, hatinya yang masih berdegup kencang ini adalah terakhir kalinya ia bertemu dengan Furqon. Najwa merasa itu sangat kejam, karena kedua orang yang saling mencintai tidak di restui bersama tapi tetap di pertemukan.
Saat Najwa sudah tiba di halaman rumah yang sudah tak asing lagi baginya, ia berjalan. ia dapati santri putri yang sedang duduk melingkar mengulangi hafalannya. Adapun putri yang mengenalnya hanya bisa memberikan senyuman dari jauh. Najwa membalas senyuman itu.
Ia merasa sangat rindu susana seperti itu, dimana halaqoh bersama, ngobrol bersama. Pokonya serba bersama. Ia juga rindu saat ia ujian hafalan ia pergi ke kelas untuk mengambil tempat yang sunyi, karena kelas jarang di tempati putri. Jadi dia sering ke kelas untuk mengulangi hafalannya di sana ia dapatkan ketenangan dan ia bisa menghafal dengan cepat tanpa gangguan.
"Assalamualaikum.." Kata Najwa seraya mengetuk pintu rumah Ummi Salma.
"Waalaikumussalam.." jawab Ummi Salma sembari membuka pintu. Ia lihat mata wanita itu yang tak asing lagi, mata milik Najwa putri angkatnya saat masih sekolah di pesantren itu.
"Umi..." Najwa sedikit melangkah sambil memeluk Ummi Salma, ia menangis. Ada begitu banyak rasa yang ia alami selama beberapa hari ini setelah ia menikah. Air mata yang kini tak bisa lagi terbendung.
"Hiks...Hikss... umii..." isakan tangis Najwa.
"Ada apa Najwa, kenapa menangis?" kata Ummi Salma cemas sambil mengusap kepala Najwa.
Hiks..hiks.. Najwa terus menangis, ia keluarkan semuanya yang ia rasakan dari awal, cadar yang dikenakannya sudah basah karena air matanya yang tak terbendung. Kapan lagi ia bisa melepaskan perasaan yang sudah penuhi di hatinya. Tidak ada lagi tempat sandar untuk dia menangis selain ummi angkatnya, dari dulu saat SMA. Setiap Najwa bertemu masalah ia selalu pergi ke Ummi Salma mengeluarkan unek-unek yang ada di hatinya. Ummi Salma melepaskan pelukan Najwa.
"Ada apa nak? Kalau ada masalah. ceritakan sama Ummi, jangan menangis seperti itu." Tanya Ummi Salma sedikit khawatir dan melihat Najwa kasihan. Ia hapus air mata Najwa yang terus mengalir. Entah masalah apa yang terjadi pada Najwa sampai ia menangis seperti itu. Dia tidak pernah melihat Najwa menangis hingga tersedu-seduh.
"Umii... hiks... hiks..." Lirih Najwa sambil menunduk. Salma melihat ke sekeliling melihat putri yang sudah menyaksikan Najwa seperti itu. Ia merasa tidak enak.
"Masuklah dulu, tidak baik di sini.. orang-orang melihat kita." Ucap Ummi Salma sambil menarik tangan Najwa. Ia memapah Najwa masuk karena Najwa yang terus saja menunduk.
"Duduklah..." kata Ummi Salma menuntun Najwa duduk, Najwa pun nurut.
"Ummi tinggal dulu, mau ke dapur" katanya kemudian pergi.
Air mata Najwa terus mengalir, entah kenapa Najwa merasa hatinya sangat sakit jika mengingat semua perlakuan Aktar terhadapnya. Meski Aktar tak pernah memukul dirinya, tapi kata-katanya yang sungguh membuat Najwa tak tahan.
Dia adalah wanita tegar, yang selalu menyemangati diri sendiri ketika sesuatu terjadi padanya ia tetap sabar menjalani semuanya, tapi saat dimana ia pergi mencari tempat yang jauh dari orang yang menyakitinya.
Di Sana ia akan mengeluarkan semua perasaan sakit yang ia alami kepada orang yang sudah menjadi tempatnya curhatnya, di depan orang ia tetap tegar tapi di belakang. Sebenarnya, ia adalah orang yang paling lemah hatinya seperti kaca yang mudah rapuh yang hanya di bentengi oleh kesabaran. Walau begitu tidak ada kaca yang tak pecah, semua kaca akan pecah saat waktunya. Begitu pun dengan hati yang penuh kesabaran, sabar pun ada batasannya.
-------
Tak lama kemudian ummi Salma datang dari dapur membawa nampan Berisikan teh dan stoples kue, ia taruh di atas meja tepat di hadapan Najwa. ia melirik Najwa yang masih menangis, tangis yang benar-benar keluar karena kerapuhan, sepertinya masalah kali ini sangat membuat Najwa sakit hati. Ia sangat tahu Najwa adalah orang yang sangat tegar ia selalu angkuh dan tidak pernah memperlihatkan sisi lemahnya kepada orang.
"Sudahlah menangis, coba lihat Umi," Kata Ummi Salma sembari mengangkat kepala Najwa menghadapkan ke wajahnya. Najwa melihat mata ummi Salma sesuai instruksinya. Tatapan hangat yang membuat Najwa bisa merasakan kasih sayangnya seperti ibu sendiri.
"Coba cerita, apa yang membuat mu menangis?" Katanya lembut menatap mata gadis itu lekat-lekat.
Najwa diam tak menjawab ia langsung menyeka air matanya dengan jilbab yang ia kenakan, ia tidak tahu ingin menceritakannya mulai dari mana.
"Ada apa Nak? ayo cerita." Kata Ummi Salma lagi menuntut Najwa agar segera menceritakan masalahnya.
"Umi... Najwa sudah menikah," Jawab Najwa lirih masih menatap Ummi Salma. Ummi salma terkejut mendengarnya.
"Loh... kalau sudah menikah yah Alhamdulillah. Buat apa ditangisi?" Kata Ummi Salma tersenyum karena mendengar Najwa sudah menikah. Putri angkatnya yang sudah lama sendiri. Tapi ia penasaran siapa pria yang sangat beruntung mendapatkan wanita sholeha seperti Najwa.
"Tapi Umi," Najwa dengan mata berair-air, setiap mengingat perlakuan suaminya yang cuek dan kasar itu selalu membuat Najwa ingin menangis. tiba-tiba air matanya keluar membasahi kembali cadarnya.
Ummi Salma tidak tahan melihat Najwa yang benar-benar rapuh ia langsung memegang wajah sayu Salwa meski tertutupi cadar ia masih bisa menebak dengan matanya yang penuh air mata.
"Cerita Lah Nak." Katanya lembut sambil menghapus air matanya.
Najwa kemudian menghapus air matanya yang sempat mengalir lagi, dan kemudian membicarakan semua yang pernah ia alami selama menikah. Mulai saat kenapa dia bisa menikah dengan Aktar sampai ia di perlakukan, mungkin saja setelah curhat dengan Ibu angkat sendiri dia bisa dapat motivasi dan dapat belajar darinya.
Dengan jelas Ummi Salma mendengar tiap kata yang di ucapkan Najwa, ia mendengar semua curhat Najwa, ia merasa kasihan. Anak angkatnya yang ternyata sudah lama di jodohkan sama orang, orang yang tidak cocok menurutnya untuk Najwa, apalagi dengan sikap kasarnya. Ia tidak tahu akan memberikan saran apa lagi, ia cukup lama berpikir.
"Saran umi gini, biarlah kamu hadapi semuanya dulu dan selalu berdoa agar suami mu dapat berubah. Tapi kalau kamu sudah tidak tahan lagi sudahi saja, dari pada kamu tidak bahagia. Umi lihat juga Furqon masih mencintai mu, mungkin ia bisa membuat mu bahagia di waktu lain tapi sebelum itu kamu jalani dulu karena itu biasa terjadi dalam rumah tangga." sarah Ummi Salma dengan sedikit menghibur untuk Najwa.
Najwa terdiam tiap inci ia mendengarkan saran itu dengan jelas, tapi apakah ia bisa bertahan lama bersama Aktar. Apakah dia bisa membuat Aktar berubah? Najwa tidak tahu, hanya Allah yang tahu karena dia yang mengatur tiap jalan hidup manusia.
Bersambung....
Lanjut lagi kak