Diandra Aksara adalah seorang putri dari pemilik Tara Bumi Grup yang kaya dan terpandang, karena sibuk mengurus bisnisnya di luar negeri, Diandra mengambil alih tanggung jawab yang diberikan oleh ayahnya untuk mengurus kediaman dan juga perusahaan milik keluarga mereka.
Dibawah tekanan dan iri hati sang ibu tiri dan juga saudari tirinya, Diandra berusaha menjalankan tugas yang diberikan oleh ayahnya dengan baik meskipun sebenarnya ia kerapkali menghadapi rintangan dan juga bahaya yang diciptakan oleh dua orang yang sangat membencinya.
Namun kehidupan Diandra yang penuh rintangan dan juga bahaya pelan pelan sirna ketika ia bertemu dan mengenal Abimana Narendra, Seorang CEO yang dikenal jujur,berani, dan juga tajir melintir.
Penasaran dengan ceritanya? Ikuti terus kisahnya hanya di novel Gadis Kecil Kesayangan Sang CEO.
noted🚨🚨🚨
dilarang baca lompat dan komentar jelek.
Yang suka boleh like, yang tidak suka, semoga suka.
Ingat dosa ditanggung pembaca☺️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sylvia Rosyta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16
Pada saat Abimana dan juga Santi berada di dalam ruang pemeriksaan, Diandra tengah duduk sembari menyandarkan tubuhnya pada bantal yang ia taruh di belakang punggungnya. Kepalanya sudah diobati dan dibalut dengan perban, sementara matanya masih terlihat sangat ketakutan.
Ketika melihat kedatangan Santi bersama Abimana, Diandra membelalakkan matanya karena terkejut sekaligus tidak menyangka kalau laki laki yang ingin ia hindari justru ada di rumah sakit untuk melihat kondisinya.
"Kenapa pak Abimana bisa ada disini?" tanya Diandra dengan terkejut.
"Nona, pak Abimana lah yang sudah membawa nona ke rumah sakit. Dia tidak sengaja melewati jalan yang menjadi tempat kecelakaan nona sewaktu dia pulang dari panti asuhan." ucap Santi sembari menjelaskan kepada Diandra mengenai keberadaan Abimana yang bisa ada di rumah sakit dan tahu akan kecelakaannya.
"Jadi begitu, saya tidak tahu akan seperti apa kondisi saya kalau pak Abimana tidak cepat cepat membawa saya ke rumah sakit. Terima kasih pak, karena anda mau menolong saya dan juga Santi." ucap Diandra dengan pelan.
Abimana mengangguk, lalu mengambil tempat duduk di sebelah Diandra.
"Sama sama, bagaimana kondisimu saat ini Diandra?" tanya Abimana dengan penuh perhatian.
"Masih sedikit pusing, tapi tidak apa apa." ucap Diandra
"Aku sudah tahu semuanya dari Santi, bagaimana kau bisa mendapatkan kecelakaan itu dan bagaimana bahaya yang berkali kali datang kepadamu karena ulah ibu dan saudari tirimu." ucap Abimana yang langsung membuat Diandra melirik tajam ke arah Santi.
"Jangan salahkan Santi karena sudah menceritakan semuanya kepadaku, Diandra. Jika bukan karenanya aku tidak tahu akan semua masalah yang kau hadapi sebelumnya." ucap Abimana yang membuat Diandra merasa bingung harus menjelaskannya darimana kepada Abimana.
"Aku hanya ingin semua masalah yang terjadi padaku, bisa aku selesaikan sendiri tanpa diketahui dan dibantu oleh orang lain." ucap Diandra, tatapan matanya tampak menerawang sesuatu yang tidak bisa diketahui oleh orang lain.
"Diandra, aku tahu kalau kau orang yang cerdas dan kuat untuk menghadapi semua masalahmu sendiri. Akan tetapi, tidak semua masalah bisa kita selesaikan sendiri. Dan apa yang terjadi kepadamu itu bukanlah masalah lagi namanya, tapi... Sudah menuju ke tahap pembunuhan berencana. Kau harus melaporkan masalah ini kepada polisi, Diandra. Agar ibu dan juga saudari tirimu bisa dihukum sesuai dengan apa yang mereka lakukan." ucap Abimana yang menurut Diandra tidak semudah itu.
"Semuanya tidak semudah yang kau pikirkan, pak. Mengenai ibu dan juga saudari tiriku, aku tidak bisa seenaknya melaporkan mereka ke polisi. Aku masih membutuhkan bukti yang kuat atas kejahatan mereka. Disamping itu, aku tidak mau kalau sampai ayah akan merasa sangat kecewa terhadap mereka. Setelah kematian ibu kandung ku, aku baru bisa melihat ayah tersenyum bahagia setelah menikah dengan ibu tiriku saat ini. Aku tidak mau menghancurkan kebahagiaan yang ayah miliki karena aku." ucap Diandra yang membuat Abimana tidak terima dengan pemikiran yang dimiliki oleh Diandra.
"Setelah semua yang terjadi, kau masih bisa memikirkan mereka dan juga kebahagiaan ayahmu. Tapi, apakah tidak pernah sekalipun kau memikirkan keselamatanmu sendiri, Diandra? Kau hampir mati karena mereka!" ucap Abimana dengan menggebu-gebu.
"Pak Abimana, tolong! Tolong jangan ajari aku apa yang benar dan juga apa yang salah. Semua masalah ini tidak ada urusannya dengan pak Abimana." ucap Diandra yang membalas perkataan Abimana dengan sedikit emosi.