NovelToon NovelToon
Dia Suamiku

Dia Suamiku

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / cintapertama / badboy / patahhati
Popularitas:6.5M
Nilai: 4.9
Nama Author: Yutantia 10

Sejatinya, pernikahan adalah suatu ibadah dan kebahagiaan yang harus dikabarkan. Tapi tidak bagi Mila dan Elgar. Pernikahan siri mereka hanya diketahui oleh mereka berdua dan orang tua Mila dikampung.



"Ingat, pernikahan kita atas dasar saling membutuhkan. Aku membutuhkan kepuasan, dan kamu membutuhkan uang. Jadi jika salah satu diantara kita sudah merasa tidak butuh, kita berakhir." Itulah kata kata yang selalu Elgar ucapkan.

"Lebih dari uang yang aku butuhkan, aku butuh cintamu." Kata kata yang hanya mampu Mila ucapkan dalam hati, tapi tak pernah bisa dia lafalkan.

Saat berdua, mereka adalah suami istri. Tapi saat ada orang lain, mareka adalah dua orang asing.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

TELAT

Kadang, bukan orang lain yang membuat kita sakit hati, tapi diri kita sendiri. Ekspektasi yang berlebihan membuat kita terluka saat tak kesampaian. Dan menikmati rasa pahit lebih baik daripada menghayalkan rasa manis yang tak kunjung tiba.

Tak ada yang lebih menyakitkan daripada melihat orang yang kita cintai bersama orang lain. Sedangkan kita hanya perperan sebagai penonton, tanpa bisa melakukan apapun meski kita ingin. Sangat ingin bahkan.

Hanya naik 7 lantai, tapi kenapa rasanya lama sekali. Adegan Tari merapikan dasi El tampak seperti adegan slow mo yang membuat Mila kesusahan bernafas.

Kling

Tak ada yang lebih melegakan daripada mendengar suara itu. Setelah Elgar dan Tari keluar, barulah Mila keluar. Teringat jika pagi ini dia terlambat, Mila buru buru berlari menuju pantry. Sesampainya disana, tampak Bu Ratna yang berdiri sambil bersedekap dengan tatapan yang tidak bersahabat.

"Jam berapa sekarang?" Seru Bu Ratna, koordinator ob dengan suara lantangnya.

"Jam 8.15 Bu." Jawab Mila sambil menunduk.

"Kamu pikir ini kantor nenek moyang kamu hingga bisa terlambat 30 menit?" Tegur Bu Ratna. "Kamu belum lupakan, jika jam masuk ob 15 menit sebelum jam kantor dimulai?"

Mila mengangguk. Dia sangat tahu jam berapa dia harus mulai bekerja. Tapi apalah daya, Elgar membuatnya terlambat pagi ini. Sebenarnya tak hanya pagi ini, berkali kali hal ini terjadi.

"Hari ini, terpaksa kamu saya beri sp 2. Kamu sudah sangat sering terlambat. Jangan mentang mentang kamu cantik dan disukai Pak Bas, kamu bisa seenaknya. Perusahaan ini tak butuh karyawan yang hanya jual tampang. Kerja Mila, kerja. Disini yang dibutuhkan karyawan yang rajin dan disiplin. Kalau sudah gak niat kerja, menikah sana sama Pak Bas."

Mila menghela nafas. Dia bisa terima diberi sp 2, tapi Pak Bas. Kenapa pria itu dibawa bawa.

"Tol__" Mila ingin protes tapi Tari keburu masuk pantry.

"Eh mbak Tari." Sapa Bu Ratna sambil tersenyum manis. "Pak Elgar minta kopi ya mbak? Kenapa gak telepon, Biar Mila yang membuatkan dan antar kesana."

"Biar saya saja. Pak Elgar menyuruh saya yang membuatkan kopi." Jawab Tari sambil melirik Mila.

"Loh, tumben. Biasanya Pak Elgar minta Mil__"

"Bosen kali sama kopi bikinan Mila." Tari memotong ucapan Bu Ratna sambil menyeringai kearah Mila. Mila tak paham kenapa Tari menyeringai penuh arti padanya. Padahal selama ini dia tak pernah ada masalah dengan Tari. Tapi kenapa Tari tampak seperti tidak menyukainya.

Ada rasa tak terima dihati Mila. Benarkah Elgar sudah bosan dengan kopi bikinannya?

"Ya sudah, kalau begitu kamu ke ruangan meeting. Tempat itu dua jam lagi mau digunakan. Bersihkan dan siapkan segala keperluannya." Titah Bu Ratna pada Mila, lalu keluar dari pantry.

Tari melihat sudah ada air panas diatas kompor yang masih menyala. Jadi dia tak perlu merebus air. Elgar tak mau kopi dari air dispenser, dan Tari paham itu.

"Berapa takaran kopi untuk Pak Elgar?" Tanya Tari sebelum Mila keluar.

"Loh, bukanya Pak Elgar bosan dengan kopi buatan saya. Jadi kenapa tanya takarannya?" Tanya Mila heran.

Tari tampak bingung, tapi dia berusaha tenang agar Mila tak curiga jika dia bohong. Sebenarnya, Elgar tak pernah menyuruh Tari yang bikin kopi. Tapi dia sendiri yang berinisiatif. Selama ini Tari selalu mencari cara untuk memikat Elgar.

"Ya, ya saya gak mau saja entar takarannya sama. Gak mau kalau nanti dipikir kopi bikinan kamu."

"Oh..." Mila bukan orang bodoh yang tak bisa membaca gelagat aneh Tari. Mila sebenarnya pintar, hanya saja dia kurang beruntung hingga tak bisa kuliah. Sebenarnya dia dapat bea siswa S1 di Jogja. Tapi karena terdesak ekonomi, Mila terpaksa tak mengambilnya dan lebih memilih kerja.

"Berapa takarannya?" Tari kembali bertanya.

"Tiga sendok gula dan 1 sendok kopi." Jawab Mila. Tentu saja itu jawaban bohong.

"Ya sudah keluar sana. Kamukan disuruh bersihin ruang meeting." Usir Tari.

Setelah Mila keluar, Tari segera membuat kopi sesuai takaran yang diberikan Mila. Dia mengaduk kopi sambil senyum senyum sendiri membayangkan Elgar akan memujinya. Dan setelah ini, dia tak perlu sering sering melihat Mila masuk ke ruangan Elgar lagi.

...*****...

Mila menuju ruang meeting utama. Ruangan yang lumayan besar yang biasanya dipakai untuk meeting bersama CEO. Pak Dirga, CEO Dirgantara grup yang tak lain adalah ayah Elgar, jarang sekali ke kantor. Dia hanya datang jika ada meeting penting saja. Dan hari ini, sepertinya akan ada meeting penting hingga beliau akan datang ke kantor.

"Kirain lo gak masuk?" Tanya Reni saat Mila baru masuk keruangan meeting. Cewek itu terlihat sibuk mengelap meja dan kursi.

"Telat." Jawab Mila sambil mulai memvacum ruangan.

"Kena semprot Bu Ratna gak?"

"Ya pastilah. Kamu tahu sendirikan kalau Bu Ratna itu sentimen sama aku."

Reni langsung ngakak mendengarnya. "Ya gimana gak sentimen, gara gara lo dia dicuekin sama Pak Bas."

"Ampun deh sama mereka berdua. Paling males ketemu dua orang itu." Sahut Mila sambil geleng geleng.

"Sabar. Orang cantik emang banyak cobaannya. Makanya cantiknya kasih ke aku , biar lo hidupnya tenang." Canda Reni.

"Aku dapat sp 2."

"WHAT!" Mata Reni membulat sempurna saking terkejutnya.

"Hem." Jawab Mila sambil mengangguk.

"Gawat Mil. Sekali lagi lo dapet sp, lo bisa out."

"Ngobrol terus, kerja yang bener." Tiba tiba orang yang dibicarakan muncul. Bu Ratna berkacak pinggang sambil menelototi Mila dan Reni.

"Sebentar lagi snack dan minuman untuk meeting datang. Kalian ambil di lobi lalu susun yang rapi diatas meja."

"Siap Bu." Jawab Mila dan Reni kompak.

Setelah itu Bu Ratna segera keluar. Sepertinya wanita bertubuh subur itu sedang banyak kerjaan.

"Tumben ada snack, biasanya cuma air mineral doang?" Tanya Mila.

"Meetingnya spesial kali." Jawab Reni asal.

Mereka berdua lalu melanjutkan pekerjaan agar segera selesai dan turun ke lobi untuk mengambil snack.

"Eh Mil, denger denger, menantunya Pak Dirga mau ditempatkan disini lagi."

"Menantunya?" Mila mengernyit. Apakah yang dimaksud Reni adalah Devan? Seingat Mila, Elgar pernah beberapa kali menyebut nama kakak iparya itu.

"Hem, menantunya. Dulu pernah kerja disini sebelum ada Pak Elgar. Tapi kemudian dia di kirim ke Singapura untuk mengurusi bisnis disana."

Jika benar yang dimaksud Reni adalah Devan, Elgar pasti berada diposisi sulit. Mila sangat tahu jika Elgar tak menyukai kakak iparnya itu dan menganggapnya saingat terberat untuk mendapatkan posisi CEO.

Setelah selesai membersihkan ruangan, Mila dan Reni turun ke lobi untuk mengambil snack dan minuman. Sepanjang jalan Mila tak henti hentinya menguap. Semalam dia kurang tidur, jadi pagi ini dia sangat mengantuk.

Snack nya ternyata lumayan banyak, membuat mereka tak bisa membawanya hanya sekali jalan.

"Lo kelihatannya ngantuk banget Mil. Dari tadi gue lihat lo nguap mulu. Habis begadang semalam?" Tanya Reni sambil menyusun snack diatas meja.

"Semalam habis teleponan sama ibu dan bapak hingga larut." Bohong Mila. Sejak menikah dengan Elgar, berbohong sudah menjadi makanan Mila sehari hari.

"Ya udah kalau gitu biar gue sendiri aja yang ngambil snack dibawah. Toh cuma tinggal sedikit. Lo lanjutin nyusun aja." Ujar Reni.

"Gak papa Ren?"

"Gak papa. Kalau sama gue mah, santai aja. Ya udah, gue kebawah dulu." Pamit Reni lalu segera turun ke bawah.

Selesai menyusun snack, Mila duduk dikursi sambil merebahkan kepalanya diatas meja. Kepalanya terasa sangat pusing karena kurang tidur. Dia ingat jika kemarin cctv ruang meeting rusak. Dan sepertinya belum diperbaiki, karena sejak masuk tadi, Mila tak melihat sinar infrared nya menyala. Kameranya juga tampak tak bergerak sama sekali. Jadi istirahat sebentar sepertinya tak masalah. Ton Reni sebentar lagi juga kembali, jadi kalau dia ketiduran, Reni pasti membangunkannya.

Samar samar, Mila merasakan pipinya dielus elus.

"Ren..bentar ya, gue tidur bentar lagi. 5 menit lagi Ren. Ngantuk banget."

1
Anonymous
Luar biasa
Chita Hasan
karya yang sangat the best👍
saya sangat suka..
apalagi ending nya , bikin mewek😭
sukses dengan semua karya kamu Thor🥰🥰
Akmal Azzam
Kecewa
Akmal Azzam
Buruk
May Keisya
preetttt
May Keisya
pake aku kamu biasanya Lo gue
May Keisya
memang ibu yg terbaik😭😭
May Keisya
khodamnya lagi ke toilet 🤣😂
May Keisya
bener2 memanfaatkan
Phiphiet Safitri
Luar biasa
Mbak Pur
😭😭😭😭
Ety Nadhif
awal bab ninggalin jejak biar ingat udah pernah baca
Calluella Rista Ramall
Akhir" episode bikin mewek 😭😭😭
Calluella Rista Ramall
Bikin mewek 😭😭
Calluella Rista Ramall
😭😭😭😭😭
élis 🇵🇸
knp. karakter mila bgn tor, kuat dong mil kuat
élis 🇵🇸
sadar dengan perjanjian mu milaaaaa... hiiiihhhhh...
élis 🇵🇸
makanya jangan bodoh jd perempuan
élis 🇵🇸
heuleuh mila mila, bikin kesel kaum emak2
élis 🇵🇸
di sini agak kurang suka dengan karakter mila, lemah
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!