NovelToon NovelToon
Wajah Tersembunyi

Wajah Tersembunyi

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Identitas Tersembunyi / Pengganti / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / TKP / Mafia
Popularitas:73
Nilai: 5
Nama Author: Pertiwi1208

Dara, seorang detektif yang menangani kasus pembunuhan berantai harus menelan kenyataan pahit. Pasalnya semua bukti dan saksi mengarah padanya. Padahal Dara tidak kenal sama sekali dengan korban maupun pelaku, begitu juga dengan anggota keluarga dan saksi-saksi yang lain.


Dalam keadaan yang terpojok dan tanpa bantuan dari siapapun, Dara harus berusaha membuktikan bahwa dirinya tidak terlibat dalam aksi pembunuhan keji tersebut.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pertiwi1208, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 7

Tidak berselang lama kemudian, Pak Bagas segera memanggil Pak Krisna untuk masuk ke sebuah ruangan. Sikap Pak Bagas pada Pak Krisna biasa saja, seperti seseorang yang tidak saling mengenal, sehingga Pak Tedi dan teman-teman yang lain pun tidak menaruh curiga pada Pak Bagas. Setelah Pak Krisna masuk ke ruangan pun, Pak Bagas juga segera pergi dan masuk ke ruangannya sendiri, beliau tidak ikut menemani pak Krisna di ruangan. 

Setelah Pak Krisna duduk dengan nyaman, Pak Tedi segera menyodorkan sebuah laptop, dimana laptop tersebut memutar rekaman pembuktian, bahwa Dara malam itu benar-benar tidak ada di tempat kejadian, seperti yang diucapkan oleh pria yang diinterogasi tadi. Pak Krisna segera melihat semua rekaman malam itu dengan seksama, juga rekaman di mana Dara berada pada saat malam kejadian.

Setelah semua selesai, beliau pun hanya bisa menghembuskan nafas panjang. "Oke terima kasih, maaf karena aku telah mengganggu proses interogasi. Aku mohon dengan sangat, tolong segera temukan pelaku yang sebenarnya. Entah pria itu ataupun orang lain." Pak Krisna pun segera beranjak dan membungkukkan sedikit tubuhnya, lalu beliau keluar ruangan dengan wajah datar. 

"Dia pasti sangat tertekan," gumam Pak Tedi seraya terus memandangi punggung Pak Krisna yang semakin lama semakin menjauh.

"Siapa yang tidak akan tertekan dengan kejadian seperti itu," ucap Tara sembari menutup laptop dan segera membawanya.

Sementara itu di lantai dua, dimana Pak Bagas berada. Beliau sedari tadi berdiri di depan jendela dengan diam, karena memang pikirannya sedang berkelana. Tidak lama kemudian, beliau sedikit membuka tirai bambu yang menutupi jendelanya, beliau pun melihat Pak Krisna yang tengah berjalan menuju mobilnya. "Aku yakin ini pasti berhubungan dengan masa lalunya, siapa sebenarnya orang yang telah membunuh putrinya? Kenapa dia bisa membunuhnya dengan kejam seperti itu?" gumam Pak Bagas, sembari terus melihat Pak Krisna yang masuk ke mobil dan meninggalkan parkiran kantor polisi.

Namun, tiba-tiba saja ada yang sedikit menyita perhatian Pak Bagas. Saat beliau melihat deretan mobil yang ada di parkiran tersebut, ternyata memang benar bahwa mobil Dara berwarna abu-abu. Pak Bagas pun segera mematung dan mengernyitkan kening, entah apa yang ada di pikirannya saat ini. Mungkin saja beliau juga tengah termakan omongan pria yang diinterogasi tadi, sehingga membuat pikirannya sedikit kacau.

***

Baru saja Pak Tedi dan Tara masuk kembali ke ruangannya. "Bagaimana bisa aku menjadi pelakunya?" Dara langsung menyodorkan pertanyaan dengan nada sangat kesal.

"Mobilmu memang berwarna abu-abu kan?" tanya Tara. Semua orang pun segera menatap ke arah Dara.

"Memang benar, dari dulu mobilku memang berwarna abu-abu, tapi dia tidak bisa menjelaskan secara spesifik mobil itu seperti apa. Apa mungkin dia juga bisa mengingat plat mobilnya?" kesal Dara.

"Plat mobil bisa diganti kapan saja," ucap Tara yang semakin menyudutkan dan seakan ikut mencurigai Dara.

"Hmb, benar juga," ucap Dara sembari mengangguk pelan beberapa kali.

"Sebenarnya dari mana kalian mendapatkan rekaman, yang menunjukkan saat pria tersebut memegang belati itu untuk mengancam putri Pak Krisna?" tanya Dara pada Pak Tedi dan juga Tara, karena memang mereka berdua lah yang tengah melakukan pencarian dan Pak Tedi yang mengiriminya video tersebut. 

"Sebenarnya kami tidak mendapatkan rekaman itu secara langsung," jawab Pak Tedi.

"Apa maksud anda Pak?" tanya Dara yang juga mewakili hal yang dipikirkan oleh Dani.

Pak Tedi segera mengeluarkan ponselnya dan membuka pesan. "Ini lihatlah," ucap Pak Tedi seraya menyodorkan ponselnya pada Dara. Dara pun segera mengambil ponsel Pak Tedi, Dani juga segera mendekat pada Dara.

Saat Dara mengklik sebuah tautan, terbukalah sebuah rekaman video yang sama, yang dikirimkan oleh Pak Tedi pada Dara malam itu. "Apa kalian sudah mengecek nomor ini?" tanya Dara.

"Sudah," jawab Tara.

"Lalu?" sahut Dani.

"Kita tidak bisa melacaknya lebih lanjut, karena nomornya tiba-tiba tidak aktif, sinyal terakhir yang kami dapatkan adalah tepat di tempat parkir yang pria tadi itu katakan. Bahwa ada lahan yang sedikit luas dan cukup untuk memarkirkan 3 mobil," jelas Tara.

"Jadi menurut kalian, aku yang sengaja mengirim link tersebut, agar pria itu tertangkap dan pria itu mengungkapkan, bahwa aku adalah pembunuh yang sebenarnya?" tanya Dara.

"Itu tidak mungkin dilakukan oleh pembunuh profesional," sahut Pak Tedi seraya mengambil kembali ponselnya dari tangan Dara.

"Yang lebih aneh lagi, aku mendapatkan link tersebut pada saat yang tepat bukan? Saat kalian berdua berada di pabrik," imbuh Pak Tedi.

"Sebenarnya siapa yang tengah membocorkan informasi kita? Bukankah kita menyelidiki hal ini secara diam-diam? Bahkan publik saja tidak mengetahui apa yang kita lakukan," ucap Dani.

Seketika semua orang terdiam, dan memikirkan siapa pelaku yang sebenarnya. Namun berbeda dengan Tara, dia terus memandangi Dara dengan tatapan penuh curiga.

***

Malam hari.

Setelah Pak Krisna meredakan pikiran dan emosinya, beliau pun pulang ke rumah dan segera mencari berkas karyawan, yang ada di ruang kerjanya. Beliau membalik satu persatu lembar demi lembar, profil karyawan yang bekerja di pabriknya. Cukup lama beliau membolak-balik lembaran tersebut, hingga akhirnya beliau menemukan pria yang tadi tengah diinterogasi. "Pak Tama," gumam Pak Krisna saat beliau membaca satu berkas yang beliau temukan. 

"Dia bahkan hanya seorang imigran yang tidak mempunyai identitas saat itu. Aku ingat benar, aku yang telah membantunya membuat identitas dan mempekerjakannya di pabrik. Sehingga dia dan anak istrinya bisa mempunyai uang untuk melanjutkan hidup."

"Tapi kenapa dia melakukan ini padaku?" gumam Pak Krisna lagi seraya mengetukkan jari-jarinya di atas meja. 

Pak Krisna pun segera meraih ponselnya yang tadi beliau letakkan bersebelahan dengan berkas yang dia pegang, lalu dia menghubungi seseorang yang merupakan tangan kanannya, untuk pergi ke rumah Pak Tama dan menyelidiki istrinya. Seraya menunggu kabar dari tangan kanan Pak Krisna, beliau keluar dari ruang kerja. 

Lagi-lagi beliau melihat pemandangan yang sangat miris. Istrinya yang begitu cantik dan yang sangat beliau sayangi, duduk termenung di meja makan sembari menatap kue ulang tahun, yang entah sudah berapa hari kue itu ada di atas meja tersebut. Bahkan istrinya sudah tidak merawat diri saat ini, tidak pernah memasak, tidak pernah membersihkan rumah, dan tidak pernah mandi. Hal itu semakin membuat Pak Krisna kesal, beliau pun mengacak-acak rambutnya sendiri tanpa menimbulkan suara, lalu beliau keluar rumah untuk menenangkan diri. Karena yang menjadi prioritasnya saat ini adalah untuk menemukan pelakunya terlebih dahulu, mungkin saja jika pelakunya sudah ditemukan, istrinya akan bisa menjalani hidupnya kembali.

***

Kriing...

Saat malam sudah semakin larut, Pak Krisna menerima telepon dari tangan kanannya yang segera memberi informasi, bahwa istri dan anak Pak Tama sudah tidak ada di rumahnya lagi. Dia juga sudah menyelidiki dan bertanya kepada tetangga sekitar, tapi tidak ada yang mengetahui kepergian dua orang tersebut, bahkan mereka juga tidak tahu kalau rumah itu sudah kosong. 

Setelah mendengar semua penjelasan, Pak Krisna segera mematikan telepon dari anak buahnya tersebut, sembari menggertakkan giginya. "Jadi semua ini benar-benar sudah direncanakan dengan cukup jauh dan cukup matang," geram Pak Krisna sembari mengepalkan telapak tangannya. 

***

Di sisi lain.

"Jangan terlalu dipikirkan, aku yakin orang itu hanya bicara seenaknya saja," ucap Pak Tedi.

"Itu tidak mungkin kalau dia adalah pelakunya. Kenapa kalian tidak mempercayai anggota tim kalian sendiri?" 

Saat ini semua tim detektif sedang makan malam di kedai sebelah kantor kepolisian, yang memang merupakan tempat makan langganan mereka. Saat Bibi tersebut membawakan makanan di atas nampan pada para detektif tersebut, beliau pun menimpali obrolan mereka, karena memang sejak tadi beliau sudah mendengarkan apa yang mereka obrolkan sembari menyiapkan pesanan, beliau memang juga sudah kenal betul dengan satu persatu anggota detektif tersebut. 

"Benar kan Bi? Tidak mungkin dia menjadi pelaku, dia adalah detektif yang paling kita andalkan di tim kita," sahut Pak Tedi.

"Memang bukan aku pelakunya," ucap Dara.

"Tapi aku harus menemukan pelaku yang sebenarnya dengan cepat, kalian lihat sendiri tadi. Bahkan Pak Bagas juga sampai turun tangan dan membiarkan Pak Krisna melihat proses interogasi. Itu kan sebenarnya sudah menyalahi aturan," ucap Dara dengan kesal.

"Apa sebelumnya mereka mempunyai hubungan?" tanya Dani yang seketika membuat semua anggota tim berhenti makan dan melihat ke arahnya.

"Maksudku, apa mereka memang sudah kenal dekat sebelumnya?" Dani segera menimpali ucapannya, saat melihat reaksi teman-temannya seperti itu.

"Sepertinya itu tidak mungkin, aku lihat tadi Pak Bagas tidak memperlakukan Pak Krisna dengan istimewa. Mungkin saja tadi Pak Krisna sedang berusaha menerobos masuk, sehingga Pak Bagas juga tidak bisa berbuat apa-apa," jelas Pak Tedi. Sementara Tara diam saja, dia hanya mendengarkan obrolan teman-temannya sembari terus makan.

"Pulanglah malam ini," ucap Pak Tedi pada Dara. Beliau tahu benar, jika ada kasus yang belum terpecahkan, Dara akan sering menginap di kantor.

"Ya, pulanglah. Nanti kakakmu akan khawatir," timpal Dani, tapi Dara hanya diam saja, dia tidak menghiraukan ucapan Pak Tedi dan Dani, karena saat ini pikirannya tengah memikirkan hal lain.

***

"Apa kalian sudah mendapatkan semua sidik jari Pak Tama?" tanya Dara memecahkan keheningan yang sudah berlangsung cukup lama di meja makan kedai tersebut.

"Aku bahkan sudah mengirimkannya pada tim forensik untuk mencocokkan hasil," jawab Tara, tanpa melihat ke arah Dara.

Dara pun hanya bisa mengangguk tipis dan melanjutkan makan malamnya, karena dia tahu, untuk menyelesaikan kasus ini, dia membutuhkan energi yang sangat banyak.

Tidak ada obrolan lagi malam itu, mereka semua hanya melanjutkan makan dan terhanyut dalam pikiran mereka masing-masing, berusaha mencari celah yang terlewat.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!