Niat awal Langit ingin membalas dendam pada Mentari karena telah membuat kekasihnya meninggal.Namun siapa sangka ia malah terjebak perasannya sendiri.
Seperti apa perjalanan kisah cinta Mentari dan Langit? Baca sampai tuntas ya.Jangan lupa follow akun IG @author_receh serta akun tiktok @shadirazahran23 untuk update info novel lainnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon shadirazahran23, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7
Mentari terpaku melihat bagaimana Abi dan wanita itu berjalan bergandengan tangan. Mereka tampak begitu mesra, seolah tak peduli pada banyak pasang mata yang memperhatikan. Setiap senyum, setiap sentuhan, terasa seperti pukulan telak di dada Mentari.
Hingga akhirnya pasangan itu berhenti tepat di depan Minara.
Wanita itu berjongkok, menurunkan tubuhnya hingga sejajar dengan gadis kecil tersebut. Sementara itu, Mentari masih membeku di tempat, tatapannya tak lepas dari Abi,yang bahkan tak sadar bahwa ia tengah berdiri hanya beberapa langkah di depannya.
“Hai, Mina. Selamat ulang tahun, ya. Tante bawa kado untuk kamu,” ucap wanita itu lembut.
Terima kasih, Tante Anggun,” jawab Minara sopan.
“Selamat ulang tahun, ya, Mina.”
Kini giliran Abi yang mengucapkan selamat. Gadis kecil itu hanya mengangguk pelan.
“Oh ya, sayang… papa kamu mana?” tanya wanita yang ternyata bernama Anggun itu.
“Aku di sini. Kenapa terlambat, Nggun?”
Tiba-tiba Langit muncul mendekat, membuat semua mata otomatis menoleh.
Dan sekali lagi, Mentari hanya bisa menyaksikan seluruh adegan itu,kebetulan yang terasa seperti tamparan keras baginya.
“Kami habis dari rumah Abi dulu, Mas. Ibu Mas Abi ngotot mau ketemu calon mantunya,” ujar Anggun sambil tersenyum.
Abi yang merangkul pinggang wanita itu hanya terkekeh.
“Ya namanya juga calon mantu kesayangan, gitu deh. Maunya nempel terus,” sambung Abi dengan nada menggoda.
“Kalau sudah begini, cepat-cepat dihalalin deh. Sebelum ada hama yang nempel,” sahut Langit, entah bercanda atau menyindir.
“Sedang kami rencanakan, Mas. Doakan lancar, ya,” balas Abi, suaranya ringan, bangga, dan penuh kepastian.
Langit tersenyum. Entah tulus atau hanya topeng, hanya dia yang tahu.
Sementara itu Mentari…
Wanita itu benar-benar terkejut dengan apa yang baru saja ia dengar. Dadanya bergemuruh, seakan ada sesuatu yang meremukkan jantungnya dari dalam. Selama ini, ia memang pernah berpikir bahwa Abi pantas mendapatkan wanita yang lebih baik darinya… yang nama baiknya tidak seburuk miliknya. Tapi ia tak pernah membayangkan semuanya akan terjadi secepat ini.
Bagaimanapun juga, ia belum siap.
Tanpa bisa dicegah, air mata menetes pelan di wajahnya.wajah yang masih mengenakan riasan badut tanpa ada seorang pun yang menyadarinya.
Kini Mentari berdiri di depan cermin toilet wanita. Ia sudah berganti memakai pakaian biasa, dan wajahnya telah dibersihkan dari riasan warna-warni yang tadi menutupi murungnya.
Tatapannya kosong.
Di balik cermin itu, ia melihat seorang perempuan yang tampak lelah, rapuh, dan dipenuhi kesedihan. Seakan seluruh nasib buruk di dunia selalu memilih singgah padanya terlebih dahulu.
Ia menghela napas panjang, mencoba menguatkan diri sebelum melangkah keluar.
Namun tiba-tiba...
Pintu toilet terbuka keras.
Seorang pria masuk begitu saja, membuat Mentari tersentak kaget.
Belum sempat ia bereaksi, pria itu sudah menghimpitnya ke dinding dingin. Sentuhan kasar itu membuat tubuhnya bergetar.
“Kau pikir kau bisa lolos hanya karena penampilan konyolmu tadi, hah?” desis pria itu, suaranya rendah namun penuh ancaman.
“Lepaskan aku… aku hanya sedang bekerja,” ucap Mentari terbata-bata. Matanya memerah, bukan hanya karena takut, tetapi juga terlalu terkejut dengan Langit yang ternyata menyadari kehadirannya.
“Aku tidak percaya orang sepertimu,” balasnya lagi, semakin menekan tubuh Mentari ke dinding. “Katakan. Apa yang kau lakukan di sini?”
Kali ini tangannya terangkat, mencengkeram leher Mentari. Nafasnya tercekat.
“Sungguh… aku hanya bekerja,” Mentari hampir terisak. “Aku tidak punya niat apa pun… tolong…”
“Kau pikir aku bodoh? Hah?” geram Langit, jemarinya masih mencengkeram leher Mentari dengan kasar.
Mentari hanya bisa pasrah. Putus asa telah menggerogoti seluruh nyalinya; jika nyawanya berakhir di tangan Langit saat ini pun, ia sudah tak peduli. Matanya memerah, bukan hanya karena perih, tapi karena cengkeraman Langit yang semakin menekan.
Lalu...
Suara langkah kaki terdengar mendekat.
Langit tersentak. Dengan cepat ia menyeret Mentari, nyaris menyeret paksa tubuh lemas itu ke dalam salah satu bilik toilet yang kosong. Dalam ruangan itu mereka saling berhimpitan, tubuh Mentari terjepit dinding sementara tangan Langit menutup rapat mulutnya agar ia tak mengeluarkan suara sekecil apa pun.
Di balik pintu, terdengar suara lembut seorang wanita.
“Bi… kamu nakal banget dan nggak sabaran,” bisik Anggun manja, napasnya terengah bersamaan dengan lirih helaan Abi yang mulai meraba tubuhnya.
"Habis kamu bikin nagih, sayang. Meskipun kamu sudah ngasih tadi… sekarang aku mau lagi. Please, kasih tubuh kamu. Aku menginginkannya, sayang,” bisik Abi dengan nada penuh hasrat. Bahkan tanpa menunggu jawaban dari Anggun, pria itu langsung menurunkan resleting gaun wanita itu dengan gerakan tergesa.
Di dalam bilik sempit, Langit dan Mentari hanya bisa mendengarkan desahan dua sejoli.Suara yang memecah kesunyian, membuat ketegangan di ruang kecil itu semakin tak tertahankan.
Langit mengerutkan dahinya ketika merasakan sesuatu yang hangat dan basah di telapak tangannya. Tangan yang sedari tadi menutup mulut Mentari itu kini basah oleh air mata. Ia tahu Mentari menangis sejak beberapa menit lalu… tapi kali ini, isakan itu terasa berbeda.
Entah kenapa, justru membuat hatinya tersentak.
Air mata Mentari mengalir tanpa henti, membasahi lengan jas Langit. Di tengah desahan Anggun dan Abi di balik pintu, tangisannya justru terdengar paling menyayat tak bersuara, tapi menghantam tepat di dada pria itu.
Niat awal Langit untuk kembali menyakiti Mentari, untuk mengejek dan merendahkannya seperti sebelumnya tiba-tiba memudar.
Tanpa sadar, kedua tangannya bergerak… bukan lagi untuk membungkam, melainkan menutup kedua telinga Mentari, seolah ingin melindunginya dari suara yang tak seharusnya ia dengar.
Gerakan itu membuat Mentari terkejut. Ia perlahan mendongak, menatap Langit dari jarak yang nyaris tak menyisakan udara di antara mereka. Jarak hanya satu sentimeter, napas keduanya saling bertabrakan.
Akhirnya…
Mata mereka bertemu.
Menyala, bergetar, penuh rasa yang belum sempat terdefinisikan.
Satu jam kemudian, pintu bilik toilet itu akhirnya terbuka. Langit dan Mentari keluar dalam diam. Lantai di sekitar mereka penuh tisu yang berserakan bekas dari dua manusia yang tak tahu malu.
Langit mendengus, menggeleng pelan.
“Dasar manusia nggak tahu malu. Apa mereka nggak punya modal buat sewa kamar?” umpatnya, kesal dan jijik sekaligus.
Mentari tak menanggapi.
Wanita itu hanya berdiri sejenak, sebelum melangkah pergi dari ruangan yang barusan menjadi saksi betapa mudahnya kepercayaannya dihancurkan. Setiap langkahnya terdengar ringan, tapi menyimpan luka yang berat seolah tiap tapak memecahkan serpihan hatinya sendiri.
Langit menatap punggung wanita itu. Punggung yang dulu selalu tegak, kini tampak semakin kecil… semakin rapuh… seolah hanya tinggal menunggu waktu untuk runtuh.
“Sial,” desisnya lirih, entah ditujukan pada situasinya… pada Mentari… atau pada dirinya sendiri yang tanpa sadar mulai peduli.
Bersambung...
mentari menjadi tumbal kekasihnya
hampir runtuh,,,jadi Abi pura pura koma
kayanya pakai seragam polisi nya makanya di kira penjaganya dan pasti
pergi pelan pelan mungkin juga ada teman nya yang membantu nya,,,apa pakai ilmu
menghilang 😄 kocak si baru akan bahagia kupikir tidak selamat tapi biar selamat tetapi namanya tupai melompat
suatu hari akan terjatuh jadi biarlah
kena tuai dulu,,, jahat
sangka kan ternyata yang katanya orang
tua tidak menjerumuskan anak anak nya
nah sekarang entu malah benar benar di
dorong ke jurang kesakitan senang sesaat
kesakitan seumur hidup,,,, manusia emng
ga ada yang sempurna tetapi harus kita
ingat kepada sang pencipta karena beliau
yang punya segalanya,,,,nasib sudah di
tanggung badan mana ada kata ampun
sudah dah kehendak ilahi takdir,,🥺
orang baik cuma ambisi mama nya dan
Abi mencintai gadis miskin mentari bubedesss ga terima harus selevel
dan kini justru tidak dapat kan apapun
karir ancur hidupnya masih kembang kempis,,,,antara hidup dan mati hanya
keajaiban tetapi hidup nanti akan di
masukan ke hotel juga wahhh ngenes
lama menerima perasaan pait dan getir
jadi buat bubedesss dan Abi saja yang pait gantian Langit pun sudah berbesar hati merawat Mina yang lemah,
sudah menjadi pasangan suami istri jadi
mentari tidak harus takut atau was was
lagi karena sudah ada bodyguard sekali
Gus Suami Langi sang pangeran berkuda
telah menjemput mu di kala hati terluka
dan mulai saat ini jangan lagi resah di
kemudian hari akan selalu bersama hingga menua bersama menjadi pasangan
yang solid dan penuh kebahagiaan dan
kini sudah ada pendamping ada anak yang
harus di jaga,,, semoga benih nya langsung jadi tumbuh 🤣❤️lope lope sekebon bunga' 🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹
belum menemukan nya. ternyata sudah tau milina di besarkan Pangit,
dan mentari akan hidup bersama Anak dan ayahnya yang mengadopsi putrinya
semoga cepat ya Lang. ,,,mumpung
nenek lampir bubedesss belum menemukan. cucunya yang sudah di buang,,, ayo mentari sebentar lagi ada
yang akan selalu mendampingi mu
dan ada malaikat yang butuh kasih sayang
kalian berdua dan yang mau di laporkan
koma over dosis dan bubedesss juga
jadi penjaga bahaya,
hidup segan mati pun mau,,,dan bubedesss merasakan penyesalan
panjang jadi sama sama tersiksa dengan
masa lalunya,
kira mentarilah yang sudah membunuh sila ternya Abi ,,,dan mentari yang di jadi
kan kambing hitam oleh Abi demi jabatan
agar tidak gugur,,,,maka itu langit kerja
sama dengan makdes,,,, untuk mengambil
putrinya mentari tak lai tak bukan adalah
cucunya sendiri ,,,, sekarang langit yang
beruntung bisa dapat. mentari dan putrinya biarpun lain Ayah' ga masalah
to 👍👍 semangat