Perjalanan Xiao Chen dan Ling Ye, dua pendekar naga yang akan menjelajahi dunia untuk menumpaskan semua Iblis dan membela kemanusiaan.
inilah kisah suka dan duka 2 pendekar naga yang akan menjadi Legenda.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agen one, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7: Tunggu aku ayah
Setelah kegembiraan dan keajaiban yang meluap di tepian danau, Xiao Chen dan Ling Ye akhirnya merasa jenuh. Efek samping Qi yang terasimilasi sempurna membuat tubuh mereka lebih tenang dan santai, namun sifat pemalas Xiao Chen kembali mendominasi.
"Hah... Aku mengantuk sekali!" Xiao Chen menguap lebar, air mata menggenang di sudut matanya. Ia kemudian bangkit dengan malas dan mengajak Ling Ye untuk pergi. "Ling Ye, ayo kita pergi dari sini."
"Pergi ke mana?" Ling Ye mengerutkan alisnya. Matanya yang sipit sedikit terbuka, penasaran dengan tujuan impulsif Xiao Chen.
Xiao Chen terlihat bingung, rupanya ia memang tidak punya rencana. "Entahlah! Mungkin kita bisa berjalan-jalan saja, sekadar melihat pemandangan sekitar desa. Daripada kita diam terpaku terus di sini."
"Kalau begitu aku ikut kau saja," Ling Ye mengiyakan dengan pasrah. Ia bangkit, menyimpan Batu Naga Putih yang kini kusam dan tak bercahaya itu ke dalam kantungnya. Kedua sahabat itu kemudian berbalik, menjauh dari danau.
Tepat setelah langkah kaki Xiao Chen dan Ling Ye menjauh, puluhan sosok bayangan tiba di tepian danau. Mereka mengenakan jubah hitam yang menutupi seluruh tubuh, wajah mereka tertutup topeng besi yang menyeramkan. Aura menekan yang mengerikan dan dingin memancar dari setiap tubuh mereka, menunjukkan kultivasi yang jauh melampaui Li Yuan.
"Seharusnya energi Batu Naga Putih berasal dari area ini, Jenderal. Sementara untuk batu pecahan satunya, kelompok lain sudah bergerak menuju lokasi di atas gunung," ujar salah satu dari mereka. Suaranya serak dan penuh kepatuhan.
Sosok Jenderal yang paling depan, yang tingginya menjulang, melangkah maju dengan aura arogan dan penuh kesombongan. "Kalau begitu, cepat cari Batu Naga itu! Kita harus mendapatkan kedua pecahan batu naga kuno itu agar Tuan kita dapat menjadi lebih kuat dan mencapai kekuatan abadi!"
Jenderal itu berteriak, memerintahkan semua bawahannya. Dengan kepatuhan mutlak, mereka semua melesat cepat seperti bayangan yang disapu angin, mulai menyisir setiap area, baik di daratan maupun di dalam air danau.
Pencarian mereka berlangsung penuh ketegangan selama beberapa menit, sampai akhirnya mereka kembali dengan tangan kosong.
"Jenderal... Sepertinya harta karun kuno itu sudah ada yang mengambil!" Suara bawahannya terdengar pelan, bergetar, dan penuh ketakutan.
"APA?!" Amarah sang Jenderal langsung meledak seperti gunung berapi. Urat-urat di kepalanya menegang tebal, tangannya mengepal kuat hingga sendi-sendinya memutih, dan tatapannya tajam menghunus.
"Siapa bajingan lancang yang berani mengambil harta karun kuno itu? Cari dia! Jika kalian tidak menemukannya, maka bunuh semua orang yang berada di Desa Qingfeng! Jangan biarkan siapa pun itu dapat mengaktifkan kekuatan Batu Naga!"
Melihat Jenderal yang murka tak terkendali, para bawahan itu merinding. Dengan perasaan takut yang mencekik, mereka segera bergegas pergi, meninggalkan tepian danau yang kini kembali sunyi, siap untuk menjalankan perintah pembantaian.
"Sudah sore saja, ya." Xiao Chen kembali menguap lebar, meregangkan tubuhnya dengan malas. Ia benar-benar merasa sangat malas dan ingin kembali ke tempat tidur, padahal ia baru saja tidur semalam penuh.
Ling Ye yang melihat itu hanya dapat menggelengkan kepala pasrah. "Dasar kau ini! Ini bahkan belum malam, tapi kau sudah mengantuk begitu. Memangnya kau butuh berapa jam untuk tidur, bayi raksasa?" tanya Ling Ye dengan nada jengkel yang dibuat-buat.
Xiao Chen menatap Ling Ye dengan mata yang berair karena terus menguap. "Aku biasanya butuh tidur minimal 12 jam jika tidak ada yang mengganggu. Sebenarnya, aku ingin tidur seharian penuh saja."
Ling Ye hanya bisa terheran-heran dengan sifat sahabat karibnya itu. "Dasar pemalas sejati! Jika kau terus tidur seharian, apa bedanya kau dengan mayat yang dikubur?"
"Mungkin jadi mayat tidak buruk, Hahaha!" Xiao Chen menjadikan ucapan Ling Ye sebagai bahan lelucon yang lucu baginya, ia tertawa sendiri, sedangkan Ling Ye hanya dapat menatapnya dengan getir dan tak habis pikir.
Ketika mereka sudah berjalan setengah perjalanan menuju Desa Qingfeng dan Gunung Sekte Pedang Naga Langit, Ling Ye tiba-tiba berhenti mendadak di depan Xiao Chen. Matanya membelalak.
Dari kejauhan, gumpalan asap tebal nan pekat membubung tinggi ke udara, datang dari arah kediaman Sekte Pedang Naga Langit.
"Xiao Chen! Lihat itu!" Ling Ye menepuk-nepuk pundak Xiao Chen yang masih asyik menguap.
Xiao Chen menoleh ke arah Ling Ye, rasa kantuknya belum hilang. "Ada apa? Jangan kagetkan aku, Ling..." Dia belum menyelesaikan kalimatnya, tetapi Ling Ye sudah memotongnya.
"Coba lihat ke sana! Sekte-mu! Kediamanmu sepertinya ada sesuatu yang sangat buruk sedang terjadi!" Ling Ye menegaskan kata-katanya, raut wajahnya berubah serius dan khawatir.
Xiao Chen berbalik, matanya menatap ke arah asap yang mengepul. Seketika, rasa kantuknya lenyap tanpa sisa.
Melihat asap hitam pekat itu, matanya melotot terkejut, ia tidak percaya dengan apa yang disaksikannya. "A-ayah!"
Ketakutan dan kecemasan yang membakar langsung menerjang hati Xiao Chen. Ia tiba-tiba berlari, kecepatan kakinya melampaui batas level Pemurnian Qi Level 3 miliknya, seolah dorongan energi tak dikenal baru saja dilepaskan dari dalam tubuhnya. Ia berlari secepat kilat menuju sektenya.
Melihat Xiao Chen berlari dan meninggalkannya, Ling Ye pun ikut berlari, meskipun larinya tertatih-tatih dan lambat seperti kura-kura gemuk yang kepanasan. Ia bahkan beberapa kali harus berhenti untuk membungkuk, mengambil napas sejenak, sebelum kembali berlari.
"A-ada apa ini? Apa jangan-jangan ada musuh yang menyerang sekte? Tunggu aku, Ayah," batin Xiao Chen terus bertanya dengan cemas yang menusuk. Ia tidak tenang dan hanya bisa berharap ayah dan keluarganya baik-baik saja, meskipun ia tahu dari asap tebal itu, mustahil ada kebaikan yang tersisa.
makanya pembaca langsun hiatus