Rina menemukan pesan mesra dari Siti di ponsel Adi, tapi yang lebih mengejutkan: pesan dari bank tentang utang besar yang Adi punya. Dia bertanya pada Adi, dan Adi mengakui bahwa dia meminjam uang untuk bisnis rekan kerjanya yang gagal—dan Siti adalah yang menolong dia bayar sebagian. "Dia hanyut dalam utang dan rasa bersalah pada Siti," pikir Rina.
Kini, masalah bukan cuma perselingkuhan, tapi juga keuangan yang terancam—rumah mereka bahkan berisiko disita jika utang tidak dibayar. Rina merasa lebih tertekan: dia harus bekerja tambahan di les setelah mengajar, sambil mengurus Lila dan menyembunyikan masalah dari keluarga.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Zuliyana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keluarga Cemara
"Ini gambar untuk Cinta, sayang," kata Rina. "Kamu akan tumbuh dengan jendela yang selalu terbuka—untuk keluarga, untuk cinta, dan untuk semua hal indah di dunia."
Ayu berdiri dan berkata: "Kak Lila, aku akan mengajar Cinta menari ketika dia besar. Seperti cara kamu mengajar aku melukis."
Arif menambahkan: "Dan aku akan mengajar dia pemrograman. Dia akan menjadi anak yang cerdas dan penuh cinta."
Doni memegang tangan Lila: "Kita telah membangun rumah baru, tapi jendela yang penting adalah jendela hatiku yang selalu terbuka untukmu dan keluarga mu. Ini adalah kebahagiaan yang paling sesungguhnya."
Lila menangis senang: "Semua ini karena kita selalu bersama. Jendela terbuka itu bukan hanya bagian dari rumah—dia adalah bagian dari hati kita semua."
Angin segar bertiup dari jendela rumah baru ke jendela rumah tua, menyebarkan bau bunga melati dan harapan untuk generasi baru. Semua orang tersenyum, melihat bintang-bintang yang bersinar dan Cinta yang tidur damai. Jendela-jendela itu tetap terbuka—seperti janji yang akan terus diteruskan, dari satu generasi ke generasi berikutnya, untuk kebahagiaan yang abadi dalam keluarga mereka.
Waktu berlalu cepat—Cinta sudah berusia 2 tahun, rambutnya keriting dan mata yang ceria seperti Lila. Dia suka berlari ke halaman rumah tua, mencium nenek Rina dan kakek Adi, dan selalu menunjuk ke jendela kamar tidur dengan kata-kata yang belum jelas: "Jend... jendela!" Semua orang tersenyum mendengarnya—dia sudah mengenal simbol keluarga sejak kecil.
Sementara itu, Ayu mendapatkan kesempatan besar: kelompok tari dia dipanggil untuk tampil di festival tari internasional di Seoul. Ini adalah kesempatan untuk memamerkan tari Indonesia di kancah dunia. Tapi masalahnya, acara itu bertabrakan dengan hari ulang tahun Cinta yang ke-2. Ayu bingung: "Aku mau tampil di Seoul, tapi juga mau merayakan ulang tahun Cinta. Apa yang harus aku lakukan?"
Keluarga berkumpul di teras rumah baru, jendela terbuka segar angin sore. Lila memegang tangan Ayu: "Kak, kamu harus pergi. Ini kesempatan sekali seumur hidup. Kita akan merayakan ulang tahun Cinta dengan video call bersama kamu. Cinta pasti akan bangga pada kakak."
Ayu menangis senang: "Terima kasih, Kak. Aku akan bawa pesan cinta dari keluarga ke sana."
Beberapa minggu kemudian, Ayu pergi ke Seoul. Hari tampilannya tiba, dan semua keluarga menonton siaran langsung di ponsel dan tv. Ayu menari tari yang dia ciptakan sendiri—tari tentang "jendela terbuka" yang menggambarkan perjalanan keluarga mereka. Dia mengenakan gaun yang dibuat Rina dengan motif bunga melati dan gambar jendela. Semua penonton terpesona, dan Ayu memenangkan medali perak. Saat dia berdiri di panggung menerima medali, dia berkata: "Ini untuk keluarga saya, yang selalu membuka jendela hatinya untuk saya!" Semua keluarga di rumah menangis senang.
Sementara itu, Arif sedang mengerjakan aplikasi baru—aplikasi untuk membantu orang tua yang kesulitan mengakses layanan kesehatan untuk anak-anak. Dia bekerja keras malam-malam, sampai dia mengalami kelelahan dan sakit kepala parah. Adi menemukan dia pingsan di meja kerja dan membawanya ke rumah sakit. Dokter berkata dia terlalu banyak bekerja dan butuh istirahat.
"Kenapa kamu tidak memberitahu kita kamu lelah?" tanya Rina dengan khawatir.
"Aku mau aplikasi ini selesai cepat, Bu. Banyak anak yang butuh bantuan," jawab Arif lemah.
Lila memeluknya: "Arip, kamu harus merawat dirimu. Aplikasi itu bagus, tapi kamu lebih penting bagi kita. Kita akan membantu kamu menyelesaikannya bersama."
Keluarga semua membantu Arif mengedit dan menyempurnakan aplikasi. Setelah beberapa minggu, aplikasi itu selesai dan dirilis. Dalam seminggu, sudah digunakan oleh ribuan orang di seluruh Indonesia. Pemerintah bahkan memberikan penghargaan kepada Arif untuk inovasinya. Dia menangis senang dan berkata: "Ini bukti bahwa kerja sama keluarga bisa membuat hal-hal hebat terjadi!"
Hari ulang tahun Cinta yang ke-2 tiba. Semua keluarga berkumpul di halaman rumah tua, dengan jendela terbuka. Ayu menghadiri melalui video call dari Seoul, membawa medali peraknya. Arif membawakan aplikasi baru yang dia buat, dan dia menunjukkan bagaimana aplikasi itu bisa membantu anak-anak seperti Cinta. Lila membuat lukisan untuk Cinta—gambar dia dengan keluarga semua, di depan dua rumah dengan jendela yang saling terbuka.
Cinta berlari ke depan jendela kamar tidur, menunjuk ke langit dan berkata: "Bintang! Jendela!" Semua orang tersenyum. Adi membangun kuda lumping kecil untuk Cinta, dan dia bermain bersama Arif. Rina membuat kue ulang tahun dengan gambar jendela dan bintang.
Malam itu, mereka berkumpul di teras, melihat bintang-bintang yang bersinar. Jendela rumah tua dan rumah baru saling melihat, seolah-olah berbicara satu sama lain. Lila memegang Cinta, Doni berdampingannya, Ayu bicara melalui layanan video, dan Arif duduk di samping Rina dan Adi.
"Kita telah melalui banyak rintangan, tapi jendela ini selalu membuka jalan untuk harapan," kata Adi.
Rina menyandarkan kepalanya di bahu Adi: "Ya, Sayang. Dan generasi baru seperti Cinta akan terus membuka jendela itu untuk masa depan yang lebih baik."
Angin segar bertiup, menyebarkan bau bunga melati dan kebahagiaan yang tak terlupakan. Semua orang tersenyum, tahu bahwa tidak peduli apa rintangan yang akan datang, keluarga mereka akan selalu bersama—dengan jendela yang selalu terbuka.