NovelToon NovelToon
Ketika Aku Menemukanmu

Ketika Aku Menemukanmu

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:2.4k
Nilai: 5
Nama Author: Fitri Wardani

Ini adalah kisah tentang seorang ibu yang terabaikan oleh anak - anak nya di usia senja hingga dia memutuskan untuk mengakhiri hidup nya.
" Jika anak - anak ku saja tidak menginginkan aku, untuk apa aku hidup ya Allah." Isak Fatma di dalam sujud nya.
Hingga kebahagiaan itu dia dapat kan dari seorang gadis yang menerima nya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitri Wardani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sentuhan Hangat

*****

Kanaya masih duduk terpaku di bangku penumpang, matanya tertuju pada bangunan rumah sakit yang baru saja beberapa jam lalu memberinya kabar buruk.

Kabar yang menyesakkan dada dan membuat kakinya lemah hingga menggeletar.

Detak jantungnya kacau, berdebar tidak menentu seolah ingin melompat keluar. Keringat dingin bahkan sudah bercucuran di dahi nya.

Zeyden yang melihat Kanaya tak kunjung turun, membuka pintu mobil dengan tergesa-gesa dan kasar menarik tangan Kanaya dan membuat Kanaya yang terperanjat keluar mobil dan jatuh ke dalam pelukan Zeyden.

Dalam sepersekian detik, mata mereka terkunci, memancarkan kilatan gugup namun penuh arti.

Getaran kecil, hampir tak terdengar, berdesir di antara dua hati yang tak lagi bisa menyembunyikan denyut gairah.

Zeyden, dalam ketegangan yang mendadak, segera melepaskan pelukan itu.

" Maaf." Ujar Zeyden gugup.

" Aww..." Kanaya hampir jatuh.

Tangannya masih terulur, tegap menahan tubuh Kanaya yang nyaris terjatuh, mempertahankan keseimbangan mereka berdua dalam ketidakpastian yang menggantung di udara.

" Kamu ini memang merepotkan ya. Apa kamu tidak bisa jalan sendiri?" Omel Zeyden lagi.

" Sakit, mas." Rintih Kanaya.

Mata Zayden melihat kaki Kanaya yang masih mengeluarkan darah.

" Aku gendong."

Tanpa basa basi, Zeyden langsung menggendong Kanaya, yang tidak siap dengan perlakuan Zeyden, masuk ke dalam rumah sakit.

Sesampai nya di dalam Zeyden meletakkan Kanaya di atas brankar di dalam ruang UGD dan menyuruh dokter untuk memeriksa kaki nya.

" Sebentar ya, buk. Biar saya Periksa dulu." Kata dokter wanita yang saat itu memakai lipstik tebal walau pun hati sudah tengah malam.

" Pelan - pelan ya dok. Sakit." Rintih Kanaya.

" Iya. Tahan sedikit ya."

Dokter yang memiliki rambut pendek ikal dan mata yang kecoklatan membuat dia sangat pantas menjadi dokter ahli bedah. Bahkan anak kecil kalau melihat nya pasti langsung menangis.

Dengan teliti dokter itu memeriksa kaki Kanaya dan membersihkan darah nya.

" Luka nya terlalu lebar, jadi harus di jahit ya." Saran dokter.

" Di jahit dok?" Tanya Kanaya.

Mata Kanaya membulat sempurna mendengar kaki nya akan di jahit. Dia langsung merinding membayangkan jarum suntik menembus kulit halus nya.

" Apa harus di jahit?" Tanya Kanaya dengan suara bergetar karena ketakutan.

" Harus di jahit. Luka kamu ini lebar. Darah nya tidak akan berhenti kalau tidak di jahit. Dan maaf, saya nggak akan bius karena luka kamu sudahembengkak." Jawab Dokter yang semakin membuat Kanaya melotot ketakutan.

" Jangan di jahit, dok. Saya takut." Pinta Kanaya.

" Tidak bisa." Tolak dokter tersenyum.

Zeyden yang masih berada di dalam ruangan itu, menoleh ke kiri. Melihat penolakan Kanaya saat luka nya akan di jahit.

" Dok, di bungkus perban saja. Saya janji tidak akan banyak bergerak sampai luka nya sembuh. Yang penting jangan di jahit ya, dok. Saya nggak mau, saya takut." Rengek Kanaya dengan wajah yang mulai memucat.

" Tidak bisa. Harus tetap di jahit. Kalau tidak, akan lama sembuhnya. " Tolak Dokter mengeluarkan peralatan nya.

Zeyden yang berdiri tak jauh dari ranjang dengan tangan yang di masukkan ke dalam saku celana kepe nya, bisa melihat ketakutan Kanaya.

" Ayo duduk." Dokter pun membantu Kanaya meluruskan kaki nya.

Dokter mendekatkan peralatan dan siap menjahit kaki Kanaya yang sudah di bersihkan suster.

Kanaya memejamkan mata nya. Tiba - tiba saja tubuhnya terasa bergetar hebat. Kalau saja kaki nya tidak sakit, mungkin dia sudah berlari keluar dari kamar UGD agar tidak di jahit.

" Tunggu. " Tahan Zeyden.

Zeyden mendekat dan duduk di atas brankar, sebelah Kanaya. Tanpa bertanya, Zeyden langsung memeluk Kanaya dan meletakkan kepala Kanaya di bidang nya. Dan itu sukses membuat mata Kanaya Semakin membulat sempurna.

" Lakukan sekarang, dokter." Ucap Zeyden dengan pasti.

Kanaya hanya diam saja. Saat ini diri nya memang butuh pertolongan untuk mengurangi rasa sakit saat jarum itu menembus kulit kaki nya.

Begitu jarum di tusukkan ke kulit, Kanaya merasakan sakit yang luar biasa. Dan Zeyden merasakan nya saat tubuh Kanaya bergerak refleks karena kesakitan.

Zeyden semakin mengeratkan pelukan nya untuk mengurangi rasa sakit yang di rasakan Kanaya. Dan dengan lembut tangan Zeyden mengelus kepala Kanaya yang terbungkus hijab agar dia bisa lebih tenang.

Perlahan Kanaya memejamkan mata nya dan membiarkan jari - jari dokter itu melukis indah dengan jatum jahit nya di permukaan kulit kaki Kanaya yang mulus.

*

*

*

" Sudah selesai." Ucap Dokter

Dokter itu sudah selesai dengan pekerjaan nya saat dia membuka sarung tangan nya.

Padahal Zeyden masih sangat betah memeluk  Kanaya. Bahkan Zeyden bisa mencium aroma yang keluar dari tubuh Kanaya, yang membuat nya merasa tenang juga bergairah.

Kanaya pun langsung membuka mata nya. Karena memang dari tadi Kanaya memejamkan mata nya karena takut.

Zeyden dan Kanaya pun saling tatap dan menjadi sangat kikuk.

" Luka nya jangan terkena air dulu ya. Dan satu lagi, jangan banyak berjalan. Takut nanti jahitan nya bisa terbuka." Jelas dokter memberitahu.

Kanaya hanya mengangguk mengerti sedangkan Zeyden yang berdiri di samping brangkat juga ikut diam.

" Ini ada resep agar luka nya cepat kering. Tolong tebus di apotik." Ucap Dokter menyerahkan kertas selembar pada Zeyden.

" Iya, dokter. Terima kasih." Jawab Zeyden.

Dokter pun pergi meninggalkan mereka. Akhir nya Kanaya bisa bernafas lega sekarang. Sejak berada dalam pelukan Zeyden, dia seolah menahan nafas nya. Tak bisa membayangkan seorang pria yang berani menyentuh nya tanpa bertanya.

Bianca pun menurunkan kaki nya dan hendakk turun dari atas brankar.

" Kan dokter sudah bilang jangan banyak bergerak. Memang bisa kamu jalan?" Ujar Zeyden.

" Saya mau ke kamar mandi. Memang tidak boleh juga?" Jawab Kanaya.

" Ya sudah. Hati - hati. Kalau susah minta bantuan suster saja." Pesan Zeyden.

*

*

*

Zeyden pun melangkah keluar dari ruang UGD dengan secarik kertas dari dokter. Langkah nya yang tegap dengan cepat menuju apotik.

" Zeyden." Panggil seorang perempuan dari belakang Zeyden.

Zeyden berhenti dan menoleh ke belakang.

" Mama. Belum pulang?" Tanya Zeyden, mendekati wanita yang berseragam dokter itu.

" Sebentar lagi, Nak. Tadi mama ada operasi mendadak." Jawab Shafa.

" Kamu sendiri? Ngapain di sini? Apa kamu sakit? Atau ... ?" Tanya sang mama khawatir.

" Aku nggak papa, ma. Aku nggak sakit. Aku mau ke apotik, menebus obat." Jawab Zeyden menghilangkan rasa khawatir sang mama.

" Obat? Obat untuk siapa?"

" Tadi di jalan Zeyden nggak sengaja menabrak seorang wanita. Sekarang dia sedang di obati di UGD. Dan ini resep dari dokter untuk dia." Jelas Zeyden memberitahu.

Mendadak, nafas Shafa tersentak saat mendengar kabar putranya menabrak seorang perempuan. Kegelisahan memenuhi pikirannya.

" Menabrak orang?" Shafa terlihat sangat shock.

" Lalu bagaimana keadaan wanita itu, Nak? Apa nya yang luka? Apa ada yang serius? Aduh Zeyden... Bagaimana bisa kamu sampai menabrak orang. ?" Tanya Shafa dengan rasa takut membayang akan nasib perempuan malang tersebut.

Hatinya bergemuruh, tak menentu, membayangkan skenario terburuk yang mungkin terjadi.

" Ma..."

" Dimana sekarang wanita itu? Mama mau lihat. Mama nggak bisa bayangkan bagaimana kamu bisa menabrak orang di jalan. Pasti kamu bawa mobil nya kencang - kencang kan? Nggak bisa pelan kamu ya?" Kata Shafa mulai panik.

" Ma... Mama...  mama tenang dong. Dia nggak papa, ma. Nggak ada luka yang serius." Jawab Zeyden menyentuh kedua lengan Shafa.

Mata Shafa seolah terhipnotis dengan tatapan sang putra. Perlahan rasa panik itu berkurang saat Zeyden mengatakan tidak ada luka yang serius.

" Tidak ada yang..."

" Tidak ada, ma. Hanya luka di  kaki saja sedikit. Tapi tadi dokter sudah menjahit nya. Dia baik - baik saja sekarang. Ini Zeyden mau tebus obat nya dulu." Potong Zeyden cepat.

" Kalau begitu, bawa mama kesana. Mama mau lihat kondisi nya kalau dia beneran baik - baik saja." Pinta Shafa.

" Mama, nggak perlu. Mama nggak usah ikut menemui nya. Semua nya baik - baik saja kok. Setelah ini Zeyden akan antar dia pulang." Cegah Zeyden.

" Ya sudah kalau kamu nggak mau. Tapi setelah kamu mengantar kan wanita itu, kamu langsung pulang ya Zeyden. Jangan keluyuran kemana - mana lagi. Mama nggak mau sampai kamu menabrak orang lagi."

" Iya, ma. Nanti Zeyden akan langsung pulang."

" Ya sudah."

" Zeyden duluan ya. Mau tebus obat nya dulu. Kasihan kalau dia menunggu lama nanti."

Shafa mengangguk pelan sambil memperhatikan langkah putra nya yang semakin menghilang di telan dinding rumah sakit.

Sebenar nya dia sangat khawatir dengan keadaan korban yang telah di tabrak Zeyden. Dia tidak akan tenang sebelum melihat langsung bagaimana keadaan wanita itu. Agar bisa memastikan kalau ucapan Zeyden benar ada nya.

1
partini
baca sinopsisnya penasaran
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!