Hagia terkejut bukan main karena dirinya tiba-tiba dilamar oleh seorang pria yang jauh lebih muda dari usianya. Sebagai seorang janda beranak satu yang baru di ceraikan oleh suaminya, Hagia tidak menyangka jika tetangganya sendiri, Biru, akan datang padanya dengan proposal pernikahan.
"Jika kamu menolakku hanya karena usiaku lebih muda darimu, aku tidak akan mundur." ucap Biru yakin. "Aku datang kesini karena aku ingin memperistri kamu, dan aku sadar dengan perbedaan usia kita." sambungnya.
Hagia menatap Biru dengan lembut, mencoba mempertimbangkan keputusan yang akan diambilnya. "Biru, pernikahan itu bukan tentang kamu dan aku." kata Hagia. "Tapi tentang keluarga juga, apa kamu yakin jika orang tuamu setuju jika kamu menikahi ku?" ucap Hagia lembut.
Di usianya yang sudah matang, seharusnya Hagia sudah hidup tenang menjadi seorang istri dan ibu. Namun statusnya sebagai seorang janda, membuatnya dihadapkan oleh lamaran pria muda yang dulu sering di asuhnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Starry Light, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 07
Hagia mengambil ponselnya dalam tas, ia melihat begitu banyak panggilan tak terjawab dari Heru. Belum lagi pesan teks yang jumlahnya tak jauh berbeda dengan panggilan suara.
Padahal, sebelum kejadian tadi, Heru sama sekali tidak pernah menelepon atau mengirimkan pesan teks pada Hagia. Wanita itu tersenyum getir membaca isi pesan yang dikirimkan mantan suaminya, tanpa berniat membalasnya.
Drtt....
Satu pesan teks kembali masuk dalam ponsel Hagia.
📩
'Jika kamu tidak mau bertemu denganku diluar. Maka, aku yang akan datang ke rumahmu dan menjelaskan semuanya disana'
Tulis Heru, dalam pesan itu. Hagia yang tadinya tidak ingin membalas, segera membalasnya. Ia tidak ingin permasalahannya dengan Heru diketahui oleh Malik.
📨
'Aku akan datang'
Tulis Hagia singkat. Wanita itu beranjak ke kamar mandi, karena terlalu lama menangis, membuat Hagia lupa akan kewajibannya menghadap sang khalik.
Hagia sendiri tidak mengerti kenapa dirinya menangis dan kecewa. Akan tetapi, hidup berdampingan dengan Heru selama bertahun-tahun, tentu saja rasa sayang itu mulai tumbuh dalam hatinya. Meskipun bukan sebuah rasa cinta yang luar biasa, wajar bukan jika Hagia merasa kecewa dan di bohongi melihat apa yang terjadi di rumah mantan mertuanya.
Hari berganti, kini Hagia sudah berada di sebuah kafe yang menjadi tempat pertemuannya dengan Heru. Hagia terlihat cantik dan anggun dalam balutan gamis berwarna biru muda, senada dengan hijabnya.
"Maaf, aku terlambat." ucap Heru, duduk diseberang meja. Hagia mengangkat wajahnya, kemudian menunduk.
"Apa yang ingin kamu jelaskan?" tanya Hagia tanpa basa-basi. Heru menghela napas dalam-dalam sebelum memberi penjelasan pada Hagia.
"Sebenarnya, aku dan Dewi sudah menikah 3 tiga tahun yang lalu." Hagia kembali mengangkat wajahnya, memandang nyalang pria yang pernah menjadi suaminya.
"A-aku minta maaf karena tidak memberitahu kamu," ucap Heru. Hagia tersenyum miris. "Aku dan Dewi masih saling mencintai, jadi..."
"Lalu kenapa kamu setuju menikah dengan ku?" sela Hagia geram. Bagaimana bisa Heru mencintai wanita lain, tapi juga menikahinya?.
"Karena ibu yang memintanya," jawab Heru tanpa beban.
"Kamu bisa menolaknya, Mas! Kamu bisa bilang sama ibu kalau kamu sudah mencintai wanita lain." Hagia tak habis pikir dengan jalan pikiran Heru.
"Aku sudah mengatakannya pada ibu, tapi ibu tetap memaksaku menikah sama kamu." kata Heru, pikirannya menerawang jauh kebelakang. "Aku dan Dewi sudah pacaran selama 4 tahun, tapi ibu tidak setuju. Akhirnya Dewi memutuskan ku, dan saat itu ibu memaksa ku berkenalan denganmu." Kata Heru.
"Tapi, setelah dua tahun kita menikah. Dewi kembali, karena aku masih mencintainya, jadi aku menikahinya secara diam-diam." penjelasan Heru membuat hati Hagia semakin tersayat. Ternyata selama ini dirinya di madu oleh Heru, pantas saja di tahun ketiga pernikahannya, Heru jarang di rumah dan uang nafkah semakin berkurang, ternyata ini alasannya.
"Jadi ini alasan kamu jarang di rumah? Selalu lembur, ke luar kota, bahkan kamu mengabaikan Hasya!" air mata Hagia sudah mulai menetes. "Aku tahu Mas, kalau aku bukan istri paling baik. Tapi setidaknya kamu bicara padaku, katakan padaku jika kamu belum mencintaiku, kamu harusnya bilang kalau kamu ingin menikahi wanita lain!" Hagia menghapus air matanya.
"Apa karena selama ini aku menurut dan tidak banyak menuntut, lalu kamu bebas melakukan semua ini padaku dan Hasya!" rasanya Hagia ingin berteriak memaki Heru, namun Hagia sadar jika dirinya sedang berada di tempat umum.
"Kamu mengabaikan ku karena tidak mencintaiku, aku terima itu. Tapi Hasya? Dia anakmu! Darah gading mu! Bagaimana bisa kau mengabaikannya? Apa karena Hasya bukan anak yang lahir dari wanita yang kamu cintai? Itu sebabnya kau juga tidak mencintai Hasya?" Heru tertunduk mendengar tuduhan Hagia yang memang benar adanya. Apalagi setelah Heru mempunyai anak dari Dewi, Heru seakan lupa siapa yang memberi nya gelar ayah untuk pertama kali.
"Kamu tahu, Mas? Sampai kapanpun aku tidak akan rela kamu hidup bahagia, sebelum aku dan Hasya bahagia!" geram Hagia. Sudah cukup selama ini Hagia diam, karena diam nya membuat Hagia tidak di hargai, dan di injak-injak seperti ini.
"Hagia!" Heru tidak percaya mendengar kalimat itu akan keluar dari mulut mantan istrinya yang selama ini dikenal baik dan lemah lembut. "Apa kamu mengutukku?" Hagia tertawa sumbang.
"Apa kamu takut?" sahut Hagia. "Aku tidak perlu mengutuk kamu, Mas. Tapi di balik kebahagiaan yang kamu rasakan selama ini, ada air mata dan rengekan Hasya, ada tangisan wanita yang merasa bodoh karena kamu bohongi! Dan sekarang, ada air mataku hasil dari pengakuan mu!" Hagia menyeka air matanya.
"Tidak ada yang gratis, Mas! Aku menuntut balas atas setiap tetesan air mataku dan putriku. Atas sakit hatiku, aku tidak pernah rela!" ucap Hagia beranjak dari duduknya.
"Hagia! Hagia! Kamu tidak bisa melakukan ini padaku." Heru mencekal lengan Hagia, namun Hagia segera menepiskan.
"Jangan menyentuh ku!" sentak Hagia.
"Kamu tidak bisa menuntut ku, kita sudah bercerai." kata Heru, Hagia memicingkan matanya.
"Kamu pikir aku perduli? Kebohonganmu dimulai sejak kita masih terikat pernikahan, Mas!"
"Aku hanya berbohong padamu, aku tidak melakukan KDRT atau semacamnya."
"Kamu menikahi wanita lain, Mas!" Hagia mengingatkan Heru.
"Bukankah dalam agama kita, boleh menikahi lebih dari satu wanita?" Heru masih membela diri.
"Agama? Apa dalam agama juga boleh berbohong? Menipu? Tidak menafkahi anak dan istrinya? Bahkan kamu tidak memenuhi nafkah batinku!" ungkit Hagia. "Kesalahanmu bukan hanya berbohong padaku, Mas. Kau menipuku, menelantarkan anak dan istrimu yang seharusnya menjadi tanggung jawab mu!" geram Hagia.
"Jangan membawa agama hanya untuk membenarkan kesalahan mu! Aku tahu benar jika dalam Islam memperbolehkan pria menikahi lebih dari satu wanita. Tapi semua itu ada tata caranya, sebagai seorang wanita, aku juga bisa memilih, menjadi istri pertama atau mantan istri." Hagia kembali melangkahkan kakinya menuju mobil. Sedangkan Heru masih terpaku ditempatnya.
Mau dilihat dan dijelaskan dari sudut manapun, Heru tetap bersalah. Kenyataannya, Heru memang membohongi dan melukai hati Hagia dan Hasya. Sebagai seorang pria, seharusnya Heru bisa lebih tegas dalam mengambil keputusan, agar tidak menyakiti banyak hati.
Hati Fatma, Hagia, dan Hasya. Heru juga yakin jika sedikit banyak, dirinya juga menyakiti hati Dewi. Hanya untuk kebahagiaan yang menurutnya benar, Heru melukai banyak hati yang seharusnya dijaga dan di lindungi.
Meskipun sekarang Fatma menerima Dewi dan Radin, tapi semua itu karena Fatma tidak punya pilihan lain. Walau bagaimanapun Radin tetap cucunya. Ya, lagi-lagi Heru bersikap egois.
Hagia mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi, air mata terus mengalir membasahi pipi mulusnya. Hagia sudah menduga jika Heru memang menduakan nya, tapi setelah mendengar pengakuan Heru secara langsung, membuat Hagia semakin sakit hati.
"Astaghfirullahaladzim, astaghfirullahaladzim...," ucap Hagia berulang kali. Wanita itu menepikan mobilnya, dalam hatinya terus beristigfar untuk meredam rasa sakit dan amarahnya.
Benar status nya sudah menjadi mantan istri, namun hatinya sangat terluka. Kemarin-kemarin Hagia hampir gila mencari jawaban, apa kesalahannya sampai dirinya di perlakukan seperti ini? Tiba-tiba digugat cerai, saat rumah tangganya baik-baik saja.
"Dari awal memang sudah tidak baik-baik saja, kenapa aku begitu naif?" Hagia menelungkup kan wajahnya pada stir mobil, menangis menyesali kebodohannya.
*
*
*
*
*
TBC