NovelToon NovelToon
Bangkitnya Permaisuri Yang Terlupakan

Bangkitnya Permaisuri Yang Terlupakan

Status: sedang berlangsung
Genre:Transmigrasi ke Dalam Novel / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Romansa / Reinkarnasi / Harem / Mengubah Takdir
Popularitas:10.3k
Nilai: 5
Nama Author: inda

Setelah terpeleset di kamar mandi, Han Sia, gadis modern abad 25, terbangun di tubuh Permaisuri Han Sunyi tokoh tragis dari novel yang dulu ia ejek sebagai “permaisuri paling bodoh”.

Kini terjebak di dunia kerajaan kuno, Han Sia harus berpura-pura sebagai permaisuri yang baru sadar dari koma, sambil mencari cara untuk bertahan hidup di istana penuh intrik dan penghianatan. Namun alih-alih pasrah pada nasib, ia justru bertekad mengubah sejarah. Dengan kecerdasan modern dan lidah tajamnya, Han Sia siap membalikkan kisah lama dari permaisuri lemah menjadi wanita paling berkuasa dan akan membuat mereka semua menyesal

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 7 - “Bayangan di Balik Dinding”

Sejak malam sumpah Zhi Dao, kehidupan di Paviliun Phoenix seolah berhenti.

Rumput liar dibiarkan tumbuh, lentera tak lagi menyala, dan aroma dupa sudah lama tak tercium.

Bagi seluruh istana, tempat itu hanyalah kenangan kosong — kediaman seorang permaisuri yang “masih terbaring koma” dan perlahan dilupakan.

Namun di balik dinding berlumut dan pintu usang yang tertutup rapat, kehidupan baru justru mulai berdenyut.

Di ruang latihan bawah tanah yang tersembunyi di balik rak buku tua, suara kayu beradu dengan logam terdengar bergema.

“Lagi! Jangan hanya menangkis, Nuan! Serang balik, gunakan pergelangan tanganmu!” seru Han Sunyi, mengenakan pakaian hitam sederhana dan rambutnya diikat tinggi.

Gerakannya cepat, seperti bayangan yang menari di antara cahaya obor.

Nuan mengerang kecil, menahan serangan bambu dari Han Sunyi. “Y-ya, Yang Mulia!”

Ia melangkah mundur satu langkah, lalu berusaha menyerang balik, tapi segera ditepis dengan mudah.

“Bagus. Kau mulai terbiasa menahan tekanan.”

Han Sunyi menurunkan tongkatnya dan tersenyum tipis. “Tapi kau masih terlalu mudah terbaca.”

Yuyi dan Yuyu yang menonton dari sisi ruangan bertepuk tangan kecil, tapi berhenti ketika Han Sunyi menatap sekilas.

“Jangan hanya menonton,” katanya dingin. “Kalian berdua giliran berikutnya.”

Ketiganya saling pandang panik.

Namun tak ada yang berani membantah.

Sementara itu, di sisi lain ruangan, Zhi Dao sedang mempraktikkan seni bela diri pedang tanpa suara langkah-langkahnya cepat, tapi tetap ringan, seperti bayangan malam.

Ia sudah lama menjadi pengawal raja, tapi kini, di bawah bimbingan Han Sunyi, ia belajar hal baru: seni bergerak tanpa meninggalkan jejak.

“Gerakanmu terlalu berisik,” tegur Han Sunyi tanpa menoleh.

“Bahkan tikus di langit-langit bisa mendengar langkahmu.”

Zhi Dao langsung berhenti, menunduk dalam. “Ampun, Yang Mulia.”

Han Sunyi berbalik, tatapannya tajam tapi tenang. “Ingat, mulai sekarang, kita bukan lagi orang istana. Kita bayangan. Jika satu saja dari kita terlihat… maka seluruh rencana berakhir.”

“Baik, Yang Mulia.”

Setiap malam selama sebulan, mereka berlatih keras.

Dayang-dayang yang dulu lemah dan gemetar kini bisa memanjat atap diam-diam, menundukkan kepala saat prajurit lewat, dan bergerak dalam gelap seperti angin.

Mereka juga belajar membaca kode, mengenali racun, dan menulis sandi di atas kain sutra tipis agar mudah disembunyikan.

Sementara Han Sunyi sendiri… semakin kuat.

Tatapan matanya kini tajam seperti bilah pedang, dan gerak tubuhnya ringan seolah seluruh beban masa lalu telah ia buang.

Malam hari, ketika seluruh istana tertidur, lima bayangan kecil keluar dari paviliun terbengkalai itu.

Mereka mengenakan pakaian rakyat biasa topi bambu lebar, baju lusuh, dan membawa keranjang sayur agar tak mencurigakan.

“Tempat malam ini?” bisik Yuyi pelan.

“Rumah pelayan dapur bagian selir agung,” jawab Zhi Dao cepat. “Aku dengar, dia baru saja menerima perintah khusus untuk membakar sesuatu di dapur tengah malam.”

Han Sunyi mengangguk. “Kalau benar begitu, berarti dia mencoba menghapus bukti.”

Mereka bergerak menembus jalanan gelap. Bulan separuh di langit menerangi sedikit batu pijakan, sementara angin malam membawa aroma lembap dari taman istana.

Ketika sampai di belakang dapur besar, Han Sunyi memberi isyarat berhenti.

Zhi Dao maju lebih dulu, mengintip lewat celah pintu.

Seorang wanita tua dengan pakaian dapur terlihat sedang menyalakan tungku. Ia menatap sekeliling gugup, lalu memasukkan gulungan kertas ke dalam api.

“Cepat!” bisik Han Sunyi.

Zhi Dao berlari, menendang pintu hingga terbuka. Api di tungku berderak, dan wanita itu menjerit, “Siapa kau?!”

Han Sunyi masuk dengan langkah ringan. “Seseorang yang ingin tahu apa yang kau bakar.”

Dengan gerakan cepat, ia menarik penjepit besi dan mencengkeram kertas setengah terbakar itu. Api menyambar lengannya sedikit, tapi ia tak gentar.

Kertas itu nyaris hancur, tapi sebagian tulisan masih bisa dibaca.

‘Pesanan ramuan dari Selir Agung Wei Ning, racikan khusus untuk minuman malam Yang Mulia Raja Hui Song. Campur tiga tetes…’

Han Sunyi membaca cepat, lalu menyipit.

“Racun tidur… dengan dosis perlahan bisa membuat kehilangan kesadaran dan hilang ingatan jangka pendek.”

Matanya berkilat dingin. “Jadi begitu caramu, Wei Ning…”

Zhi Dao memelototi wanita dapur itu. “Kau siapa yang menyuruhmu membakar ini?!”

Wanita tua itu berlutut gemetar. “Hamba tidak tahu apa-apa! Itu hanya perintah kepala pelayan! Hamba tidak berani menolak!”

Han Sunyi memandanginya, lalu berbisik, “Kau tidak akan dihukum jika diam.”

Wanita itu menatap bingung. “Tapi… kalau Selir Agung tahu—”

“Dia tidak akan tahu,” potong Han Sunyi lembut, “karena malam ini, kau tidak pernah bertemu siapa pun.”

Sebuah jarum kecil meluncur dari ujung jari Han Sunyi. Ia mengetuk titik di leher wanita itu, membuatnya tertidur tanpa rasa sakit.

“Bawa dia ke ruangan kosong di paviliun belakang. Jangan ada yang tahu,” perintahnya pada Zhi Dao.

Zhi Dao mengangguk, menggendong wanita itu dengan hati-hati, lalu lenyap dalam kegelapan.

Nuan menatap Han Sunyi dengan kekaguman yang tak disembunyikan. “Yang Mulia… Anda seperti orang lain sekarang.”

Han Sunyi tersenyum samar. “Bukan orang lain. Aku hanya kembali menjadi diriku yang dulu sebelum menjadi permaisuri yang dibungkam.”

Bersambung

1
Cindy
lanjut
Cindy
lanjut kak
kaylla salsabella
lanjut thor
Wahyuningsih
d tnggu upnya kmbli thor yg buanyk hrs tiap hri sehat sellu thor n jga keshtn tetp 💪💪💪💪💪 dlm upnya😁😁😁😁
Cindy
lanjut kak
inda Permatasari
sebenarnya baik ingin mencari Han Sunyi untuk balas Budi dan juga merasakan cinta padanya tapi Han Sunyi tidak mau bertemu
kaylla salsabella
aku kok masih bingung ya ini li feng itu baik apa gak sama han sunyi
Cindy
lanjut
Cindy
lanjut kak
Wahyuningsih 🇮🇩🇵🇸
li feng bukannya kabur jadi buronan?? kok uda di istana lg thor??
Wahyuningsih
wahhhh mkin sru thor d tnggu upnya kmbli yg buanyk n hrs tiap hri sehat sellu thor n jga keshtn tetp 💪💪💪💪💪
Vivi❄️❄️
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣 kirain si bawah panah cinta ala cupid 🤣🤣🤣
sahabat pena
Luar biasa
Cindy
lanjut
Cindy
lanjut kak
Fransiska Husun
keren banget
🌸 Maya Debar 🌸
Semangat terus Thor 😘😘😘😘😘😘😘😘😘😘❤️🥰🥰🥰🥰🥰🥰❤️❤️❤️❤️❤️🤩🤩
Tiara Bella
semangat 😍
🌸 Maya Debar 🌸
Tak tunggu selalu upnya Thor, Keren buanget ❤️❤️❤️❤️❤️🥰🥰🥰😍😍😍🤩🤩🤩😍😍😍😍🤩🤩🤩❤️❤️❤️🥰🥰🥰🥰
Wahyuningsih
q penasaran lanjutannya thor d tnggu upnya kmbli yg buanyk n hrs tiap hri jgn lma2 upnya thor ntar lumutan loh 😁😁😁 sehat sellu thor jga keshtn n tetp 💪💪💪 dlm upnya 😄😄😄
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!