NovelToon NovelToon
Batu Rang Bunian

Batu Rang Bunian

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan
Popularitas:5.2k
Nilai: 5
Nama Author: HARJUANTO

Deskripsi Novel: Batu Rang Bunian

​"Batu Rang Bunian" adalah sebuah petualangan seru yang membongkar batas antara dunia kita yang penuh cicilan dan deadline dengan alam Bunian yang misterius, katanya penuh keindahan, tapi faktanya penuh drama.

​Sinopsis Singkat:
​Ketika seorang pemuda bernama Sutan secara tidak sengaja menemukan sebongkah batu aneh di dekat pohon beringin keramat—yang seharusnya ia hindari, tapi namanya juga anak muda, rasa penasaran lebih tinggi dari harga diri—ia pun terperosok ke dunia Bunian. Bukan, ini bukan Bunian yang cuma bisa menyanyi merdu dan menari indah. Ini adalah Bunian modern yang juga punya masalah birokrasi, tetangga cerewet, dan tuntutan untuk menjaga agar permata mereka tidak dicuri.

​Sutan, yang di dunia asalnya hanya jago scroll media sosial, kini harus beradaptasi. Ia harus belajar etika Bunian (ternyata dilarang keras mengomentari jubah mereka yang berkilauan) sambil berusaha mencari jalan pulang. Belum lagi ia terlibat misi mustahil.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HARJUANTO, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 3

BAB 3: Istana yang Tertidur dan Sang Ratu yang Menunggu

​Singgasana Kristal dan Keheningan Maut

​Tangga spiral itu berakhir di sebuah ruangan besar dan megah: Balairung Agung Istana Pusaka Hening.

​Sutan melangkah keluar, jantungnya berdetak tak karuan. Udara di sini terasa lebih tipis, lebih dingin, dan keheningannya memekakkan telinga. Balairung itu adalah sebuah gua kristal raksasa. Dinding, lantai, dan pilar-pilarnya terbuat dari kristal yang memancarkan cahaya dingin, menciptakan bayangan tajam yang menari-nari di setiap sudut.

​Namun, Balairung itu kosong.

​Sutan berjalan perlahan di lantai kristal yang retak. Setiap langkahnya menghasilkan suara krek yang memantul dan terasa sangat mengganggu keheningan maut ini.

​Di sepanjang dinding, berjajar patung-patung Bunian yang sedang tidur, sama seperti yang ia lihat di kota, tetapi kali ini mereka mengenakan jubah kebesaran dan perhiasan berkilauan. Mereka tampak seperti bangsawan yang sedang menghadiri pesta, tiba-tiba dibekukan oleh mantra es abadi.

​Sutan bisa melihat kerusakan yang disebabkan oleh hilangnya Batu Rang Bunian. Sebuah retakan besar membentang melintasi langit-langit kristal Balairung, seolah-olah Istana itu sendiri sedang menangis dan terbelah.

​Di ujung Balairung, di atas tiga anak tangga besar, berdiri Singgasana Ratu. Singgasana itu tampak seperti mahkota kristal raksasa, dan di sana, duduk seorang wanita.

​Dialah Ratu Puspa Sari, penguasa Kerajaan Bunian.

​Ratu itu tampak anggun dalam tidur abadinya. Rambut hitamnya panjang terurai, jubahnya terbuat dari sutra perak yang kini diselimuti embun beku. Di tangannya, ia memegang tongkat kristal yang ujungnya tidak bercahaya—seperti kristal mati. Wajahnya cantik, namun pucat pasi, seperti porselen yang rentan pecah.

​Sutan mendekati Singgasana. Kehadiran Ratu begitu kuat, bahkan dalam tidurnya.

​"Permisi, Bu Ratu," bisik Sutan, merasa sangat tidak enak. "Saya Sutan. Saya yang pegang Batu Anda. Maaf, saya cuma mau—"

​Tiba-tiba, ia menyadari sesuatu. Di depan Singgasana, di atas lantai kristal, tergeletak sosok yang dikenalnya.

​Itu adalah Raja Pualam.

​Ia terbaring kaku, pedang kristalnya patah di sampingnya. Jubahnya robek di banyak tempat, dan ada luka goresan panjang di dahinya yang masih mengeluarkan getah merah. Ia tidak bergerak.

​"Mas Pualam!" Sutan segera berlutut di sampingnya. Ia meraih lengan Pualam. Lengan itu dingin, tapi detak nadinya masih ada, sangat lemah.

​Di dekat tangan Pualam, Sutan melihat sebuah ukiran kecil yang tergores di lantai kristal—sebuah panah menunjuk ke arah Singgasana, dan di sebelahnya, goresan kata-kata: "Hanya sentuhan Permata. Cepat. Sebelum Mereka—"

​Pualam terluka parah, tapi ia berhasil memberikan petunjuk terakhir.

​Sutan mengerti. Ia harus menggunakan Batu Rang Bunian untuk menyentuh Ratu dan membangunkannya, atau setidaknya, memulihkan kekuatan Ratu.

​Sutan bangkit. Ia menggenggam Batu Rang Bunian erat-erat dan menaiki anak tangga menuju Singgasana. Ia merasa bersalah dan takut, tapi kini ia punya tujuan yang jelas.

​Saat ia hampir mencapai Ratu, suara yang familiar dan menyeramkan memecah keheningan.

​"Tidak semudah itu, Anak Manusia."

​Pengkhianatan dan Ujian Terakhir

​Dari bayangan pilar kristal, muncul Tetua Kelam. Ia tidak lagi tersenyum. Wajahnya keras, dan di belakangnya, berdiri tiga anggota Suku Gembira yang tampak kelelahan namun bersemangat.

​"Kau berhasil lolos dari Ujian Diri yang menyebalkan," kata Tetua Kelam. "Tapi kau membuat pilihan bodoh. Raja Pualam adalah loyalis yang naif. Ia ingin kau membangunkan Ratu, menghidupkan kembali Keseimbangan. Tapi aku... aku ingin menghancurkan Keseimbangan itu!"

​"Jadi kau yang memimpin Suku Gembira?" tanya Sutan, rasa takutnya kini bercampur dengan kemarahan.

​"Aku yang menginspirasi. Kekuatan Bunian sejati terletak pada Perubahan, bukan pada ketenangan abadi yang membosankan ini," Tetua Kelam menyeringai.

"Berikan Permata itu kepadaku, Sutan. Aku akan menyatukannya dengan energi kekacauan dan kita akan memerintah alam Bunian yang baru, alam yang kuat dan bebas!"

​Tetua Kelam mengacungkan tongkat kayunya. Tongkat itu mendadak bersinar merah menyala.

​"Aku tidak percaya padamu," kata Sutan mantap. "Kau membiarkan orang lain terbunuh hanya karena ambisimu."

​"Sebuah pengorbanan kecil untuk kemenangan besar," jawab Tetua Kelam dingin.

​Saat itu juga, Suku Gembira menyerang. Mereka berteriak, mengayunkan kapak batu mereka ke arah Sutan.

​Sutan tidak punya waktu untuk berpikir. Ia berlari ke Singgasana, menggunakan Batu Rang Bunian sebagai perisai dan senjata.

​Ia mengayunkan batu itu ke salah satu kapak. Brak! Kapak itu membeku dan hancur berkeping-keping.

​Ia kemudian memfokuskan energi panas yang ia temukan di terowongan, menembakkannya ke lantai kristal di depan dua anggota Suku Gembira. Lantai itu meleleh seketika, dan mereka terjebak.

​Sutan melompat ke Singgasana. Ia berdiri di hadapan Ratu yang tertidur.

​"Maafkan saya, Bu Ratu. Saya harap ini berhasil."

​Sutan mengangkat Batu Rang Bunian. Permata itu kini memancarkan cahaya biru-keemasan yang sangat indah, puncak dari energi yang telah ia kumpulkan dan kuasai dari terowongan tadi.

​Ia menyentuh Batu Rang Bunian itu ke Tongkat Kristal yang dipegang Ratu.

​Saat sentuhan terjadi, energi biru-keemasan itu mengalir deras dari Batu ke Tongkat. Tongkat itu mendadak hidup, cahayanya memancar ke seluruh Balairung. Retakan di langit-langit istana merapat. Bunian yang tidur di sekitar mereka mengeluarkan desahan panjang.

​Keseimbangan kembali!

​Tetua Kelam berteriak marah. "Tidak! Bodoh!"

​Sutan mundur selangkah, menanti Ratu membuka mata. Namun, Ratu Puspa Sari tidak bergerak. Energi itu telah menyembuhkannya, tapi ia masih tertidur.

​Sebuah suara lain menyela. Suara itu dalam, dingin, dan penuh kemenangan.

​"Permata telah kembali. Tapi terlalu terlambat."

​Dari retakan besar di langit-langit, Lindu Hening versi Monster yang berlumuran lumpur dan tangan pucat merangkak turun, merusak kristal Istana. Di punggungnya, duduk seorang wanita dengan jubah hitam yang elegan dan mata yang berbinar penuh kepuasan.

​Wanita itu tersenyum ke arah Tetua Kelam dan Sutan.

​"Terima kasih atas drama yang menyenangkan. Sekarang, Permata itu milikku. Permata Jantung Kedaulatan akan menjadi milik Kerajaan Kematian!"

1
checangel_
Niatnya sampai tumbang /Facepalm/
checangel_
Saya juga tidak percaya tan, apalah daya jika istirahat tapi tetap bekerja, bukannya fokus malah tak terurus/Sob//Facepalm/
checangel_
Ikut tertawa deh /Facepalm/, bukannya benar-benar rehat malah disuruh kerja, ono-ono wae 😂
checangel_
Sutan, pengin tak kasih solusi Ndak, biar istirahatmu benar-benar istirahat ... kamu ambil wudhu aja lalu salat deh 🤧, ndak usah dibuat ribet bisa kan ya?😭
checangel_
Bisa-bisanya lho, pilihanmu beda dari yang lain Sutan /Facepalm/
checangel_
Iya begitu juga realita, jika terlalu serius tidak baik untuk kehidupan, canda juga perlu dalam setiap perdebatan, tapi ada baiknya jangan mendebat sesuatu yang tak diperlukan, benar ndak?😅
checangel_
Wah, sudah punya asisten pribadi aja😂
checangel_
Semangat untuk Sutan dan utangnya /Determined/
checangel_
Pak Leman sepertinya pertemuanmu dengan Sutan belum kelar /Facepalm/
checangel_
Jadi, petualanganmu baru saja dimulai ya Sutan💪, semoga tidak ada kata utang lagi ya ke depannya🤧
checangel_
99.9% >> manipulasi 🤧
◇HARJUANTO◇: 🎯 Menyentuh relung jiwa yang paling sensitif, itulah seni narasi yang sesungguhnya, Tuan/Nyonya.
total 1 replies
checangel_
Sampai diabadikan "Mantan pengutang kopi"😅/Facepalm/
◇HARJUANTO◇: ☕ Sebuah gelar kehormatan yang terukir dari drama pahit secangkir utang, betapa ironis!
total 1 replies
checangel_
Congrats ya Sutan 🤧
checangel_: Pengin nangis aku, jangan panggil Nyonya lah 😅, seketika gelar realita kehidupanku naik, karena reader yang satu ini bukanlah seorang pemilik gelar, melainkan hanya sebatas pembaca samar 😭 sekian dan wassalam
total 2 replies
checangel_
Alhamdulillah, pembaca ikut lega😄
◇HARJUANTO◇: 🧘 Satu helaan napas kelegaan di tengah pusaran takdir yang mencekik, sungguh dramatis!
total 1 replies
Bellla Zakiyah
👍
◇HARJUANTO◇: 💫 Jejak persetujuan yang tegas, menggarisbawahi puncak drama ini!
total 1 replies
Bellla Zakiyah
👍.......
◇HARJUANTO◇: 💔 Seolah mengangguk pada takdir yang pahit dan tak terhindarkan!
total 1 replies
Bellla Zakiyah
👍
◇HARJUANTO◇: 🕯️ Sebuah penerimaan sunyi terhadap segala kekacauan yang disajikan, Tuan/Nyonya!
total 1 replies
checangel_
Dari epilog sekian dan terima baca 👍
◇HARJUANTO◇: Membaca tanggapan Anda, seolah tirai telah benar-benar ditutup, meninggalkan keheningan yang penuh makna dan haru. 'Luar biasa' dari Anda adalah laksana mahkota bagi babak penutup ini. Terima kasih telah menjadi saksi bisu dan penikmat setia dari awal hingga titik terakhir kisah ini dituliskan. Sebuah penghormatan tertinggi saya berikan
total 3 replies
checangel_
Ya Allah, tablet bahkan di genggamannya 😭
checangel_: Dont call me Madam ...... 😭😭😭😭😭
total 2 replies
checangel_
Iyalah, masa depan kan misteri yang belum terpecahkan dan hanya Pena Langit yang mengetahuinya seluruh chapternya, kita hanya bisa menjalankan tugas-Nya saja sebaik mungkin, mau itu berubah atau tidak masa depan, semua tergantung langkah imannya masing-masing 😄
◇HARJUANTO◇: ​"Sebuah renungan yang menusuk relung hati, Saudara/i. Memang benar, masa depan bagaikan samudra luas nan gelap, hanya Pena Langit yang memegang peta bintangnya. Tugas kita hanyalah mendayung biduk kehidupan sekuat tenaga di bawah petunjuk-Nya.

​Kita tidak tahu apakah badai akan mengubah haluan atau kemarau panjang akan mengeringkan sumber harapan, namun setiap langkah iman adalah ukiran takdir yang kita tanggung sendiri. Biarlah kita jalani peran ini dengan kesungguhan jiwa, sebab di penghujung bab, hanya Dia yang menilai seberapa tulus kita menunaikan kewajiban. 📖✨"
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!