NovelToon NovelToon
Cinta Atau Dendam, Suamiku?

Cinta Atau Dendam, Suamiku?

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO / Lari Saat Hamil / Anak Genius / Hamil di luar nikah / Pelakor jahat
Popularitas:51.1k
Nilai: 5
Nama Author: Edelweis Namira

Thalia Puspita Hakim, perempuan berusia 26 tahun itu tahu bahwa hidupnya tidak akan tenang saat memutuskan untuk menerima lamaran Bhumi Satya Dirgantara. Thalia bersedia menikah dengan Bhumi untuk melunaskan utang keluarganya. Ia pun tahu, Bhumi menginginkannya hanya karena ingin menuntaskan dendam atas kesalahannya lima tahun yang lalu.

Thalia pun tahu, statusnya sebagai istri Bhumi tak lantas membuat Bhumi menjadikannya satu-satu perempuan di hidup pria itu.

Hubungan mereka nyatanya tak sesederhana tentang dendam. Sebab ada satu rahasia besar yang Thalia sembunyikan rapat-rapat di belakang Bhumi.

Akankah keduanya bisa hidup bahagia bersama? Atau, justru akhirnya memilih bahagia dengan jalan hidup masing-masing?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Edelweis Namira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

ISTRI YANG DISEMBUNYIKAN

"Akhir pekan Mia ikut pentas di sekolah. Mama datang ya...."

Thalia duduk tenang di mobil. Percakapannya dengan Jemia beberapa waktu yang lalu membuat kerinduan Thalia pada putrinya semakin kuat. Sosok kecil yang menjadi penghiburannya semenjak lima tahun ini, kini harus tinggal berjauhan dengannya.

Putri kecilnya yang di dalam tubuhnya terdapat sebagian darah pria yang paling ia benci.

Jemia Prameswari- sosok yang Thalia sembunyikan kehadirannya dari Bhumi dan keluarganya yang lain. Jemia-nya yang fisiknya ibarat Bhumi dalam bentuk perempuan. Jemia adalah satu-satunya alasan Thalia bertahan selama ini. Kini Thalia hanya bisa melihatnya dari ponsel saja dan mendengar suaranya dari rekaman yang dikirimkan pengasuhnya.

"Paper bag biru itu hadiah dari Pak Bhumi untuk Nona Thalia." Suara lembut Aji-asisten pribadi Bhumi menyentak kerinduan Thalia pada Jemia. "Hadiah ulang tahun Nona Thalia."

Thalia menoleh ke samping kanannya. Paper bag bertuliskan nama serta logo brand perhiasan mewah itu membuat Thalia tersenyum sinis. Ia sama sekali tidak berminat menerima hadiah itu. Lagipula Thalia sendiri telah melupakan tanggal kelahirannya semenjak kehadirannya membuat maminya meninggal dunia.

"Itu Mas Aji yang beli, ya?" Thalia mengalihkan pandangannya. Ia benar-benar menolak hadiah itu.

Aji mengangguk. "Tapi Pak Bhumi yang pesankan khusus. Beliau sibuk akhir-akhir ini. Jadi minta saya yang mengambilkannya di toko perhiasan."

Thalia duduk tenang dengan melipatkan tangannya di depan dada. "Dia sibuk setiap hari. Tapi selalu meluangkan waktu untuk menemani perempuan itu. Saya bingung, kenapa atasan Mas Aji tidak menikahi perempuan itu saja daripada saya? Kan di darah kami berdua sama-sama terdapat darah Prasetyo Hakim."

Aji terdiam. Dari kaca spion depan, ia bisa melihat wajah tenang istri atasannya itu menyimpan banyak kebencian dan dendam pada orang-orang terdekatnya.

"Hari ini atasan Mas Aji itu pasti menjemput perempuan itu di bandara, kan?" tanya Thalia memecahkan keheningan di mobil itu.

"Saya tidak berhak menjawab itu, Nona. Pak Bhumi tidak mengatakan apapun selain memberi perintah untuk mengantarkan Nona Thalia hari ini."

Thalia menghela napasnya. Ia jelas tahu bahwa suaminya pasti sedang bersama perempuan itu. Namun, memaksa Aji untuk bicara sama saja bohong. Pria di depannya ini sangat setia pada suaminya. Entah apa yang diperbuat Bhumi sehingga Aji bisa sesetia ini pada Bhumi.

"Adik Mas Aji apa kabarnya? Sudah lama sekali Mas Aji tidak membicarakan dia." Tiba-tiba Thalia teringat dengan gadis muda yang pernah ditemui Aji di rumah sakit dulu.

Gadis muda itu juga yang pernah memberikan syal untuk Thalia yang sakit dulu.

"Dia baik. Nona Thalia ingat dia?"

Thalia mengulum senyum, lalu mengangguk. Dua bulan ini Aji lebih banyak diam dan menunduk saat berhadapan dengannya. Tentu saja itu membuat Thalia penasaran. Bisa dikatakan ini kali pertama Aji memberi pertanyaan seperti itu padanya. Di luar membahas Bhumi.

"Ingat. Dia pernah memberikan saya syal cantik sebagai hadiah. Kok bisa perempuan seceria itu punya kakak seperti Mas Aji yang pendiam?"

Aji tertawa pelan. Hal itu membuat Thalia tercengang. Asisten suaminya itu terlihat lebih manis saat tertawa. Tidak, Thalia tidak menyimpan perasaan apapun pada Aji. Perempuan itu hanya murni ingin berteman dengan Aji.

"Mas Aji tampan kalau tertawa seperti itu." Tanpa basa-basi Thalia memuji Aji dengan terang-terangan.

Wajah Aji pucat seketika, seiring dengan berhentinya tawa Aji.

"Oh iya, hadiah ini berikan saja ke adik Mas Aji." Thalia mengabaikan wajah Aji yang semakin tegang. "Jangan khawatir. Pun jika atasannya Mas Aji marah, itu menjadi tanggung jawab saya. Lagipula hadiahnya sudah menjadi hak saya. Seharusnya dia tidak perlu marah."

Aji tanpa sadar menghela napas berat. Akhir-akhir ini ketenangannya memang sedang diuji dengan pasangan suami istri ini.

Sedangkan Thalia tanpak begitu tenang. Menjahili Aji sejenak bisa membuat pikirannya lebih ringan. Tampaknya tidak melibatkan Bhumi dalam hal apapun itu jauh lebih baik untuk kesehatan mental Thalia.

...***...

"Gila! Hasil fotonya bagus banget, Mbak!" seru Indah penuh semangat. "Kenapa nggak dari dulu aja ya Mbak Thalia kerja di sini. Akhir-akhir ini penjualan juga lagi naik-naiknya."

Thalia sedang menyesap minumannya dengan tenang. Ia hanya terkekeh saat melihat Indah-asistennya yang banyak membantunya selama menekuni dunia modeling tiga bulan ini. Lebih tepatnya saat dirinya ditawari oleh sahabatnya untuk menjadi brand ambassador produk kecantikan miliknya.

Setelah proses photoshoot selesai beberapa menit yang lalu, Thalia langsung istirahat di kursi cukup jauh dengan posisi Indah dan beberapa kru yang lain.

"Bukan hasil fotonya yang bagus. Tapi memang modelnya aja yang cantik. Iya nggak, Tha?" Julian dengan sengaja mengedipkan sebelah matanya untuk menggoda Thalia.

Pria itu baru saja masuk dengan begitu santainya dan langsung duduk di kursi dekat Thalia.

Alih-alih tersipu dengan godaan Julian, Thalia justru berpura-pura merinding. Membuat Julian langsung memasang wajah masam.

"Happy nggak sekarang?" tanya Julian dengan lembut. Ia juga memberikan cardigan tipis untuk Thalia yang saat itu hanya memakai dress tanpa lengan.

"Thanks, ya. Seenggaknya aku punya kegiatan untuk mengalihkan pikiranku dari Bhumi," jawab Thalia dengan santai. Cardigan dari Julian langsung ia pakai.

"Aku bisa bantu kamu, Tha. Kamu nggak harus mengorbankan hidup kamu dan Jemia untuk Bhumi." Julian lalu duduk menghadap Thalia. Diraihnya tangan perempuan berwajah lembut itu. "Kamu punya aku, Thalia. Jangan semuanya dipendam sendiri."

Thalia tersenyum tulus pada Julian, sahabatnya sejak sekolah. Julian adalah orang yang mengetahui tentang Jemia. Sahabatnya inilah yang banyak membantunya saat ia memutuskan untuk pergi dari Bhumi lima tahun silam.

"Kamu itu harusnya sudah menikah, Jul. Jangan menyibukkan diri dengan mengurusiku terus. Bagaimanapun kamu juga berhak melanjutkan hidupmu sendiri."

"Masalahnya perempuan itu nggak menyadari itu."

Mata Thalia langsung membulat. Seingatnya sahabatnya ini tidak pernah bercerita tentang perempuan manapun selama lima tahun terakhir ini.

"Siapa dia?" tanya Thalia antusias. Thalia menarik tangannya yang digenggam Julian. Lalu sebuah tepukan pelan mendarat di bahu pria itu. "Pasti dia cantik banget, ya? Selera kamu kan pasti yang cantik-cantik. Minimal bisa mengalahkan kecantikan mantan-mantanmu yang dulu."

"Cantik. Cantik sekali." Julian menatap lurus ke arah Thalia. Namun, saat Thalia menatapnya begitu dalam, Julian buru-buru beranjak dari duduknya.

Matanya kemudian kembali menatap Thalia dengan begitu hangat. "Aku rindu Jemia. Mau menemaniku ke toko bunga? Setelah itu aku akan menemanimu bertemu dia."

Thalia termangu menatap tangan yang terulur di depannya. Lalu tanpa banyak berpikir lagi, Thalia segera menyambut tangan pria itu. Sama seperti Julian, ia juga sangat merindukan Jemia.

Thalia beruntung hari ini karena begitu ia keluar studio, mobil milik suaminya tidak terparkir di tempat itu. Mungkin Aji sedang menemui Bhumi saat ini. Thalia segera ikut bersama Julian untuk ke toko bunga. Biarlah nantinya ia menanggung kemarahan Bhumi karena pulang terlambat.

Tidak membutuhkan waktu lama untuk mereka sampai di sebuah toko bunga langganan Thalia. Sesampainya mereka di sana, Julian langsung menggandeng tangan Thalia. Sekilas mereka lebih terlihat seperti pasangan yang harmonis.

"Aku lihat bunga untuk Mama dulu, ya. Kamu bisa pilih bunga untuk Jemia."

Thalia mengangguk. Sementara Julian segera menuju deretan tanaman sudut kanan, Thalia pun mulai menyusuri toko bunga tersebut hingga sampai di deretan aneka kaktus, favorit putrinya.

"Aku mau yang ini saja, ya. Menurut Mas gimana?"

Deg!

Suara itu begitu familiar di telinga Thalia. Benar saja, saat ia mengangkat wajahnya, matanya menangkap dua sosok yang ia benci di depannya.

"Mas? Kamu dengar aku?" Adelia-kakak tiri Thalia sedang menatap Bhumi dengan sibuk dengan ponselnya.

"Sebentar, Del, aku harus memastikan istriku tidak berulah hari ini."

Istriku? Thalia berdecih dalam hati. Kenyataannya, ia hanyalah istri yang Bhumi sembunyikan.

Thalia baru saja ingin sembunyi. Namun, mata tajam itu dengan cepat menemukan sosoknya. Raut terkejut begitu kentara di wajah tegas itu.

Bersamaan dengan itu, Julian datang lalu dengan santainya berkata, "Sepertinya ini cocok untuk putri kecil kita itu, Tha."

Saat itulah Thalia merasa wajah Bhumi berubah merah padam.

*

*

*

Mohon dukungannya, gaes :) Terima kasih

Jangan lupa kasih rating bagus juga, ya.

1
Yani Cuhayanih
Bhumi sedang tidak baik2 saja..mungkin karena pengaruh hidrometeoroligi jadi hatinya remuk redam ketiban pohon tumbang,nangis sedih hingga banjir bandang karena patah hati..oh satu lagi harapan tuk rujuk tipis bagaikan hutan yg gundul karena pembalakan liar..jika sudah seperti ini ,aji harus buat drama viral ,cerita sediih sama thalia..kalo tdk mo jenguk ke rumah sakit bisa2 Bhumi koma karena hatinya luluh lantah ,🤭
Teti Hayati
Semangat ka... 🤗
Edelweis Namira: Makasii ya kak😍
total 1 replies
ChikoRamadani
⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️ Sangat menarik
Alur ceritanya bagus dan konfliknya tidak begitu terlalu rumit...
pemilihan kosakata sangat baik dan mudah untuk dipahami...

terimakasih buat kk othor,
semoga sukses ❤️
Edelweis Namira: Terima kasih yaaa🙏
total 1 replies
Rahayu Ayu
Karya ter the best
Edelweis Namira: Terima kasih, Kakak😊
total 1 replies
Rahayu Ayu
Sehat selalu dan tetap semangat kak Author 💪
Rahayu Ayu
waalaikum salam
Innalilahi wa innailaihi roojiun....
Semoga Almarhum Ayahnya kak Author, di ampuni segala kesalahannya dan di tempatkan di JannahNya Aamiin 🤲 🤲
Sehat" kak Author & keluarga
🙏🙏
Paon Nini
udah tau begitu masih aja ada Adelia disekitar km, temen, mantan tunangan atau apalah penyebutannya lebih baik hentikan. km aja emosi trus saat Julian ada disekitar thalia jd berlaku hal yg sama juga bagi istrimu
Paon Nini
mampus
Paon Nini
komunikasi kalian buruk, kenapa g dari awal dijelaskan. kenapa ego aja yg digedein, dan lagi Adelia itu bebas aja melenggang setelah menghancurkan hidup kalian
Paon Nini
jangan omdo deh, lihat anakmu jelas2 mati gara2 dia. dan semua udah diungkap sama dia, jangan lembek lagi lah
Paon Nini
kalian sama aja, sama2 gila
Suhainah Haris
inalillahi wainnailaihi raji'un,semoga keluarga yang di tinggalkan tabah dan sabar
Bunda
innalilahi wa inna lillahirojiun...
yg sabar dan tabah ya thorr...
semoga diampuni segala dosa"nya..dan diterima semua amal ibadahnya..

aamiin
IceQueen
innalillahi wa inna ilahi rojiun, turut berduka cita thor. semoga segala amal ibadah ayahnya diterima dan diampuni segala dosa2 nya. dan untuk keluarga yg ditinggalkan di berikan ketabah. aamiin yra🙏
Edelweis Namira
terima kasih untuk doa-doa baiknya kalian yaaa🙏
Santi Seminar
innalilahi wa Inna ilaihi rojiun...turut be duka cita kak,semoga bapak Husnul khotimah keluarga diberikan ketabahan
Uthie
Innalilahi wa Innailaihi rooji'uun 😟
Allahummaghfirlahu warhamhu wa'aafihi wa'fuanhu 🤲🤲

Turut berdukacita sedalam-dalamnya yaa Thor 😢🙏🙏
Semoga keluarga yg ditinggalkan diberikan keikhlasan, kekuatan, dan kesabaran dalam menerima Takdir Nya ini 🙏🙏
Lina Marali
innalilahi wainnailaihi rojiun semoga Husnul hotima ayah nya
Rieya Yanie
innalilahi wa innailaihi rojiun.semoga almarh husnul khotimah dan keluarga yang ditinggalkan dibrikan keikhlasan dan kesabaran..Aamiin
Bunda Idza
turut berbelasungkawa Thor.... semoga othor dan keluarga besar sabar dan beliau mendapat tempat terbaik disisi Tuhan 🤲🥲
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!