NovelToon NovelToon
Sistem Menjadi Miliarder

Sistem Menjadi Miliarder

Status: sedang berlangsung
Genre:Dikelilingi wanita cantik / Action / Romantis / Sistem / Anak Lelaki/Pria Miskin / Balas Dendam
Popularitas:4.9k
Nilai: 5
Nama Author: Quesi_Nue

Suatu hari, Rian, seorang pengantar pizza, melakukan pengantaran di siang hari yang terik.

Namun entah kenapa, ada perasaan aneh yang membuat langkahnya terasa berat saat menuju tujuan terakhirnya.

Begitu sampai di depan pintu apartemen lokasi pengantaran itu, suara tangis pelan terdengar dari dalam di ikuti suara kursi terguling.

Tanpa berpikir panjang, Rian mendobrak pintu dan menyelamatkan seorang gadis berseragam SMA di detik terakhir.

Ia tidak tahu, tindakan nurani itu akan menjadi titik balik dalam hidupnya.

Sistem memberi imbalan besar atas pencapaiannya.

Namun seiring waktu, Rian mulai menyadari
semakin besar sesuatu yang ia terima, semakin besar pula harga yang harus dibayar.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Quesi_Nue, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 6 - Progres 60%

Rian membuka pintu, membiarkan angin sore masuk sebentar.

“Yuk, masuk dulu… nanti kita mulai masak, dan beresin barang - barang, dan sekalian liat baju - baju tadi,” ucapnya sambil menoleh ke Yuna.

Klek…

Bunyi pintu kayu itu terdengar jelas, bersamaan dengan aroma masakan sederhana yang masih menggantung di udara rumah.

“Udah pulang ya, nak… makan dulu gih,” ucap ibunya tanpa nengok, tangannya masih ngaduk sayur di mangkuk besar.

Rian cuma senyum kecil dan mau jawab, tapi belum sempat buka mulut, suara lain muncul.

Adiknya, Riani, siswa SMA kelas 10, yang lagi duduk di kursi plastik hijau sambil ngemil kerupuk, langsung nengok… dan mematung.

Matanya melebar, alis naik, kerupuk masih setengah jalan ke mulut.

“Maa… kakak bawa cewe,” katanya lantang, kayak lagi ngumumin gosip besar.

Bu Siti refleks nengok dan pandangannya langsung tertuju pada Yuna yang berdiri canggung di belakang Rian.

Cewek putih, rambut panjang, tinggi hampir sebahu Rian, tapi wajahnya sedikit pucat. Ada bercak merah samar melengkung di leher nya bekas sesuatu yang jelas bukan gigitan nyamuk.

Bu Siti cepat nutup ekspresinya, lalu menenangkan suasana dengan halus,

“Eh, nak… duduk dulu. Rian, cuci tangan dulu sana baru makan.”

“Iya, Bu…”

Rian ngangguk kecil ke Yuna, ngajak dia buat duduk. Yuna nurut pelan, masih gugup.

Rian jalan ke samping rumah tempat kran dan area cuci piring. Suara sandal jepitnya nyeret-nyeret halus di lantai semen.

Bu Siti ngikut dari belakang, tapi langkahnya lebih pelan.

Begitu Rian sampai di kran, Bu Siti langsung bicara pelan, nada serius tapi penuh perhatian,

“Nak… itu cewek yang kamu bawa… kenapa ada bercak merah di leher? Kamu nggak ngapa-ngapain dia kan?”

Rian hampir keselek napas.

"Bukan begitu bu.."

“Itu.. Bu… tadi aku liat dia mau…

Ia menirukan gerakan tali di lehernya sederhana, tapi sangat jelas di mata ibu nya.

"Jadi aku selamatin dia” lanjut rian.

Bu Siti langsung paham. Wajahnya berubah sendu.

“Astaga… kasihan banget anak itu…”

Ia menatap Rian lama, matanya lembut tapi tegas.

“Kalau gitu… kamu jaga dia ya. Jangan sampai kejadian kayak gitu ke ulang.”

“Iya Bu,” jawab Rian pelan.

“Aku juga rencananya Yuna tinggal di sini aja. Aku tidur di depan TV pakai kasur lipat yang Bu beli itu, yang dari tukang kasur depan rumah.”

Bu Siti menghela napas panjang… tapi senyum kecil muncul.

“Yaudah kalau gitu. Ibu setuju. Walaupun rumah kita gak seberapa, tapi kalau bisa bantu orang… ya harus kita bantu.” Ucap Bu siti dengan lembut.

“Iya Bu… aku juga mikir begitu…” jawab Rian lirih tapi mantap.

Bu Siti menepuk pelan bahunya,

"Ibu masuk dulu ya nak.." ucap ibu sembari berjalan pelan balik masuk ke dalam rumah.

Sementara itu, Yuna yang duduk di ruang tamu buka pelan dua paperbag yang tadi di bawanya dari toko baju itu.

Dia masih canggung baru masuk rumah, udah di kasih sambutan hangat begini.

“Eh, maaf… kamu namanya siapa?” tanya Yuna pelan ke Riani membuka obrolan.

Riani langsung nyengir.

“Eh santai aja kak, kenalin aku Riani. Kelas 1 SMA, baru bulan 7 kemarin masuk, karena umur pas 16 jadi berhasil deh..”

“Oh… begitu ya Riani. Aku udah kelas 2 SMA. Kenalin Namaku Yuna Naura, Umur 17 tahun.”

Riani makin sumringah dapat temen baru seketika.

Yuna lalu mindahin dua paperbag itu ke pangkuan Riani.

“Nih, Riani… ini barang yang kakak kamu beli. Yang ini punya kamu, yang satu lagi buat kak Yuna dan ini punya ibu mu.

"Kalau kamu suka sama yang punya kakak, ambil aja… kan itu uang kakakmu juga" Ucap Yuna sadar diri.

Begitu Yuna ngomong begitu, suasana langsung berubah halus.

Riani langsung gelagapan.

“Eh nggaklah, Kak! Itu kan buat kamu, Yuna. Mana mungkin aku ambil. Lagian kakak yang beliin buat kamu.”

Riani ingin mengalihkan perhatian, ia membuka paperbag itu dan langsung ngeluarin salah satu gaun yang tadi dipilih Rian.

Matanya langsung berbinar.

“Waaah… keren banget ini, Kak Yuna! Lembut banget kain nya begini.”

Yuna cuma senyum kecil, senyum yang jarang banget muncul belakangan.

“Yuk kak, kita ganti baju. Aku mau lihat, pas nggak di badanku,” ajak Riani sambil narik tangan Yuna.

“A—ayo,” jawab Yuna, sedikit kaget tapi juga senang.

Dua - duanya jalan menuju kamar Riani, dan Sitiana, adik nya Rian Paling Bungsu yang dari tadi pura-pura main HP ngikut dari belakang sambil nyengir kepo.

Tiga cewek masuk kamar kecil bercat biru muda itu, dan pintu tertutup dengan bunyi klik.

Dari luar, cuma kedenger suara kecil - kecil,

“Eh, yang ini lucu banget!”

“Coba yang putih dong kak Yuna!”

“Rambut kamu panjang bgt Kak Yuna!…”

Bu Siti kembali dari samping rumah, langkahnya pelan, dan begitu lihat tiga anak perempuan itu masuk ke kamar ketawa kecil, mereka heboh sendiri dan ia cuma menggeleng sambil senyum tipis.

Rumah yang biasa nya sedikit sunyi, sekarang kayak kedatangan angin hangat.

Dia duduk di kursi plastik dekat meja makan, sendoknya langsung nyuap sayur bening yang masih hangat.

Nggak mau ganggu Yuna dan lainnya yang lagi ganti baju, Bu Siti memilih biarin anak-anak itu ngerasain momen mereka sendiri.

Tapi rasa penasaran tetep muncul. Pelan-pelan ia narik paperbag coklat yang ditaruh Yuna tadi.

“Hmm… ini yang buat ibu apa ya.."

Ia buka sedikit…

Dan langsung kelihatan, daster edisi terbaru, bahan halus banget, ada bulu lembut di ujung lengan sama bawahannya.

Bu Siti refleks menahan tawa kecil.

“Ih Rian… masa ibu dikasih beginian… ibukan gak muda lagi,” gumamnya sambil geleng-geleng.

Ada gurat haru juga di matanya, anaknya membelikan baju sebagus ini.

Beberapa menit kemudian…

Langkah kaki dari arah belakang rumah terdengar.

Rian muncul sambil ngibasin sedikit tangan yang basah.

“Bu, aku udah cuci tangan.”

Bu Siti noleh… tapi nadanya tetap datar, pura-pura biasa.

“Iya, makan sana. Tuh lauk masih banyak. Anak-anak juga lagi pada coba baju.”

Rian duduk sambil senyum kecil… ngerasa nyaman.

Sementara dari arah kamar terdengar pintu di buka.

Ceklek...

Gaung langkah Yuna terdengar pelan.

tap… tap… tap…

Dalam hitungan detik ruang makan yang tadinya cuma ramai oleh suara sendok dan kuah mendadak ikut terdiam.

Rian, yang baru mau nyuap lagi, otomatis ngangkat kepala.

Dan begitu matanya ketemu sosok Yuna…

Selesai.

Semua proses makan berhenti total.

Gaun putih itu jatuh lembut sampai kaki, ngeringkus cahaya lampu, bikin kulit putih Yuna terlihat lebih cerah, lebih lembut.

Rambutnya yang panjang jatuh ke bahu, sedikit berantakan, Cantik dan Manis.

Rian bahkan nggak sadar sendoknya jatuh dari tangan.

Ceklingg…

Satu kata lolos begitu saja, tanpa mikir, tanpa sempat ia tahan,

“Cantik…”

Yuna langsung berhenti langkah, kaku seketika.

Wajahnya memerah pelan, dari pipi sampai telinga, merah yang nggak bisa disembunyiin.

Kedua tangannya refleks meremas ujung gaun, bingung harus apa.

Dari meja yang sama, Bu Siti yang lagi makan cuma menatap adegan itu kayak nonton sinetron pagi jam 6.

Lalu beliau berdehem keras, di sengajanya.

“Ehem… ehem… Rian.”

Nada “ibu-ibu sadar anaknya mulai kebablasan”.

Rian yang tersadarkan langsung meraih sendok, nyaris kebalik, lalu nyengir canggung,

“A-apa, Bu…? Ya… gaun nya cantik…”

Padahal yang dimaksud jelas bukan gaunnya.

"Haha" Tawa keras terdengar dari kedua adik nya.

Mereka pun sekeluarga makan malam bersama dengan wajah yuna yang masih seperti tomat.

Tanpa disadari rian, panel kecil di atas kepala Yuna berkedip kembali.

[Tingkat Kesukaan : Normal - Kakak - adik]

[Progres : 60%]

1
ALAN
lanjut Thor 😍💪
Gege
mantul
Gege
lepaskan semua thorr 10k katanya.. jangan di cicil cicil... gassss
Gege
lanjooottt thorr💪
Raihan alfi Priatno
lanjutin updatenya sampai tamat
Eli: Okeii syap
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!