Bertemu Jodoh Di Desa

***

Kalau ada yang tanya soal hari ini gimana? sudah pasti Raga akan menjawab sangat membosankan, ternyata Raga lebih suka berhadapan langsung dengan para mahasiswa yang telat mengirim tugas ataupun yang jarang masuk kelas.

Ada yang membuat Raga kesal, dimana tadi saat ia sedang mengambil air susu sapi yang langsung dari sapinya. tiba-tiba saja sapi tersebut malah mengeluarkan kotoran, membuat Raga langsung menghindar.

belum lagi para ibu-ibu disana malah menertawai nya, sampai ada yang bilang katanya sapinya lagi mau kenalan sama bos barunya.

Raga tidak melanjutkan pekerjaan nya, ia memutuskan untuk pulang. pasrah kalau kena omel Kakek nya.

Tapi, beruntungnya saat ia baru sampai rumah. Ternyata Kakek Nenek nya sedang pergi ke sawah, jadi ia merasa aman.

.

Raga baru bangun tidur di jam tiga sore, itu juga saat mendengar suara adzan ashar. Ia keluar kamar terdengar suara Kakek neneknya sedang ngobrol di belakang rumah.

Raga menghampiri kakek nenek nya, ternyata merasa sedang menikmati singkong rebus dengan ditemani teh panas.

“Nek.” panggil Raga, ia duduk disamping neneknya.

“Kata Bibi kamu pulang jam 12, memangnya kerjaan di kandang sudah selesai?” tanya nek intan.

“Belum selesai, udah kepalang kesal makanya pulang.” jawab Raga.

“Padahal kotorannya gak kena, kayaknya kalau kena pasti kamu gak bakalan mau ke kandang lagi.” ucap Kek Dani.

“Pasti mang Kardi laporan ke Kakek kan?” tanya Raga.

“Udah jadi kewajiban nya harus terus laporan.”

“Jual sapinya gimana, lancar?” tanya nek intan kepada Raga.

“Lancar, bahkan mereka mau dengan harga yang aku tawar, tapi kayaknya kalau kakek yang tawar belum tentu mereka mau.” jawab Raga dengan kekehan nya.

Kek Dani menatap sinis Raga. “Baru segitu aja sudah belagu.”

“Harus dong, harusnya sebelum mau ngasih harga itu. Kakek harus cari dulu soal harga sapi di luaran sana.” balas Raga.

“Kalau kamu lupa, Kakek lebih jauh berpengalaman dari kamu. Bahkan saat Mami kamu masih kecil kakek sudah jadi penjual sapi.” ucap Kek Dani.

“Gak bosan apa ngurus sapi terus, memangnya Kakek gak ada pikiran buat tambah hewan ternak? Kayak kambing atau buat usaha empang gitu.”

Pendengar pertanyaan cucunya, nek intan langsung tertawa sementara suaminya sudah menampakkan ekspresi wajah yang kurang enak di pandang.

“Pernah tau, dulu waktu Mami kamu kelas 6 SD. Kakek kamu ini punya keinginan buat empang, katanya buat nambah tabungan mami kamu kedepannya, eh baru jalan dua bulan langsung gak di lanjut, gara-gara ikannya pada mati.” ucap nek Intan.

Raga menatap Kakeknya. “Padahal lanjut aja, baru di kasih cobaan ikannya pada mati. Masa langsung nyerah.”

“Iya kalau matinya sebagian, ini semuanya pada mati. Ada yang jail, kerugian nya cukup besar, kalau di coba lagi takutnya gitu lagi.” balas kakeknya.

“Ketahuan siapa orangnya?” tanya Raga.

“Mendiang Danu, Kakek diam pas tahu pelakunya dia, alasannya sudah pasti iri, awalnya nenek kamu ini nyuruh Kakek buat labrak Danu, tapi Kakek tahan, karena Kakek yakin pasti nanti bakalan ada balasan nya. Dan benar saja, beberapa bulan kemudian, semua usahanya bangkrut, ketipu sampai ratusan juta, sampai depresi, dan ya umurnya tidak panjang.” jawab kek Dani.

Orang yang di maksud beliau adalah Kakak Kek Dani, mereka hanya terpaut usia 4 tahun, kakak nya itu sudah berkeluarga, Istri dan kedua anaknya memutuskan untuk pindah ke kampung halaman Istrinya di Medan, saat Kakaknya Kek Dani meninggal, sampai sekarang mereka belum bertemu lagi, bertemu saat Raka menikah.

“Kata Mami, Kek Danu meninggal karena kecelakaan.” ucap Raga.

“Itu salah satunya, pas mau dibawa ke RSJ, malah kabur dan ketabrak.”

“Terus….,

“jangan di lanjut, gak baik ngomongin orang yang sudah beda alam, apalagi yang di bahas bukan kebaikannya.” nek intan langsung memotong Raga yang seperti nya masih penasaran.

“Padahal masih pengen tahu.” ucap Raga.

“Daripada bahas orang yang sudah gak ada, mending bahas kamu.” ucap nek intan.

Raga mengernyitkan keningnya. “Kenapa jadi bahas aku? gak ada yang menarik untuk di bahas.”

Nek Intan menatap Raga dengan lekat, “Menurut kamu, lebih baik pilih Naura atau Bulan?”

Raga semakin mengerutkan keningnya, ia jadi bingung sendiri dengan pertanyaan neneknya.

“Nek, aku disini belum seminggu Lho, kenapa sudah di kasih pertanyaan begitu? Lagian aku tinggal di sini juga bukan mau nyari pasangan.”

Nek intan mengibaskan tangannya. “Alah, awal-awal bilang nya begitu. tapi kalau sudah sering ketemu apalagi selalu berinteraksi, pasti nanti juga bakalan ada rasa suka.”

“Apalagi nanti kamu bakalan lebih sering ketemu Naura, siapa tahu kamu tertarik, dia itu anaknya baik, seumuran sama Bulan, baru lulus sekolah langsung ikut kerja di kandang, beda sama bulan yang kuliah sambil ngajar.” lanjut nek intan.

“Tapi kalau kamu kepincut sama Bulan juga gak apa-apa, kalau nikah sama bulan. nanti anak kalian ada keturunan China nya.” ucap Nek intan lagi.

“Gak sama bulan juga, anak aku nanti bakalan ada keturunan China nya, kan Papi chindo, belum ada keturunan Jepang nya dari Oma.” ucap Raga.

Nek Intan tertawa. “Lupa nenek.”

“Wajar udah tua.” sahut kek Dani.

“Kamu juga.” ketus nek intan.

Raga geleng-geleng kepala. “Sama-sama sudah tua, sama-sama sudah pelupa, jangan pada berantem ya.”

kek Dani beranjak dari duduknya, “Bubar-bubar, mending pada ibadah.”

Kek Dani sudah masuk rumah, kini tinggal berdua. Setelah suaminya masuk rumah, nek intan kembali menatap Raga. “Jadi, mau pilih siapa?”

Raga menepuk keningnya. “Ya Salam, malah di lanjut.”

kemudian Raga menghela nafasnya. “Aku nggak pilih siapa-siapa, Raga masuk dulu.”

Kini giliran nek intan yang menghela nafasnya. “susah amat tinggal milih juga, kan kalau di antara mereka, udah tahu latar belakang keluarga mereka seperti apa, kalau dapatnya orang lain, harus nyari informasi lagi. Tapi sih kalau bisa dapat orang sini.” ucap beliau.

Sementara Raga, ia baru selesai mengambil air wudhu. Karena tadi sudah mandi pas baru pulang dari kandang, jadi sekarang tidak perlu mandi mandi lagi.

Baru juga ngambil sajadah nya, Raga malah keingat dengan pertanyaan neneknya soal mau pilih siapa.

Raga menggelengkan kepalanya. “Malah ke ingat, padahal akrab sama mereka juga nggak.” gumam Raga.

Ini kalau Maminya tahu, pasti bakalan ikut-ikutan juga, apalagi mami nya selalu bawel kalau soal urusan perempuan,

Raga mulai melaksanakan ibadah shalat ashar, tadi kakeknya sempat ngajak shalat di masjid, tapi Raga membuat alasan, ternyata kakeknya juga tidak jadi pergi ke masjid nya.