NovelToon NovelToon
Hidden Love From The Past

Hidden Love From The Past

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Balas Dendam / Kisah cinta masa kecil / Gadis Amnesia
Popularitas:592
Nilai: 5
Nama Author: Midnight Blue

Di balik senyum manis dan mata indah Narynra, terdapat kesedihan mendalam yang disebabkan oleh pernikahan ayahnya dengan ibu tirinya. Sebelum pernikahan itu, Narynra membuat perjanjian rahasia dengan ibu tirinya yang hanya diketahui mereka berdua. Apakah isi perjanjian itu? Sementara itu hubungan Narynra dengan Kaka tirinya tidak pernah akur, dan situasi semakin buruk setelah ayahnya terkesan selalu membela kakak tirinya, membuat Narynra merasa tidak betah di rumahnya. Akankah Narynra dan kakak tirinya bisa berdamai?
Narynra kemudian bertemu Kayvan, seorang pria yang tampan dan perhatian. Setelah pertemuan pertama, Kayvan terus berusaha mendekati Narynra, dan mereka akhirnya menjalin hubungan asmara.
Sementara itu, seorang pria misterius selalu memperhatikan Narynra dari kejauhan dan terus mengirimkan pesan peringatan kepada Narynra bahwa Kayvan tidak baik untuknya. Siapa pria misterius ini? Apa tujuannya? Akankah Narynra bahagia bersama Kayvan atau atau bersama yang lain?,

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Midnight Blue, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

perjanjian?

Setelah beberapa saat berkendara, akhirnya Narynra tiba di rumahnya. Ia membayar supir taxi dan mengucapkan terima kasih sebelum keluar dari mobil. Ia memasuki rumah dengan perasaan yang masih sedih, tetapi ada sedikit rasa lega karena telah mengunjungi Bundanya.

Narynra memutuskan untuk membuat secangkir teh hangat di dapur, namun ternyata Elisya, ibu tirinya, sedang memasak dengan aroma sedap yang memenuhi ruangan. Elisya menyadari kehadiran Narynra dan mematikan kompor, lalu berbalik dengan senyum hangat. "Kamu baru pulang, Sayang?" tanya Elisya sambil menyeka tangannya di apron.

Narynra mengangguk singkat, "Iya," sambil mengambil cangkir dari lemari.

Elisya memperhatikan cangkir di tangan Narynra dan bertanya, "Mau buat minum?"

Narynra kembali menjawab dengan singkat, "Iya," tanpa ekspresi yang jelas di wajahnya.

Elisya mengulurkan tangannya, meminta Narynra memberikan cangkir padanya dengan gerakan lembut. "Sini, Ibu bikinin. Mau minum apa?" tanya Elisya dengan nada penuh perhatian dan senyum yang hangat.

Namun, Narynra menolak dengan muka datar, "Ga usah, saya bisa bikin sendiri. Anda lanjut masak aja."

Elisya sedikit kecewa, tapi tidak ingin memaksa. "Hm, oke. Ibu lanjut masak," ucapnya sambil kembali menyalakan ke kompor dan melanjutkan kegiatan memasaknya.

Elisya mulai menggoreng ikan dengan minyak panas yang mendesis, aroma ikan goreng yang gurih memenuhi dapur. Narynra kemudian membuat tehnya sendiri, sementara Elisya memasak dengan aroma yang semakin harum di dapur. Suasana di dapur menjadi sedikit tegang, namun keduanya tetap melanjutkan aktivitas mereka tanpa banyak bicara.

Selesai membuat teh, Narynra bergegas meninggalkan dapur dengan cangkir di tangan, namun Elisya mundur ke belakang untuk menghindari cipratan minyak panas dari wajan. Dalam gerakan yang tidak terkendali, Elisya menabrak Narynra, menyebabkan teh panas yang ada di cangkir tumpah ke tangan Elisya. Elisya mengerang kesakitan, "Aaawww, panas! Huuuuff... Huuuuff," sambil meniup tangannya yang terbakar dengan napas yang kuat.

Narynra sedikit terpaku akibat kejadian tak terduga itu, namun segera menyadari Elisya yang kesakitan karena tersiram teh panas. Dengan cepat, Narynra mematikan kompor dan menarik tangan Elisya yang satunya, lalu membawanya ke ruang tengah. "Duduk di sana," ucap Narynra dengan nada yang lebih lembut, meminta Elisya untuk duduk di sofa.

Sementara itu, suara teh yang tumpah ke tangan Elisya masih terngiang di telinga, "Plos!" Suara itu menjadi pengingat akan kejadian yang baru saja terjadi. Narynra kemudian pergi ke lemari samping untuk mengambil P3K dan salep luka bakar, berharap bisa membantu mengurangi rasa sakit pada tangan Elisya. Dengan gerakan yang cepat dan tanggap, Narynra kembali ke ruang tengah dan duduk di sebelah Elisya.

Narynra membuka P3K dan mengambil salep luka bakar, lalu dengan lembut mengoleskannya pada tangan Elisya yang terbakar. Elisya merasakan sedikit rasa dingin dan nyaman saat salep dioleskan. Narynra kemudian meniup tangan Elisya dengan lembut, membuat Elisya merasa lebih tenang. Setelah itu, Narynra memasang perban pada luka bakar dengan hati-hati dan perlahan.

Elisya merasa terharu dengan perlakuan Narynra yang terlihat sangat perhatian dan mencemaskan dirinya. Ia merasakan bahwa Narynra tidak hanya peduli dengan luka bakarnya, tapi juga dengan perasaannya. Suasana di ruang tengah menjadi lebih hangat dan penuh kasih sayang, seiring dengan gerakan lembut Narynra yang membuat Elisya merasa lebih nyaman dan tidak merasakan sakit lagi. "Terima kasih, Sayang," ucap Elisya dengan suara yang lembut, sambil memandang Narynra dengan rasa syukur.

Mendengar ucapan Elisya, Narynra segera menjaga jarak dengan Elisya, wajahnya sedikit gugup dan dia berusaha menghindari kontak mata langsung. Dengan gerakan yang cepat, Narynra berdiri dan mengambil posisi yang lebih netral, mencoba menormalkan kembali sikapnya yang sebelumnya lembut.

"Jangan salah paham, Saya ngobatin anda itu cuma karena kasihan aja liat anda kesakitan," ucap Narynra dengan nada yang sedikit kasar. Dia menghindari ekspresi wajah yang terlalu lembut, berusaha menunjukkan bahwa tindakannya hanya sekedar membantu karena melihat Elisya kesakitan, bukan karena alasan lain.

Suasana di ruang tengah menjadi sedikit tegang kembali, seiring dengan perubahan sikap Narynra yang berusaha menjaga jarak dengan Elisya. Elisya memandang Narynra dengan sedikit rasa penasaran, mencoba memahami apa yang sebenarnya ada di balik sikap Narynra yang berubah-ubah. Meskipun Narynra berusaha menyembunyikannya, Elisya merasakan ada sesuatu yang lebih dalam dari sekedar kepedulian biasa.

"Emang ibu salah paham apa?" tanya Elisya dengan senyum menggoda, sambil memiringkan kepalanya sedikit dan menatap Narynra dengan mata yang penuh rasa penasaran. Elisya berusaha membuat Narynra merasa tidak nyaman dengan pertanyaan yang tampaknya sederhana namun sebenarnya menggali lebih dalam.

Narynra langsung merasa tidak nyaman dengan pertanyaan Elisya dan berusaha menghindari topik tersebut. "Skip, saya ga mau bahas," ucap Narynra dengan nada yang tegas, sambil mengangkat bahu dan mengalihkan pandangannya dari Elisya.

Narynra kemudian pergi ke dapur dengan langkah cepat, berusaha mengakhiri percakapan yang tidak diinginkan. Dia berjalan dengan tujuan yang jelas, meninggalkan Elisya yang masih duduk di ruang tengah. Saat tiba di dapur, Narynra membuka kulkas dan mengeluarkan beberapa bahan makanan, lalu melanjutkan menggoreng ikan.

Sementara itu, Elisya masih duduk di ruang tengah, memandang ke arah dapur memperhatikan Narynra yang sedang menggoreng ikan. Setelah beberapa saat, Elisya memutuskan menyusul Narynra ke dapur. "Udah kamu ke atas aja istirahat, ibu aja yang lanjutin, pasti kamu cape baru pulang," ucap Elisya dengan nada yang penuh perhatian, sambil berjalan menuju dapur.

Narynra menoleh ke belakang saat mendengar suara Elisya, lalu kembali fokus pada wajan dengan gerakan yang cepat. "Saya aja yang masak, tangan anda lagi sakit begitu juga, lebih baik anda balik duduk di sana," ucap Narynra dengan nada yang tegas sambil memberikan pandangan singkat kepada Elisya.

Suasana di dapur menjadi sedikit hangat, dengan Elisya yang berdiri di dekat Narynra, memperhatikan dia dengan rasa sayang dan perhatian. Narynra tetap fokus pada masakan, berusaha menunjukkan bahwa dia bisa mengurus semuanya sendiri. Namun, Elisya tidak pergi, dia tetap berdiri di sana, memperhatikan Narynra dengan mata yang penuh kasih sayang.

"Entah kapan dia bisa menerima aku sebagai Ibunya, sudah hampir 2 tahun kita jadi ibu dan anak tapi dia belum juga bisa menerima aku sebagai Ibunya, apalagi kalau dia tau aku sudah melanggar perjanjian antara kita," ucap Elisya dalam hati, bingung harus bagaimana menyampaikan pada Narynra. Dia merasa ada rasa takut kalau Narynra akan semakin tidak menyukai dirinya. Pikiran itu membuatnya semakin gelisah.

1
Rien
semangat, 👍
Ignacia belen Gamboa rojas
Sumpah baper! 😭
Blue Persona
thor, bisa bikin sekuelnya? Pengen baca terus nih!
ANGELBRODROIX
Kehabisan kata-kata. 😶
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!