Arini gadis 25 tahun menjadi pewaris tunggal . Ayahnya meninggal 1 tahun yang lalu. Arini sejak kecil sudah diasuh oleh ibu tirinya dan juga kedua saudara tirinya. Selam ini keluarganya baik kepadanya dan penuh kasih sayang.
Siapa sangka ternyata di balik semua itu ada rencana, satu persatu kebusukan ibu tirinya dan kedua saudaranya terungkap, Arini mendapatkan pengkhianatan dari kekasihnya dengan adanya perselingkuhan.
Tabiat laki-laki yang dia pikir selama ini mencintainya, juga sudah mulai terungkap ketika Arini memberikan posisi Direktur di Perusahaan.
Arini mulai dicampakkan ketika aset keluarganya memiliki saudara tirinya dan calon suaminya. Arini bahkan dibuang dan mendapat caci maki dari orang-orang akibat jebakan yang dari keluarganya.
Sampai akhirnya Arini kembali bangkit dari keterpurukan untuk membalas semua dendamnya. Dari mengambil seluruh apa yang telah menjadi miliknya dan menjadikan orang-orang yang telah menghancurkannya saling menusuk satu sama lain.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 32 Marah-marah
Semua orang dipenuhi dengan ketakutan dan kegemparan akibat rencana Arini yang berhasil dan sementara Arini sedang menikmati keberhasilannya bersama Siska dan Medina.
"Cheers untuk rencana Arini yang sudah berhasil?" ucap Siska dengan ketiganya mengangkat gelas merayakan keberhasilan mereka.
"Dan ini Cheers kembali pada posisi Direktur," sahut Medina yang tidak kalah bahagianya atas keberhasilan Arini.
Mereka semua tertawa dan kemudian meneguk minuman tersebut.
"Aku tidak membayangkan bagaimana sekarang keadaan rumah kamu Arini dan pasti mereka semua saling menyalahkan satu sama lain, saling menuduh marah-marah tidak jelas dan mungkin saja ada juga yang kepanasan," sahut Siska.
"Apa seharusnya aku langsung saja pulang ke rumah untuk melihat reaksi mereka, menyaksikan secara gratis ekspresi wajah mereka dengan kepanikan yang sangat berlebihan," sahut Arini tampak tertawa kecil.
"Memang seharusnya kamu berada di sana, tetapi tidak apa-apa biarkan saja kita membayangkan reaksi wajah mereka sekarang seperti apa adanya terpenting kita menikmati perayaan ini," sahut Siska.
"Apapun yang aku dapatkan saat ini bukan hanya berdasarkan kerja kerasku, tetapi karena ini juga bantuan kalian berdua dan termasuk kamu Medina, kamu sudah memiliki keberanian untuk membongkar semua kebusukan Dellon di Perusahaan dan kita berhasil menendang Dellon. Jadi semua ini karena kalian berdua," ucap Arini yang tidak akan pernah lupa akan bantuan dari orang-orang terdekatnya.
"Arini bukankah tidak mudah untuk kembali mendapatkan posisi sebagai Direktur dan harus melalui persetujuan para pemegang saham di sana? Lalu bagaimana dengan mudah kamu bisa mendapatkan posisi tersebut dengan menarik semua kembali kepercayaan mereka?" tanya Siska.
"Itu juga yang ingin aku tanyakan awalnya dengan kamu, karena kamu tidak pernah membahas ini denganku dan kamu juga tidak ada panik-paniknya sama sekali," sahut Siska.
"Aditya Laksamana Brawijaya yang telah membantuku, dia pemilik saham kedua di perusahaan yang paling banyak dan hanya dengan suaranya aku berhasil mendapatkan posisiku," jawab Arini.
"Jadi maksud kamu berkat tunangan dari kakak tirimu membuat kamu mendapatkan posisi itu kembali?" tanya Siska memastikan sekali lagi yang membuat Arini mengganggukan kepala.
"Benar! Bagaimana bukankah rencanaku berhasil dengan semua strategi ini?" tanya Arini membutuhkan pendapat dari teman-temannya itu.
"Arini aku tidak tahu rencana apa yang kamu lakukan di belakang dan yang terpenting dengan rencana itu kamu berhasil mendapatkan posisi ini dan itu sudah membuatku sangat bahagia," sahut Siska.
"Sama denganku, aku juga ikut bahagia yang akhirnya bisa melihat penderitaan orang-orang yang selama ini telah memijak, menghinaku dan merendahkanku. Ini juga merupakan kepuasan tersendiri untukku," sahut Medina.
Dia pasti masih mengingat bagaimana perbuatan Mona kepadanya yang sudah mempermalukannya.
"Kalau begitu mari kita nikmati perayaan ini dengan bersenang-senang, karena ini bukan hanya perayaan untukku saja melainkan perayaan untuk kita semua," sahut Arini kembali mengangkat gelas yang kemudian disusul Medina dan Siska.
Mereka tertawa dengan penuh kebahagiaan merayakan keberhasilan mereka.
"Ma, Pa. Lihatlah langkah Arini perlahan sudah semakin maju dan Arini sudah berhasil kembali mendapatkan Perusahaan, terus restui Arini agar mendapatkan semua hak kita dan memberi mereka pelajaran sampai mereka tidak akan pernah bisa melupakan perbuatan mereka," batin Arini dengan raut wajahnya yang tampak begitu terharu.
Arini benar-benar sudah sampai pada puncaknya, keberhasilan yang tidak pernah dia duga dan mungkin ini baru langkah awal karena masih banyak hal yang harus dia lakukan.
Tetapi rencananya berjalan dengan sangat mulus, berhasil mengambil sesuatu yang memang menjadi miliknya dan menghancurkan satu persatu orang-orang yang telah menghancurkan dan membuatnya direndahkan banyak orang.
Arini dan Medina sama-sama memiliki dendam kepada Mona dan juga yang lainnya dan jelas mereka harus merayakan semua itu dengan penuh kebahagiaan.
******
Aditya berada di kantornya yang sedang meeting bersama dengan kliennya.
Brukk.
Pintu ruangan itu tiba-tiba saja terbuka membuat Aditya dan pria tersebut melihat ke arah timur dan siapa lagi jika bukan Meisya.
"Aditya hal yang harus kita bicarakan sekarang juga!" tegas Meisya.
"Meisya? Apa kamu tidak melihat apa yang aku lakukan saat ini?" tanya Aditya mengarahkan matanya pada pria yang duduk di samping.
"Tetapi ini penting Aditya," ucap Meisya benar-benar sangat menggebu-gebu yang tidak peduli dengan laki-laki tersebut.
"Tuan Aditya mungkin kita bisa membicarakan masalah ini lain kali. Anda selesaikan saja terlebih dahulu masalah Anda," ucap pria tersebut menyusun semua barang-barangnya dan kemudian berdiri tempat duduknya.
"Tetapi tuan!" Aditya berusaha untuk menghentikan kepergian pria tersebut.
Pria itu hanya memberi senyuman bahwa dia tidak apa-apa sama sekali dan tetap saja Aditya sudah merasa tidak enak.
"Saya permisi dulu!" pria itu berpamitan dan masuk keluar dari ruangan Aditya.
"Apa-apaan kamu Meisya?" Aditya sudah pasti menyalahkan kekasihnya itu.
"Kamu tidak melihat apa yang sedang aku lakukan hah! Aku baru saja meeting bersama pelayan dan kamu tiba-tiba masuk dengan bersikap seperti ini? Kamu tidak tahu bahwa ada etika dalam bisnis dan apa yang terjadi tadi sudah sangat memalukan!" tegas Aditya.
Dia memang sangat marah jika urusan pekerjaan di sangkut pautkan dengan urusan pribadi. Apalagi dengan sikap Meisya seperti anak kecil.
"Aku yang seharusnya marah pada kamu dan aku tidak mengerti tentang keputusan kamu yang tiba-tiba saja seperti ini tanpa membicarakan terlebih dahulu denganku," sahut Meisya.
"Apa maksud kamu dan keputusan apa yang kamu katakan?" tanya Aditya.
"Kenapa kamu memberi dukungan kepada Arini untuk menjadi direktur di Perusahaan Lexa?" tanya Meisya langsung menyampaikan apa yang membuat hatinya tidak tenang.
Aditya respon dengan santai dan bahkan tidak panik sama sekali.
"Aditya jawablah apa yang kamu lakukan? Apa kamu terpengaruh oleh Arini sampai kamu bisa memberi dukungan kepadanya dan tanpa berbicara dulu kepadaku?" tanya Meisya.
"Meisya hanya mempertanyakan masalah ini saja dan kamu sudah membuatku kehilangan klien, apa menurut kamu apa yang aku lakukan kepada hari ini adalah hal besar sampai membuat kamu tidak jelas seperti ini?" tanya Aditya.
"Kamu bilang tidak jelas, apa maksud dari perkataan kamu hah! Jadi menurut kamu aku yang telah kamu lakukan kepada Arini bukanlah hal masalah yang besar. Aditya kamu tau sendiri bagaimana Arini dan apa yang dia lakukan sudah sangat kelewat batas. Hubunganku dengan Arini...."
"Meisya cukup! Aku melakukan semua itu Karena aku merasa Arini pantas mendapatkan posisi itu dan lagi pula ini berurusan dengan Perusahaan dan bukan masalah pribadi. Urusan hubungan kamu dengan Arini seperti apa dan begitu juga dengan keluarga kamu tidak berkaitan dengan masalah Perusahaan. Aku memiliki hak untuk bersuara dan aku juga tidak perlu harus berdiskusi dulu dengan kamu untuk mengambil tindakannya!" tegas Aditya.
"Itu sama saja kamu tidak menghargaiku sebagai tunanganmu. Apa kamu tidak sadar jika Arini berusaha untuk menghancurkan hubungan kita, Arini sengaja mendekati kamu dengan semua cara busuk dan lihatlah wanita itu berhasil mempengaruhi kamu yang sekarang kamu berpihak kepadanya!" tegas Meisya.
"Meisya apa kamu tidak bisa berhenti untuk tidak berbicara seperti ini hah! Aku benar-benar sangat muak jika pertemuan kita hanya dikaitkan dengan pertengkaran dan ini dan itu. Meisya kamu tidak sadar jika kamu saat ini sudah berubah, pekerjaan kamu setiap hari hanya marah-marah saja saat bertemu denganku, salah paham dan pemikiran kamu terlalu negatif padaku,"
"Jujur Meisya aku mulai tidak nyaman dengan tingkah kamu seperti ini. Aku hidup bukan hanya untuk mengurus masalah kita saja, tetapi banyak hal yang harus aku selesaikan!" tegas Aditya.
Bersambung .....