NovelToon NovelToon
Wanita Di Atas Ranjang Suamiku

Wanita Di Atas Ranjang Suamiku

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Pelakor / Penyesalan Suami
Popularitas:7.6k
Nilai: 5
Nama Author: Shinta Aryanti

Suaminya tidur dengan mantan istrinya, di ranjang mereka. Dan Rania memilih diam. Tapi diamnya Rania adalah hukuman terbesar untuk suaminya. Rania membalas perbuatan sang suami dengan pengkhianatan yang sama, bersama seorang pria yang membuat gairah, harga diri, dan kepercayaan dirinya kembali. Balas dendam menjadi permainan berbahaya antara dendam, gairah, dan penyesalan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shinta Aryanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Di Balik Meja Panjang Itu...

Rania tiba di gedung perusahaan besar itu tepat lewat pukul satu siang. Cuaca terik, udara khas Ibukota, ditambah napasnya yang masih sesak sejak keluar dari kantornya tadi. Tangannya masih menggenggam dokumen dari Pak Martin... map cokelat yang seolah lebih berat dari kelihatannya.

Gedung itu megah. Lobi yang dingin oleh pendingin udara sentral tidak membuat hatinya menjadi sejuk. Ia mendaftar ke resepsionis, menyebutkan tujuannya, menyebut nama pimpinan perusahaan yang harus ia temui, lalu menyodorkan kartu namanya. Harapannya sederhana.. bisa langsug bertemu, menyelesaikan ini, lalu pulang dengan sedikit harga diri yang tersisa.

Tapi harapannya pupus dalam dua menit.

"Mohon maaf, CEO kami sedang sibuk hari ini. Ibu bisa menunggu, tapi belum ada kepastian kapan bertemu."

"Berapa lama Mbak, kira - kira?"

"Tidak bisa dipastikan. Bisa dua jam, bisa sampai sore atau malam. Tapi kami catat ya, Ibu Rania dari perusahaan kontraktor Martin Corp. ingin bertemu langsung dengan beliau."

Rania menarik napas dari dalam. Kepalanya menunduk pelan. Lalu ia tersenyum kecil.. bukan karena lega, tapi karena ia tahu tentu ini tidak akan mudah Seorang perempuan biasa sepertinya tak mungkin dengan mudahnya bertemu dengan pimpinan sebuah perusahaan besar.

Ia berjalan ke area tunggu. Kursi - kursi empuk dipenuhi oleh orang - orang sibuk. Beberapa pria muda dengan jas rapi. Seorang ibu separuh baya tampak gelisah. Dua orang staf bank yang berbisik serius sambil mengetik di laptop.

Waktu berjalan lambat.

Jam dua siang, tak ada panggilan.

Jam tiga, tak ada perubahan

Jam empat, Rania mulai merasa tubuhnya pegal dan perutnya keburu perih karena belum makan. Tapi ia tak berani meninggalkan tempat, hanya mencuri waktu sebentar untuk sekedar ke kamar mandi dan sholat.

Jam lima sore, petugas resepsionis berganti shift. Rania sempat ditanya ulang siapa yang ingin ia temui. Ia ulangi dengan sabar. Matanya sayu. Senyumnya sudah lelah.

Jam enam, ruangan mulai sepi. Pegawai yang hanya bekerja sampai sore mulai pulang. Lampu - lampu kantor menyala dengan cahaya yang mulai remang. Udara AC menusuk. Jantungnya pun mulai mengencang.. kalau sampai malam dan tak juga bisa bertemu, apa ia harus pulang dengan tangan kosong?

Tepat pukul tujuh malam, seorang pria berseragam staf menghampiri.

"Ibu Rania?"

Rania segera berdiri, meski lututnya kaku karena duduk terlalu lama.

"Silakan ikut saya, CEO kami bersedia untuk bertemu sekarang."

Rania tak tahu harus lega atau takut. Tapi satu hal yang pasti, langkahnya terlalu berat. Bukan karena takut dimarahi, tapi karena semua ini terasa begitu melelahkan.. secara fisik, batin, dan harga diri. Ia hanya ingin menyelesaikan satu tugas kecil, meminta tanda tangan sebagai bentuk tanggung jawabnya terhadap kantor, meskipun bukan dirinya yang salah. Tapi harga yang ia bayar untuk itu, terlalu mahal.

Ia berjalan perlahan di belakang staf, menyusuri lorong panjang menuju lift eksekutif. Di dalam lift, ia menarik napas dalam - dalam.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Pukul sepuluh malam.

Itulah waktu yang akhirnya tertera di jam dinding ketika seorang staf berseragam kembali menghampiri Rania yang hampir tertidur di kursi ruang tunggu eksekutif.

"Ibu Rania, mari ikut saya ke ruang CEO."

Rania tersentak pelan. Ia berdiri dengan gerakan lambat, seperti seseorang yang baru saja ditarik dari mimpi buruk yang panjang. Kakinya kaku. Tubuhnya lelah. Tapi matanya masih menyala - nyala oleh campuran rasa malu, marah, dan tekad untuk bertahan. Ia menggenggam map cokelat yang kini sudah berkerut di bagian sudutnya.

Koridor menuju ruang CEO terasa hening. Sepi. Cahaya lampu ruangan di sekitarnya sudah banyak yang di redupkan, hanya menyisakan lampu lorong yang temaram. Karyawan lain sudah pulang sejak sore, hanya beberapa petugas kebersihan yang terlihat di ujung lantai. Gemerincing alat pel sempat terdengar sebelum akhirnya hilang ditelan jarak.

Langkah Rania terasa berat. Lalu, pintu besar berlapis kayu dibuka oleh staf yang tadi menjemputnya.

"Silakan."

Ruangannya besar, mewah, dengan warna hitam mendominasi. Meja kerja di sisi kiri, sofa panjang di sisi kanan, dan rak buku penuh penghargaan di belakangnya. Di depan kaca besar yang menghadap malam kota berdiri seorang pria dengan jas hitam, membelakangi pintu. Hanya siluet punggungnya yang tampak.. tegak, kokoh, tenang. Postur tubuh itu tampak familiar, begitu pun dengan wangi parfum mahal yang menguar, tapi Rania tak bisa segera mengenali.

Pria itu berbalik.

Perlahan.

Rania nyaris menahan napas.

Wajahnya kini terlihat jelas. Dan untuk sesaat, ruang itu terasa jauh lebih sunyi.

Pria itu sangat tampan.

Bukan jenis tampan yang sering berseliweran di layar kaca atau majalah gaya hidup. Ini jenis ketampanan yang nyata, dewasa, dan berwibawa. Matanya tajam, dengan dominasi kecokelatan, memancarkan kecerdasan dan kontrol diri yang tinggi. Alisnya tegas, memperkuat ekspresi dinginnya. Hidungnya mancung dan simetris, seolah dipahat dengan teliti. Dan rahangnya kokoh, memperlihatkan ketegasan karakter yang tak mudah digoyahkan.

Kulitnya putih bersih. Ada bayangan tipis brewok di sekitar rahang dan dagu, memberi kesan maskulin yang semakin mencolok. Bibirnya tipis dan datar.. Tak tersenyum, tapi tak juga menakutkan. Justru itu yang membuatnya memikat.. misterius, tak mudah dibaca.

Potongan rambutnya rapi, agak panjang di bagian atas dan disisir ke belakang, menyatu sempurna dengan jas hitam yang dikenakannya. Dasi abu tua dengan pola halus membentuk kontras yang anggun di dada, mempertegas citra pria sukses.

Dia tak berkata apa - apa, hanya menatap. Dan tatapannya bukan sekadar melihat, ia menilai, menakar, menelanjangi isi hati lawan bicaranya hanya dengan satu pandangan.

Rania menegakkan bahu, mencoba mengatur napas. Mencoba tampil seperti dirinya yang dulu.. profesional dan cerdas.

Pria itu mengangguk singkat. Tanpa senyum. Tanpa basa - basi.

Lalu satu kalimat keluar dari bibirnya yang kemerahan:

"Silakan duduk."

Suara itu dalam dan tenang. Datar. Suara yang sepertinya sudah terbiasa memutuskan hal penting dalam hidup orang lain. Dan kali ini, hidup Rania.

Rania menurut. Ia duduk perlahan di kursi. Berhadapan langsung dengan pria itu. Meja kaca besar yang dingin seolah menjadi pembatas tak kasat mata... memisahkan antara dua dunia yang tak setara.

Namun pria itu tak berkata apa - apa lagi.

Yang bergerak justru seorang perempuan berjas abu - abu dari sisi kanan ruangan. Rambutnya dikuncir rapi. Di belakangnya, dua orang pria membawa berkas tebal.

"Selamat malam, Bu Rania," sapa si perempuan

"Saya Clara dari tim legal. Kami akan menjelaskan duduk perkaranya agar Ibu bisa memahami situasinya secara menyeluruh."

Rania menegakkan punggung, bersiap. Tapi dalam hatinya masih berharap pria itu, si pemilik ruangan, akan menyela, akan bicara langsung padanya, agar semuanya cepat selesai, sungguh Rania sudah lelah. Tapi tidak. Dia tetap diam. Hanya duduk, membuka laptop, seolah Rania tak lebih dari urusan administratif yang tertunda.

(Bersambung)....

1
yuni ati
Mantap/Good/
Halimatus Syadiah
lanjut
Anonymous
buat keluarga Niko hancur,, dan buat anak tirinya kmbali sama ibux,, dan prlihatkn sifat aslix
Simsiim
Ayo up lagi kk
Kinant Kinant
bagus
Halimatus Syadiah
lanjut. ceritanya bagus, tokoh wanita yg kuat gigih namun ada yg dikorban demi orang disekelilingnya yg tak menghargai semua usahanya.
chiara azmi fauziah
kata saya mah pergi aja rania percuma kamu bertahan anak tiri kamu juga hanya pura2 sayang
Lily and Rose: Ah senengnya dapet komentar pertama 🥰… makasih ya udah selalu ngikutin novel author. Dan ikutin terus kisah Rania ya, bakal banyak kejutan - kejutan soalnya 😁😁😁
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!