NovelToon NovelToon
Wanita Di Atas Ranjang Suamiku

Wanita Di Atas Ranjang Suamiku

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Pelakor / Penyesalan Suami
Popularitas:27k
Nilai: 5
Nama Author: Shinta Aryanti

Suaminya tidur dengan mantan istrinya, di ranjang mereka. Dan Rania membalas dengan perbuatan yang sama bersama seorang pria bernama Askara, yang membuat gairah, harga diri, dan kepercayaan dirinya kembali. Saat tangan Askara menyentuh kulitnya, Rania tahu ini bukan tentang cinta.
Ini tentang rasa. Tentang luka yang minta dibayar dengan kenikmatan. Dan balas dendam yang Rania rencanakan membuatnya terseret ke dalam permainan yang lebih gelap dari yang pernah ia bayangkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shinta Aryanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Di Balik Meja Panjang Itu...

Rania tiba di gedung perusahaan besar itu tepat lewat pukul satu siang. Cuaca terik, udara khas Ibukota, ditambah napasnya yang masih sesak sejak keluar dari kantornya tadi. Tangannya masih menggenggam dokumen dari Pak Martin... map cokelat yang seolah lebih berat dari kelihatannya.

Gedung itu megah. Lobi yang dingin oleh pendingin udara sentral tidak membuat hatinya menjadi sejuk. Ia mendaftar ke resepsionis, menyebutkan tujuannya, menyebut nama pimpinan perusahaan yang harus ia temui, lalu menyodorkan kartu namanya. Harapannya sederhana.. bisa langsug bertemu, menyelesaikan ini, lalu pulang dengan sedikit harga diri yang tersisa.

Tapi harapannya pupus dalam dua menit.

"Mohon maaf, CEO kami sedang sibuk hari ini. Ibu bisa menunggu, tapi belum ada kepastian kapan bertemu."

"Berapa lama Mbak, kira - kira?"

"Tidak bisa dipastikan. Bisa dua jam, bisa sampai sore atau malam. Tapi kami catat ya, Ibu Rania dari perusahaan kontraktor Martin Corp. ingin bertemu langsung dengan beliau."

Rania menarik napas dari dalam. Kepalanya menunduk pelan. Lalu ia tersenyum kecil.. bukan karena lega, tapi karena ia tahu tentu ini tidak akan mudah Seorang perempuan biasa sepertinya tak mungkin dengan mudahnya bertemu dengan pimpinan sebuah perusahaan besar.

Ia berjalan ke area tunggu. Kursi - kursi empuk dipenuhi oleh orang - orang sibuk. Beberapa pria muda dengan jas rapi. Seorang ibu separuh baya tampak gelisah. Dua orang staf bank yang berbisik serius sambil mengetik di laptop.

Waktu berjalan lambat.

Jam dua siang, tak ada panggilan.

Jam tiga, tak ada perubahan

Jam empat, Rania mulai merasa tubuhnya pegal dan perutnya keburu perih karena belum makan. Tapi ia tak berani meninggalkan tempat, hanya mencuri waktu sebentar untuk sekedar ke kamar mandi dan sholat.

Jam lima sore, petugas resepsionis berganti shift. Rania sempat ditanya ulang siapa yang ingin ia temui. Ia ulangi dengan sabar. Matanya sayu. Senyumnya sudah lelah.

Jam enam, ruangan mulai sepi. Pegawai yang hanya bekerja sampai sore mulai pulang. Lampu - lampu kantor menyala dengan cahaya yang mulai remang. Udara AC menusuk. Jantungnya pun mulai mengencang.. kalau sampai malam dan tak juga bisa bertemu, apa ia harus pulang dengan tangan kosong?

Tepat pukul tujuh malam, seorang pria berseragam staf menghampiri.

"Ibu Rania?"

Rania segera berdiri, meski lututnya kaku karena duduk terlalu lama.

"Silakan ikut saya, CEO kami bersedia untuk bertemu sekarang."

Rania tak tahu harus lega atau takut. Tapi satu hal yang pasti, langkahnya terlalu berat. Bukan karena takut dimarahi, tapi karena semua ini terasa begitu melelahkan.. secara fisik, batin, dan harga diri. Ia hanya ingin menyelesaikan satu tugas kecil, meminta tanda tangan sebagai bentuk tanggung jawabnya terhadap kantor, meskipun bukan dirinya yang salah. Tapi harga yang ia bayar untuk itu, terlalu mahal.

Ia berjalan perlahan di belakang staf, menyusuri lorong panjang menuju lift eksekutif. Di dalam lift, ia menarik napas dalam - dalam.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Pukul sepuluh malam.

Itulah waktu yang akhirnya tertera di jam dinding ketika seorang staf berseragam kembali menghampiri Rania yang hampir tertidur di kursi ruang tunggu eksekutif.

"Ibu Rania, mari ikut saya ke ruang CEO."

Rania tersentak pelan. Ia berdiri dengan gerakan lambat, seperti seseorang yang baru saja ditarik dari mimpi buruk yang panjang. Kakinya kaku. Tubuhnya lelah. Tapi matanya masih menyala - nyala oleh campuran rasa malu, marah, dan tekad untuk bertahan. Ia menggenggam map cokelat yang kini sudah berkerut di bagian sudutnya.

Koridor menuju ruang CEO terasa hening. Sepi. Cahaya lampu ruangan di sekitarnya sudah banyak yang di redupkan, hanya menyisakan lampu lorong yang temaram. Karyawan lain sudah pulang sejak sore, hanya beberapa petugas kebersihan yang terlihat di ujung lantai. Gemerincing alat pel sempat terdengar sebelum akhirnya hilang ditelan jarak.

Langkah Rania terasa berat. Lalu, pintu besar berlapis kayu dibuka oleh staf yang tadi menjemputnya.

"Silakan."

Ruangannya besar, mewah, dengan warna hitam mendominasi. Meja kerja di sisi kiri, sofa panjang di sisi kanan, dan rak buku penuh penghargaan di belakangnya. Di depan kaca besar yang menghadap malam kota berdiri seorang pria dengan jas hitam, membelakangi pintu. Hanya siluet punggungnya yang tampak.. tegak, kokoh, tenang. Postur tubuh itu tampak familiar, begitu pun dengan wangi parfum mahal yang menguar, tapi Rania tak bisa segera mengenali.

Pria itu berbalik.

Perlahan.

Rania nyaris menahan napas.

Wajahnya kini terlihat jelas. Dan untuk sesaat, ruang itu terasa jauh lebih sunyi.

Pria itu sangat tampan.

Bukan jenis tampan yang sering berseliweran di layar kaca atau majalah gaya hidup. Ini jenis ketampanan yang nyata, dewasa, dan berwibawa. Matanya tajam, dengan dominasi kecokelatan, memancarkan kecerdasan dan kontrol diri yang tinggi. Alisnya tegas, memperkuat ekspresi dinginnya. Hidungnya mancung dan simetris, seolah dipahat dengan teliti. Dan rahangnya kokoh, memperlihatkan ketegasan karakter yang tak mudah digoyahkan.

Kulitnya putih bersih. Ada bayangan tipis brewok di sekitar rahang dan dagu, memberi kesan maskulin yang semakin mencolok. Bibirnya tipis dan datar.. Tak tersenyum, tapi tak juga menakutkan. Justru itu yang membuatnya memikat.. misterius, tak mudah dibaca.

Potongan rambutnya rapi, agak panjang di bagian atas dan disisir ke belakang, menyatu sempurna dengan jas hitam yang dikenakannya. Dasi abu tua dengan pola halus membentuk kontras yang anggun di dada, mempertegas citra pria sukses.

Dia tak berkata apa - apa, hanya menatap. Dan tatapannya bukan sekadar melihat, ia menilai, menakar, menelanjangi isi hati lawan bicaranya hanya dengan satu pandangan.

Rania menegakkan bahu, mencoba mengatur napas. Mencoba tampil seperti dirinya yang dulu.. profesional dan cerdas.

Pria itu mengangguk singkat. Tanpa senyum. Tanpa basa - basi.

Lalu satu kalimat keluar dari bibirnya yang kemerahan:

"Silakan duduk."

Suara itu dalam dan tenang. Datar. Suara yang sepertinya sudah terbiasa memutuskan hal penting dalam hidup orang lain. Dan kali ini, hidup Rania.

Rania menurut. Ia duduk perlahan di kursi. Berhadapan langsung dengan pria itu. Meja kaca besar yang dingin seolah menjadi pembatas tak kasat mata... memisahkan antara dua dunia yang tak setara.

Namun pria itu tak berkata apa - apa lagi.

Yang bergerak justru seorang perempuan berjas abu - abu dari sisi kanan ruangan. Rambutnya dikuncir rapi. Di belakangnya, dua orang pria membawa berkas tebal.

"Selamat malam, Bu Rania," sapa si perempuan

"Saya Clara dari tim legal. Kami akan menjelaskan duduk perkaranya agar Ibu bisa memahami situasinya secara menyeluruh."

Rania menegakkan punggung, bersiap. Tapi dalam hatinya masih berharap pria itu, si pemilik ruangan, akan menyela, akan bicara langsung padanya, agar semuanya cepat selesai, sungguh Rania sudah lelah. Tapi tidak. Dia tetap diam. Hanya duduk, membuka laptop, seolah Rania tak lebih dari urusan administratif yang tertunda.

(Bersambung)....

1
Mundri Astuti
tuh kan ...kasian Rania lukanya dalem banget...
jadi korban org disekelilingnya yg egois
Jumiah
aneh mn ad rmh sakit di bayar sma kalung ,
walau pun kalung berlian ,dasar gelo...
chiara azmi fauziah
kan kan kehilangan semuanya rania kamu harus bahagia harus
Mundri Astuti
biar rasa pada, demen banget manfaatin org seh, palagi perempuan malang kaya Rania, di keluarganya ngga dianggap ...
Jumiah
seharusx rania jangan kirim banyak2 jd salah sangkan ,keenakan adikmu poya2
Jumiah
iy rania buka lembaran baru
rugi klo kmu ,patah hati ...
patah tumbuh hilang bergati
yg lebih baik banyak di luar sna ...
biar tau rasa lelaki bodoh yg ,
sdh mendustai mu...
liat kmu bahagia dan sukses..
Lily and Rose: Halooo.... terima kasih sudah komen dan dukungannya untuk novel Rania ya /Heart//Heart//Heart/.. semoga suka dengan episode-episode selanjutnya, jangan lupa like, vote, saran, dan kritiknya ya... terima kasih /Pray//Kiss/
total 1 replies
Mundri Astuti
jangan ketemuin Rania dan aksara Thor....

biar askara belajar menghargai seorang wanita...dah tau Rania ngga punya siapa", tdk dianggap mertua dan suaminya, diselingkuhi lagi...ni malah menambah luka...
Lily and Rose: Bener sih, Askara emang tega banget /Sob//Sob//Sob/
total 1 replies
Jumiah
pergi yg jauh rania ,bangit jadikan itu ..
monipasi untuk maju ,biarkan berlalu
jangan jd kn untuk penghalang untuk maju .
buktikan kesuksesan walau tampa mereka ..jangan putus asa ...
klo cari pasangan ,selexi dulu sebelum.
rania berikan hati..jangan patah hati rugi...
masih banyak yg lebih baik dri sebelum x
Lily and Rose: Setuju Kak, semoga Rania mendapat kebahagiannya ya Kak... kasihan udah terlalu banyak menderita dia /Sob/
total 1 replies
Heny
Aqu suka alur nya smg Rania bahagia
Lily and Rose: Kakak... terima kasih untuk dukungannya yaaaa /Kiss//Kiss//Kiss//Kiss/
total 1 replies
Heny
Rania sdh tau tuan Baskara km hanya nemanfaatkan nya
Emi Susanti Ahf
sedihnya ya tuhan...😢😢
Lily and Rose: Kisah Rania emang bikin sedih ya Kak /Sob/, semoga Rania bisa mendapatkan kebahagiannya ya nanti. Terima kasih untuk komen dan dukungannya ya Kak. Jangan lupa vote, like, komen di episode-episode selanjutnya /Heart/
total 1 replies
Mundri Astuti
buka lembaran baru Rania...carilah kebahagiaanmu sendiri....bahagiakan dirimu dan keluargamu saja...

next thor
Lily and Rose: Semoga Rania bisa mendapat kebahagiannya ya /Heart/... terima kasih untuk komen dan dukungannya Kak /Kiss/, jangan lupa vote, like, dan komen di episode-episode selanjutnya ya... /Heart/
total 1 replies
Halimatus Syadiah
lanjut nya jangan lama lama ya. sekalian ditambah bannya. makin penasaran
Lily and Rose: Siap Kakak.... /Heart//Heart//Heart/
total 1 replies
chiara azmi fauziah
kasihan rania di manfaatkan pergi yg jauh rania buktikan kamu bisa walaupun tidak dukungan dr pihak mertua dan keluarga sendiri bukti dengan kesuksesan mu rania aku jd sedih bacanya
Lily and Rose: Sedih banget Kak kisah Rania ini /Sob/, semoga Rania bisa mendapatkan kebahagiaannya ya...
total 1 replies
Aether
yah begitulah
Aether
fufuuu syudah tyelat
Novita Sr
salah siapa murahan banget sih kamu Rania .. akhirnya sakit hati lagii kan
Lily and Rose: Siap Kak, Rania nya salah langkah ya /Sob//Sob//Sob//Sob/
total 1 replies
Jumiah
setiap kebusukan akan kecium bau x ..
secepat x rania mencium x .dan pergi sejauh mungkin ,dan menemukan orang tulus ingin bersamamu mu rania
dan setia siap menjadi frisai mu..rania..
Heny
Kalau km nyaman dng Askara terima dia jd pendampingmu
Heny
Up terus y thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!