NovelToon NovelToon
LIFE PROBLEM

LIFE PROBLEM

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Bullying di Tempat Kerja / Cinta pada Pandangan Pertama / Balas dendam dan Kelahiran Kembali / Enemy to Lovers
Popularitas:2.6k
Nilai: 5
Nama Author: alwayscoklat_

Gadis yang tidak pernah bahagia di hidup nya satu kali saja pun tidak pernah

Di rumah?di sekolah? sama saja! tidak ada yang mau membahagiakan dirinya

bahkan seolah olah dunia ikut mendukung ketidakberdayaan diri nya,semua...SEMUA SAMA SAJA!! tidak ada yang peduli ! Tidak ada yang mengasihani diri nya, punya keluarga namun seperti hidup sebatangkara

MAURA ZAFINA AMORA, gadis yang mencoba untuk mencari secercah kebahagiaan walupun mustahil bagi diri nya


"Gue ada di sini karna gue masih hidup" Fina mengulas senyum kecil pada sudut bibir nya.

"Tapi gue bisa bikin lo sembuh"

Fina menggeleng pelan dengan senyuman manis nya. "Gua sendiri aja gak pernah bisa, apa yang bikin lo yakin banget bisa nyembuhin gua??"

"Hidup gua udah terlalu rumit dan sial, jangan terlalu deket sama gua atau lo juga bakalan rusak, ini juga demi diri lo sendiri"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon alwayscoklat_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

senin pagi

Upacara bendera pagi ini terasa lebih panjang dari biasanya, barangkali karena matahari sedang bersemangat menyengat. Begitu kalimat pembubaran dibacakan, Arkan dan Rey langsung tancap gas. Mereka tak peduli kemeja putihnya sudah lengket di punggung, yang penting haus. Kantin menjadi satu-satunya tujuan yang masuk akal.

Di sisi lain, Fina berjalan santai menyusuri koridor. Ia tak ambil pusing soal upacara yang panjang, apalagi matahari yang terik. Langkahnya ringan, seperti baru saja bermimpi indah. Di tangan kirinya, ada buku Fisika yang tebal, buku pelajaran yang selalu jadi musuh bebuyutannya. Ia sesekali menyapa beberapa teman yang berpapasan, lalu tersenyum tipis. Fina memilih menepi dari kerumunan, menikmati koridor yang mulai sepi. Tujuannya hanya satu, kelas. Hari Senin adalah hari ujian Fisika, dan Fina harus siap.

Begitu sampai di kantin, Arkan dan Rey langsung menyerbu stan es teh manis. Arkan menenggak habis minumannya dalam sekali teguk, sementara Rey masih menikmati setiap tetesnya. Mereka berdua duduk di bangku paling ujung, mengabaikan keramaian di sekeliling mereka.

"Gila, kerongkongan gue kayak gurun Sahara," keluh Arkan sambil mengusap sisa-sisa es teh di bibirnya.

"Makanya, lain kali jangan sok kuat baris di depan," timpal Rey, tertawa kecil.

Di sisi lain, Fina sudah sampai di depan kelasnya, XI IPS 5. Ia menghela napas panjang, menatap pintu kayu di depannya. Tiba-tiba, sebuah pesan masuk di ponselnya. Dari Arkan

"Fin, gue di kantin. Lu di mana?"

Fina hanya tersenyum tipis. Ia tahu, Rey dan Arkan pasti sedang mengobrol santai di kantin, membicarakan hal-hal tak penting seperti biasa. Ia memilih tak membalas pesan itu. Baginya, saat ini hanya ada satu hal yang penting: Fisika. Fina membuka pintu kelasnya, lalu masuk. Kursi paling depan sudah menunggu, siap menjadi saksi bisu perjuangan Fina melawan rumus dan angka-angka.

Di Sisi lain, Arkan berjalan santai di samping Rey, sesekali melempar lelucon yang hanya dibalas tawa renyah dari sahabatnya itu.

Yahh mereka memutuskan setelah menghabiskan es teh tadi, untuk kembali ke dalam kelas dan mengikuti pelajaran pertama. Buku paket matematika tebal yang sempat mereka pinjam di perpus tadi terasa berat di tangan, seakan-akan beban soal-soal di dalamnya sudah terasa bahkan sebelum pelajaran dimulai.

"Matematika wajib," gumam Rey, nadanya terdengar sedikit pasrah.

"Kenapa, sih, harus pelajaran pertama?"

Arkan tersenyum miring.

"Anggap aja pemanasan otak. Biar sisa-sisa lemak di kepala kita dari kantin bisa langsung luntur."

Mereka berdua terkekeh, melangkah lebih cepat saat bayangan Pak Budi, guru matematika yang terkenal galak, mulai terlintas di benak mereka. Pintu kelas 11 IPA 4 sudah terlihat di ujung koridor, menjadi tujuan terakhir sebelum mereka harus menghadapi deretan angka dan rumus yang menanti.

Di balik pintu kayu itu, kelas sudah ramai. Beberapa siswa masih asyik dengan ponsel mereka, sementara yang lain sudah membuka buku, mencoba mencuri waktu untuk belajar. Arkan dan Rey mengambil tempat duduk mereka di barisan tengah, bersiap menghadapi 'medan perang' yang akan segera dimulai.

"Semoga Pak Budi hari ini lagi seneng," bisik Rey, tangannya memutar-mutar pulpen.

"Atau, setidaknya, enggak ngasih soal yang aneh-aneh," timpal Arkan.

Namun, harapan mereka sepertinya harus pupus. Tepat saat bel berbunyi nyaring, Pak Budi masuk dengan wajah datarnya yang khas. Tanpa basa-basi, ia langsung menuliskan sebuah soal di papan tulis. Soal yang rumit, penuh dengan akar dan pangkat, membuat sebagian besar siswa menghela napas pasrah. Arkan dan Rey saling bertatapan, senyum tipis di wajah mereka menghilang. Petualangan mereka di dunia angka baru saja dimulai.

Rey menarik napas panjang, menatap soal di papan tulis dengan mata setengah terpejam. Rumus-rumus itu seperti labirin yang tak berujung, dan ia merasa otaknya sudah buntu bahkan sebelum mencoba.

Sementara itu, di sampingnya, Arkan justru tampak tenang. Matanya menelusuri setiap angka dan simbol, bibirnya sesekali bergerak seolah menghitung dalam diam. Pulpennya mulai menari-nari di atas kertas, mengisi barisan demi barisan dengan coretan yang hanya ia sendiri yang mengerti.

"Gimana, Kan?" bisik Rey. "Udah ketemu jalan keluarnya?"

Arkan tak menjawab, hanya menggeleng pelan. Ia sedang fokus, tenggelam dalam dunianya sendiri yang penuh dengan angka-angka. Bagi Arkan, matematika bukan sekadar pelajaran, melainkan sebuah teka-teki yang selalu menarik untuk dipecahkan. Setiap soal adalah tantangan, dan setiap jawaban yang benar adalah kemenangan kecil.

Di tengah keheningan yang mencekam, tiba-tiba Pak Budi melangkah ke arah Arkan. "Coba maju ke depan, Arkan," katanya dengan suara berat.

"Kerjakan soal ini di papan tulis."

Arkan terkejut, tapi dengan sigap ia berdiri. Ia berjalan ke depan kelas, mengambil spidol, dan mulai menuliskan langkah demi langkah penyelesaiannya. Semua mata tertuju padanya. Rey menahan napas, berharap sahabatnya itu tidak membuat kesalahan.

Dengan percaya diri, Arkan menyelesaikan soal itu. Pak Budi mengamati setiap langkah dengan cermat, dan setelah Arkan selesai, ia hanya mengangguk puas.

"Bagus," katanya singkat.

"Itu jawaban yang benar."

Arkan kembali ke bangkunya dengan senyum lega. Rey menepuk punggungnya pelan, mata mereka bertemu, dan ada kelegaan yang luar biasa di sana. Pelajaran matematika itu masih panjang, tapi setidaknya, mereka tahu bahwa mereka akan melewatinya bersama-sama, seperti biasa.

Arkan bersandar di kursinya, mengembuskan napas panjang. Rasanya beban seberat ton baru saja terangkat dari pundaknya. Pandangan Arkan melirik pada buku Rey yang masih kosong. Ia tahu, Rey hanya pura-pura mengerti. Padahal, sahabatnya itu memang tidak terlalu akrab dengan hitung-hitungan, tidak seperti dirinya.

"Nanti, gue ajarin," bisik Arkan pelan.

"Tenang aja."

Rey menoleh sambil mendengus. sungguh matematika begitu memuakkan bagi nya. Rey berpikir keras, kenapa bisa sampai dia di kelas IPA seperti ini.

Sedangkan Arkan hanya terkekeh, kembali memfokuskan diri nya pada penjelasan pak budi yang tampak serius di depan sana. Membiarkan Rey dengan keluh kesah nya sendiri. Dia tau anak tunggal kaya raya itu lebih senang belajar hal lain ketimbang hitung hitungan. Jadi Arkan membiarkan saja Rey dengan tingkah ajaib nya.

"Ntar ajak Fina makan bareng yok!" ajak Rey memberi ide.

Arkan mengangguk menyetujui, meskipun tatapan nya tetap fokus pada papan tulis dan pak budi. Beda dengan Rey yang fokus nya sudah tidak ada di dalam kelas lagi.

Yang laki laki itu pikirkan hanya bagaimana cara nya segera terlepas dari pelajaran matematika wajib yang mematikan ini dan juga keluar kelas tanpa dengan absen bolos.

Sungguh Rey tak betah dengan pelajaran yang satu ini.

SIAPAPUN TOLONG BAWA REY KELUAR DARI SINIII!!

1
Nick and Judy
Baper banget sama ceritanya.
Linda Ruiz Owo
Terharu, ada momen-momen yang bikin aku ngerasa dekat banget dengan tokoh-tokohnya.
Dark Dynamix
Ceritanya asik banget thor, jangan lupa update terus ya!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!