NovelToon NovelToon
The Bride Of Vengeance

The Bride Of Vengeance

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Wanita / Cinta Istana/Kuno
Popularitas:5.3k
Nilai: 5
Nama Author: fatayaa

Calista Blair kehilangan seluruh keluarganya saat hari ulang tahunnya ke-10. Setelah keluarganya pergi, ia bergabung dengan pembunuh bayaran. Tak berhenti di situ, Calista masih menyimpan dendam pada pembantai keluarganya, Alister Valdemar. Gadis itu bertekat untuk membunuh Alister dengan tangannya untuk membalaskan dendam kematian keluarganya.

Suatu saat kesempatan datang padanya, ia diadopsi oleh Marquess Everhart untuk menggantikan putrinya yang sudah meninggal menikah dengan Duke Alister Valdemar, sekaligus sebagai mata-mata musuhnya itu. Dengan identitasnya yang baru sebagai Ravenna Sanchez, ia berhasil menikah dengan Alister sekaligus untuk membalas dendam pada pria yang sudah membantai keluarganya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fatayaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pangeran Pertama

“Yang mulia, kita sudah sampai,” ujar salah satu bawahan setelah ia membuka pintu kereta kuda.

Pria bersurai pirang dengan bola mata hijau emerald itu menarik salah satu sudut bibirnya. Ia kemudian turun seraya menatap bangunan megah yang ada di depannya, istana kekaisaran sekaligus tempat ia tumbuh sebelum diusir ke wilayah utara yang dingin lima tahun yang lalu setelah terlibat kasus pembunuhan pejabat penting istana.

“Tempat ini sama sekali tidak berubah sejak aku pergi,” ujarnya kemudian melangkah menaiki anak tangga. Sudah lima tahun lamanya sejak ia berada di wilayah Cromwell, ini kali pertama ia datang ke istana. Di depan sana, sudah berjejer beberapa orang yang berdiri untuk menyambut kedatangannya.

Alister menatap lurus pria yang berjalan di depannya, satu-satunya Grand Duke di kekaisaran ini sekaligus putra pertama kaisar dari seorang selir, Cassius Franz Calestria. Pria itu menatap sekilas ke arah Alister saat sedang lewat, terlihat tidak tertarik, kemudian melanjutkan berjalan masuk ke pintu utama.

Alister kemudian berjalan masuk ke dalam istana, bersama para bangsawan lain. Di dalam, kaisar, Leonard dan Annelise sudah berdiri disana.

“Salam kepada matahari kekaisaran ini,” salah Cassius pada kaisar.

“Bangunlah! Sudah lama kita tidak bertemu, bagaimana keadaan mu selama ini?” tanya kaisar ramah, walaupun ia sendiri yang mengusir Cassius ke wilayah utara, ia adalah putranya sendiri.

“Seperti yang anda lihat, saya baik-baik saja, ayahanda. Saya membawa sesuatu dari wilayah Cromwell sebagai hadiah,” ujar Cassius, tak lama kemudian, ajudan pria itu masuk dengan membawa sesuatu di tangannya, namun tidak ada yang tahu benda apa yang dibawa karena masih di tutupi kain putih.

Cassius menarik kain yang menutupi benda itu, membuat seluruh mata di ruangan tertuju pada bongkahan batu kristal berwarna ungu yang ukurannya cukup besar. Semua orang terkejut, bagaimana tidak, benda itu merupakan kristal langka yang sangat berharga, mempunyai kekuatan magis yang cukup kuat untuk perlindungan, namun selama ini batu itu hanya ditemukan dalam ukuran yang kecil, baru kali ini mereka melihat batu itu dalam ukuran yang besar.

“Saya berhasil menemukan kristal velorith ini saat sedang menjelajah di salah satu hutan di wilayah utara, semoga ayahanda dapat menerima hadiah kecil dari saya ini,” ujar Cassius seraya tersenyum tipis.

“Benda ini sangat berharga, aku akan menyimpannya dengan baik,” ujar kaisar theron. Ajudan kaisar kemudian menerima batu kristal itu untuk kemudian disimpan. Setelah itu, kaisar mengajak semua tamunya untuk menghadiri perjamuan makan malam.

***

Ravenna membuka matanya perlahan saat ia merasakan sinar matahari muncul, terlihat Lily tengah membuka tirai jendela kamarnya. Wanita itu kemudian mendudukkan tubuhnya sembari mengucek matanya yang masih lengket, rupanya hari sudah pagi, sudah berapa lama ia tertidur? Sejak Alister menguncinya kemarin, ia berbaring dan ketiduran.

“Dimana Alister? Aku harus bertemu dengan nya,” tanya Ravenna pada Lily.

Lily berjalan mendekat, “Nyonya, tuan Duke menyuruh anda sarapan terlebih dulu, setelah selesai anda bisa menemuinya di ruang kerjanya,” ujar Lily.

“Baiklah,”

“Nyonya sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa tuan Duke mengunci anda semalaman?” tanya Lily menatap Ravenna khawatir. Semalam ia tidak bisa masuk ke kamar Ravenna karena Alister menguncinya.

“Tidak apa-apa, kami hanya sedikit bertengkar,” ujarnya, ia tidak mau memberitahu Lily kejadian yang sebenarnya, tentang Alister yang mengetahui kebenaran kalau dirinya adalah calista, karena selama ini, Lily hanya hau kalau dirinya adalah Ravenna.

Ravenna beranjak dari tempat tidurnya, sementara Lily tidak bertanya lebih jauh walaupun ia tau kalau Ravenna menyembunyikan sesuatu darinya, ia merasa kasihan padanya karena wanita itu pasti menderita setelah menikah dengan Alister.

Ravenna menghembuskan nafas panjang, ia berdiri tepat di depan pintu kerja Alister. Ia sendiri masih ragu, jika bukan Alister lalu siapa orang dibalik pembantaian keluarganya, itu artinya kebenciannya selama ini sia-sia pada pria itu, ia sangat yakin kalau Alister pasti tau sesuatu.

“Masuklah!” perintah pria itu dari dalam, padahal Ravenna belum mengetuk pintunya, tapi bagaimana bisa pria itu tau kalau ada orang lain di balik pintu ruang kerjanya.

Tanpa ragu-ragu lagi Ravenna membuka pintu itu, kemudian berjalan cepat menuju meja suaminya. Terlihat Alister tengah fokus dengan dokumen yang sedang di kerjakannya, tak melirik sedikitpun pada Ravenna, bisa-bisanya pria itu tetap santai padahal ia ingin menanyakan hal yang sangat penting padanya.

“Siapa pelakunya, kau pasti tau kan?” tanya Ravenna tanpa basa-basi.

Alister menghentikan goresan pena di kertasnya, kemudian memandang wajah Ravenna yang menatapnya serius.

“Kalau aku memberitahumu, apa yang aku dapatkan?” tanya Alister santai.

“Alister! Aku sudah cukup bersabar!” serunya kesal.

Pria itu meletakkan penanya ke atas meja cukup keras, “Selama ini kau masuk ke kediaman ini tanpa menunjukkan identitas mu, seharusnya aku yang bertanya pada mu lebih dulu? Apa tujuan mu sebenarnya? Apa kau ingin membunuh ku karena mengira telah melenyapkan seluruh keluargamu?” tanya Alister menatap dingin wanita di depannya.

“Itu …” Ravenna tak tahu harus menjawab apa, kehilangan kata-kata.

“Kenapa? Kau tidak bisa menjawabnya? Katakan semua tujuan mu, sebagai gantinya aku akan menjawab pertanyaan mu,” ujar Alister memberi penawaran.

Ravenna akhirnya mulai menceritakan bagaimana ia bertemu dengan Marquess pertama kali sampai ia diadopsi menjadi putri pria itu, dari ia belajar tata krama sampai memberi tahu Alister tentang tujuan Marquess mengirimnya untuk menikah ke kediaman Duke Valdemar.

“Aku sudah menceritakan semuanya,” ujar Ravenna setelah menceritakan semua pada pria yang duduk di depannya.

“Jadi, Marquess ingin mengetahui kelemahanku? Apa yang sudah kau laporkan padanya?” tanya Alister menatap curiga wanita di depannya.

“Tidak ada, aku belum melaporkan apapun, sekarang katakan apa yang kau tau!” ujarnya tidak sabaran.

“Bukankah kau sudah mengetahuinya? Kenapa masih bertanya? Kemarin kau kan sudah pergi ke kediaman Marquess,” ujar Alister.

Ravenna melebarkan matanya, “Apa kau memata-mataiku?” tanya nya menatap Alister.

Alister tak menjawab, ia memang memiliki mata-mata di kediaman Marquess yang sudah melaporkannya.

Ravenna menundukkan matanya, “Jadi, memang Marquess yang melakukannya? Tapi… Kenapa dia melakukannya? Apa alasannya membunuh semua keluargaku?” tanya Ravenna menatap Alister dengan raut bingung.

Alister beranjak dari kursinya menuju sebuah laci kemudian mengambil sebuah dokumen disana. Pria itu berjalan kembali kearah Ravenna dan memberikan dokumen itu padanya. Ravenna menerimanya dengan heran seraya bertanya-tanya, dokumen apa yang pria itu berikan?

Wanita itu membukanya, bola matanya bergerak cepat membaca setiap kalimat dalam dokumen itu. Ia menjatuhkan dokumen itu ke lantai selesai membaca, “Tidak mungkin, itu tidak mungkin, pasti itu tidak benar,” ucapnya tak percaya dengan dokumen yang di bacanya. Bagaimana ia tidak terkejut, di dalam dokumen itu tertulis surat pesanan dari Marquess yang meminta pasukan dari guild mortalis untuk menyerang keluarga blair. Disana juga terdapat cap dari guild mortalis yang biasa di pakai julianne.

Alister mengambil dokumen itu kembali, “Kau pasti terkejut, orang yang selama ini merawatmu ternyata terlibat dalam pembunuhan keluargamu,” ucap Alister.

Ravenna menggelengkan kepalanya, “Tidak mungkin, madam julianne tidak mungkin melakukan itu semua,” ucapnya masih tak percaya.

Alister menatap Ravenna kesal, sudah ada bukti di depan mata namun wanita di depannya masih menyangkal, “Kenapa tidak? Guild mortalis dapat melakukan apapun sesuai permintaan orang yang membayarnya. Apa kau tidak curiga kenapa wanita itu ada di sana saat keluargamu di habisi?” tanya Alister berusaha menyadarkan Ravenna.

Bagaimana bisa, orang yang selama ini sudah merawatnya dengan baik terlibat dalam pembunuhan keluarganya. Kenapa selama ini julianne membohonginya? Apa tujuan wanita itu sebenarnya?

“Jadi, apa kau masih percaya kalau aku yang membunuh keluargamu?” tanya Alister.

Ravenna tak bersuara, ia hanya menggeleng pelan sebagai jawaban tanpa menatap lawan bicaranya. Ia tidak menyangka kalau julianne membohonginya selama ini, jadi semua kebaikannya dan perhatian wanita itu hanyalah pura-pura. Ravenna mengepalkan tangannya, ia tidak boleh larut, siapapun yang membunuh keluarganya harus ia balas dengan kematian.

“Apa kau tau, kenapa Marquess melakukannya?” tanya Ravenna, mengusap air matanya yang hampir jatuh.

“Marquess hanya pion, dia tidak akan bergerak jika orang itu tidak menyuruhnya,” ujar Alister

“Siapa yang kau maksud?” tanya Ravenna menatap Alister dengan raut wajah serius.

“Siapa lagi, kalau bukan Grand Duke,” ungkapnya membuat Ravenna tertegun, Grand Duke satu-satunya di kekaisaran ini adalah Cassius, putra kaisar.

“Grand Duke menginginkan kekuatan keluarga blair untuk bergabung dengan pihaknya, namun count blair menolak karena ia masih setia dengan kaisar, karena penolakan itu maka ia memerintahkan Marquess untuk melenyapkan keluarga Blair,” ujar Alister.

“Aku…, aku akan membalas mereka semua,” ungkap Ravenna penuh kebencian.

“Jangan bertindak gegabah! Salah langkah sedikit saja kau akan mati. Bagaimana kalau kau bekerja sama dengan ku?” tawar Alister, ia mengulurkan tangannya kearah wanita itu.

Ravenna menatap Alister beberapa saat, kemudian ia mengulurkan tangannya untuk menjabat tangan pria itu, sebagai tanda kesepakatan.

1
Murni Dewita
👣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!