Arsa menjalani hidup yang sangat sulit dan juga aneh. Dimana semua ibu akan bangga dengan pencapaian putranya, namun tidak dengan ibunya. Alisa seperti orang ketakutan saat mengetahui kecerdasan putranya. Konfilk pun terjadi saat Arsa bertemu dengan Xavier, dari situlah Arsa mulai mengerti kenapa ibunya sangat takut. Perlahan kebernaran pun mulai terkuat, dimulai dari kasus terbunuhnya Ayah Arsa, sampai skandal perusahaan besar lainnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Humble, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Misi dimulai
Lama Adam terdiam di tempatnya, sebelum akhirnya dia memajukan tubuhnya, menatap wajah Arsa dan bersuara tegas, penuh dengan penekanan di setiap kata.
“Arsa Arhan Pratama. Aku adalah seorang pebisnis. Ini bukan tempat bermain bocah ingusan, yang merengek hanya karena sesuatu telah diambil dari dirinya. Jadi, jika kamu benar-benar ingin masuk ke dunia ini, kau harus memiliki tujuan yang jelas….katakan padaku anak muda, apa tujuanmu yang sebenarnya?”
Menyaksikan itu, Arsa sama sekali tidak bergeming dari tempatnya. Pemuda itu lantas berdiri, lalu maju sedikit mendekat.
Dengan kedua tangan yang bertumpu pada meja yang memisahkan keduanya, Arsa mencondongkan tubuhnya, menatap Adam lekat-lekat.
“Dunia ini.” Ucap Arsa, setengah berbisik.
Saat tatapan keduanya beradu, Adam berani bersumpah saat itu di seolah merasa waktu baru saja berhenti. Saat kata itu diucapkan oleh pemuda belia di depannya.
Adam merasa terhipnotis dengan tatapan yang tajam, namun begitu dalam darinya. Itu sama sekali bukan mata ayahnya, mata itu adalah mata ibunya. Wanita yang memiliki tingkat kecerdasan serta kegigihan yang sangat luar biasa, Alisa Pratama.
Adam masih terdiam, saat Arsa sudah berbalik dam beranjak pergi dari sana. Butuh beberapa detik lagi setelah pemuda itu menghilang dari balik pintu, bagi Adam untuk kembali bisa mengendalikan dirinya.
“Alisa, Arhan…. Anak itu.” Gumam Adam yang bahkan tidak mampu mengungkapkan apa yang bari saja dia pikirkan.
Begitu keluar dari gedung Xavier Corporate. Arsa mengambil ponsel yang ada di sakunya. Tidak banyak nomor yang dia simpan disana, karena memang selama ini ponselnya jarang digunakan.
Namun ada satu nomor yang sudah begitu lama tidak dia hubungi, setelah ibunya menyita ponselnya beberapa tahun yang lalu.
Begitu menemukannya dan menekan tanda memanggil, Arsa langsung menempelkan ponsel itu ke telinga.
“Halo?”
Terdengar suara seorang pria disebrang sana, menyapa dengan nada bertanya.
“Tuan Parker?”
“Ya, ini aku…. Siapa yang berbicara?”
“Ini, aku One!”
Perlu beberapa saat setelah Arsa memperkenalkan dirinya sebagai One, sebelum akhirnya suara pria diseberang sana, kembali terdengar dengan sedikit tergagap.
“Tu-tuan… One?”
Tidak seperti sebelumnya, sekarang suara itu bergetar dan gugup, sedikit terbata. Seolah sesuatu baru saja membuatnya sangat terkejut.
“Ya, ini aku..”
***
Di seberang sana, Tom Parker langsung melompat dari kursi dibalik meja kerjanya, saat mendengar suara seorang pemuda yang baru saja menghubungi dan berbicara dengannya.
Sekarang dia harus bertumpu dengan satu tangan diatas meja, agar bisa menjaga keseimbangan saat mendengar pemuda yang hanya dikenal sebagai one itu, memberikan beberapa intruksi.
Panggilan telepon itu tidak berlangsung lama. Namun hal tersebut membuat seseorang yang duduk di depannya mengerutkan keningnya. Heran.
Hal itu benar-benar terlihat sangat aneh baginya, karena tidak biasanya pria yang sangat dia kenali itu, bersikap seperti ini, apalagi saat ini mereka sedang berada dikantor.
“One?…ayah, siapa tuan One yang baru saja berbicara denganmu itu?”
Tom parker tidak langsung menjawab. Pria itu langsung kembali duduk dikursinya, terlihat seperti sedang memikirkan banyak hal.
Namun beberapa saat setelahnya, sebuah senyuman terukir diwajahnya menoleh pada seorang gadis yang duduk di depannya, lalu memajukan tubuh dan berkata.
“Clara… apa kau ingat kalau aku pernah mengatakan bahwa perusahaan ini adalah milik seseorang?” Tanya Tom, pada putrinya tersebut membuka pembicaraan.
Mendengar itu, mata gadis tersebut langsung melebar. Dia mengangguk cepat. “Ya, seseorang yang telah mengubah kehidupan kita hingga bisa menjadi seperti saat ini, bukan?”
Tom mengangguk dan bersyukur bahwa putrinya masih mengingatnya. Setelah itu dai kembali berkata.
“Dia orangnya..”
Mendengarnya, wanita yang bernama Clara itu langsung terdiam untuk beberapa saat. Dia sudah lama ingin mengetahui siapa orang yang baru saja menghubungi ayahnya ini.
Tom Parker memang dikenal sebagai pengusaha yang sangat sukses. Namun dia dan keluarganya sangat mengetahui, bahwa semua itu disebabkan oleh satu orang.
“Jadi apa yang tuan One inginkan?” Tanya Clara begitu dia kembali menemukan suaranya.
Tom kembali menganggukkan kepalanya dengan semangat. lalu berkata. “Akhirnya, dia memutuskan untuk menggerakkan perusahaan ini.”
Mendengar ini, Clara kembali mengerutkan keningnya. “Menggerakkan? Ayah, apa maksud tuan One, perusahaan ini tidak bergerak?”
Tom tersenyum, dan menggelengkan kepalanya. “Perusahaan ini memang tumbuh dan membesar dengan sangat cepat. Tapi yang sebenarnya, kita belum bergerak sama sekali.”
Clara tidak begitu mengerti. Namun melihat bagaimana sikap ayahnya, tidak mungkin pria di depannya ini sedang bercanda dengannya.
Tom tidak pernah menjadi perusahaan mereka sebagai objek lelucon. Clara sangat mengetahui bagaimana sifat ayahnya ini.
“Ja-jadi, apa yang akan dilakukan tuan One dengan perusahaannya ini?”
Clara sengaja bertanya dengan kedua tangan mengisyaratkan tanda kutip dengan jarinya, saat mengucapkan kata nya pada perusahaan yang dikelola oleh keluarganya ini.
“Berburu!” Jawab Tom Parker, singkat.
***
Di Houston, negara dimana Arsa tinggal. Untuk menjalankan sebuah perusahaan sekuritas, seseorang harus memiliki setidaknya tiga sertifikat. Untuk saat ini, Arsa belum memiliki satupun dari itu semua.
Untuk menjalankan rencana panjangnya, Arsa tahu bahwa mata kuliah yang dia ambil saat ini, tidak akan membantunya sama sekali.
“Arsa apa kamu serius?”
Haris Halmington, adalah salah satu teman sekamarnya di asrama. Mendengar kemana Arsa akan pergi pagi ini, membuatnya tidak percaya dan terkejut.
“Tentu aku serius, Haris!”
Haris menoleh pada satu orang lagi yang ada disana. “Byran, taruh majalah porno itu, dan jelaskan pada pemuda ini, tempat seperti apa yang ingin dia datangi itu?”
Bryan yang bersandar ditempat tidur, sambil membalikkan satu halaman majalah, bersikap seolah acuh. “Sudahlah Haris, mungkin dia ingin mencari wanita pengganti Wanita itu, biarkan saja.”
Mendengar itu, Arsa yang tengah mengenakan sepatu. Kembali masuk masuk kedalam dan mendekati Bryan.
“Bryan, bagaimana caraku agar kamu mau memaafkan aku?” Tanya Arsa, lemah.
Dia tau Bryan adalah teman yang sangat baik. Saat dia menjalin hubungan dengan Fitri, temannya inilah yang paling gencar melarangnya. Namun waktu itu, Arsa menganggap Bryan hanya iri, karena fitri merupakan salah satu idola di kampus mereka.
Keduanya sempat tidak bertegur sapa sangat lama. Namun pada akhirnya, apa yang di peringatkan oleh Bryan padanya, terbukti memang benar adanya.
Dan sejak saat Arsa kembali ke asrama, dia sudah meminta maaf berkali-kali. Namun sepertinya temannya ini masih sangat kesal padanya.
Bryan menutup majalah itu, menatap wajah Arsa dan berkata. “Katakan! Kenapa kamu ingin ketempat seperti itu?”
“Aku ingin masuk dan mengikuti pelatihan disana.” Ucap Arsa cepat.
Saat mendengar jawaban Arsa, Bryan berdiri. “Arsa, diantara semua orang yang aku kenal, kau adalah satu-satunya orang yang tidak tertarik dengan dunia investasi. Sekarang, kau mengatakan ingin masuk ketempat dimana dasar semua masalaha dimulai?”
Arsa sempat tertegun. Apa yang dikatakan Bryan padanya memang benar. Selama ini dia menghindari jika ada yang membahas hal tersebut, dengan alasam tidak tertarik.
Tentu saja sekarang Bryan menjadi sangat curiga dengan keputusannya itu. Akan tetapi, Arsa tidak dapat menjelaskannya. Karena jika dia harus menjelaskannya, itu berarti harus dimulai dari awal.
dan dijamin pembaca pasti akan marah-marah
Dari awal, Arsa memang tidak berniat memberitahu pada siapapun dengan rencananya, setidaknya untuk saat ini.
“Ya! Sekarang pikiranku berubah, sepertinya dunia investasi sangat menantang.” Jawab Arsa setelahnya.
Bryan hanya bisa menggelengkan kepalanya seolah tidak percaya. Dia mengangkat kedua tangannya sedikit dan berkata pasrah.
“Arsa, jangan menjadi broker. Kau tidak akan bisa mendapatkan Fitri kembali.”
Seketika Arsa menyadari bahwa apapun yang akan dia katakan untuk menjelaskan, Bryan tetap akan berpikir, bahwa dia ingin mengejar gadis untuk menggantikan Fitri, atau bahkan mengharapkan fitri kembali.
“Bryan aku tidak ingin berdebat. Jika kau memang berpikir seperti itu, maka tidak ada lagi yang bisa aku lakukan.” Ucap Arsa mengalah.
Arsa berbalik dan pergi dari sana. Sementara dia melewati Haris, sambil menepuk bahu temannya yang juga terlihat heran itu pelan.
“Arsa, aku tidak peduli jika kau datang untuk mengejar gadis. Tapi, apa kau tahu bahwa untuk ikut kelas disana, biayanya tidaklah murah?” Tanya Haris sambil berbalik, melihat Arsa yang sudah berada dipintu.
Arsa berbalik sebentar, setelah itu tersenyum. “Ya! Aku tahu, aku telah menjual Fitri, untuk mendapatkan uang.”
Mendengar Arsa mengatakan hal tersebut, bahkan Bryan yang ada di dalam kamar, kangsung menoleh pada pemuda tersebut.
Namun saat itu, mereka sudah mendapati Arsa berjalan pergi dari sana, begitu saja.
“Sial! Aku tidak tahu jika di tinggalkan oleh wanita, bahkan seorang jenius seperti dirinya juga bisa gila.” Gumam Haris, setelah melihat Arsa menghilangndari sana.