Remake.
Papa yang selama ini tidak suka dengan abdi negara karena trauma putrinya sungguh menolak keras adanya interaksi apapun karena sebagai seorang pria yang masih berstatus sebagai abdi negara tentu paham jalan pikiran abdi negara.
Perkara semakin meruncing sebab keluarga dari pihak pria tidak bisa menerima gadis yang tidak santun. Kedua belah pihak keluarga telah memiliki pilihannya masing-masing. Hingga badai menerpa dan mempertemukan mereka kembali dalam keadaan yang begitu menyakitkan.
Mampukah pihak keluarga saling menerima pilihan masing-masing.
KONFLIK tinggi. SKIP jika tidak sesuai dengan hati.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bojone_Batman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
23. Menuntaskan salah paham ( 2 ).
Dinar berusaha kuat dan mengatur nafasnya, tidak ada kerewelan berarti hanya saja Papa Herca begitu mencemaskan putrinya. Beliau pahami sejak dulu Dinar tidak tahan akan rasa sakit. Jangankan merasakan seperti ini, terantuk sisi meja saja sudah membuatnya menangis.
Benar saja, Dinar kembali tak sadarkan diri di dalam dekapan Bang Rinto. Jelas Bang Rinto begitu mencemaskan keadaan istrinya.
Dengan lembut Bang Rinto menepuk pipi Dinar. "Ayo kuat, sayang..!! Saya disini..!!"
Papa Herca memang marah tapi dirinya mengesampingkan rasa penasaran karena keselamatan putrinya jauh lebih penting.
"Apakah bisa 'tindakan' saja, dok??" Tanya Bang Rinto tidak tega melihat Dinar sampai kesakitan.
"Maaf Pak, dokter kandungan sedang cuti. Tidak ada penggantinya. Kalau mau kita bisa merujuk persalinan dengan tindakan di rumah sakit pusat, dua jam dari sini jika lancar. Saat ini hanya ada bidan yang standby." Jawab Dokter.
Bang Rinto mengusap wajahnya, dirinya di hadapankan pada situasi dan dilema yang begitu menyulitkan.
"Saya akan bawa Dinar dari sini dengan jalur udara keluar pulau..!!" Kata Papa Herca.
"Nggak Pa. Tekanan udara lebih parah daripada jalan darat." Tolak Bang Rinto.
"Kamu sayang sama istrimu atau tidak???? Dinar butuh tindakan cepat..!!!!!!" Bentak Papa Herca.
"Saya tidak peduli Papa percaya dengan perasaan saya atau tidak. Saya hanya ingin menyelamatkan Dinar dan anak saya dengan cara saya sendiri." Jawab Bang Rinto.
"Kamu nggak usah asal. Kamu tidak punya ilmu medis. Kalau kamu tidak bisa mengurus Dinar, biar saya yang urus." Papa Herca semakin kesal dengan menantunya.
"Tidak ada suami yang ingin mencelakai istrinya, termasuk saya..!!! Saya memang tidak memiliki basic ilmu medis tapi setidaknya saya mengusahakan yang terbaik untuk istri saya. Tolong Papa tidak ikut campur, Dinar istri saya..!!!!" Ucap tegas Bang Rinto.
Papa Herca hendak menjawabnya tapi beliau tau posisinya pasti kalah telak. Kini tanggung jawab atas diri putrinya sudah beralih pada Bang Rinto.
Beberapa detik kemudian Dinar tersadar, sejenak dirinya kembali merasa kesakitan tapi juga kembali mengatur nafasnya perlahan.
"Bagus..!! pelan-pelan, sayang..!!" Perhatian Bang Rinto berganti terfokus pada Dinar.
"Nyeri disana sini, Om."
"Iya, saya tau. Sabar ya, sayang..!! Istighfar.. ayo pelan-pelan dengar saya..!!" Bang Rinto mengusap peluh dan tetap memberikan semangat pada Dinar.
Dinar mengikuti setiap arahan dari Bang Rinto. Penuh hujan tangis Bang Rinto mendampingi Dinar namun dirinya tetap sabar meskipun Dinar mencakar dan menjambak rambut Bang Rinto sekuat tenaga.
Papa yang kesal memilih keluar dari ruang bersalin, Bang Satria turut mengajak Sherlyn keluar dari ruang bersalin.
~
"Kenapa kamu ada disini???" Tanya Papa Herca pada Sherlyn. Beliau masih tidak bisa menghilangkan amarahnya.
Sherlyn menunduk tidak berani menjawabnya. Rasa takutnya sama seperti hal nya ia berhadapan dengan Bang Rinto. Tapi lebih daripada itu, ada seseorang yang lebih di takuti Sherlyn saat ini meskipun semuanya sedang baik-baik saja.
"Paaa.. tenang ya, jangan marah dulu..!!" Pinta Bang Satria kemudian mengajak Papa Herca duduk. "Saya jelaskan permasalahannya."
"Cepat jelaskan..!!!!"
"Begini Pa....."
Flashback Bang Satria on..
Dinar sudah ada di depan pintu saat Bang Rinto baru saja mengusir Sherlyn beserta keluarganya.
"Ya Allah, kenapa kesini sih dek?" Bang Rinto mendekati Dinar takut istrinya itu akan syok berhadapan dengan keluarganya.
"Rita??? Selir Kedaton Utara." Ucap Dinar tanpa takut.
"Kamu ini kenapa???? Berani lawan mami????" Bentak Mami Bang Rinto.
"Tidak sopan, trah mana yang mengajarimu tidak sopan pada Gusti putri??? Saya Anandayu Hening Senja Adinarta..!!!"
Bang Satria hendak bersuara tapi ada hal yang dirinya pun tidak berhak ikut campur.
Mami sempat tersenyum mengejek tapi Dinar menunjukan cincinnya. "Saya akan turunkan kamu menjadi gelandangan, keluar dari Kedaton kalau sekali lagi berani mengganggu hidup saya. Saya bisa menjatuhi kamu hukuman karena sudah berusaha mencelakai calon pangeran..!!!!!" Ancam Dinar akhirnya menggunakan kedudukannya meskipun sebenarnya dirinya tidak ingin dan tidak bermaksud lebih tinggi dari Bang Rinto.
Mami yang mendengarnya menjadi syok bukan main. Ia meminta tolong pada putranya yang sebenarnya adalah Bang Satria semakin membuat suasana semakin panas.
Sebenarnya Bang Rinto juga syok hanya ia masih mampu menguasai diri.
"Saya tidak bisa berbuat apapun. Saya tidak lebih hanya seorang pengawal." Jawab Bang Rinto.
Dinar menatap mata Bang Rinto penuh penyesalan sudah mengatakan hal demikian tapi ia pun tidak ingin siapapun masuk ke dalam rumah tangganya.
Bang Rinto tersenyum menunduk menyimpan senyumnya kemudian mengarahkan Dinar untuk mengutarakan keputusannya.
"Kamu Sherlyn..!! Kamu adalah anak seorang bupati, tapi kamu mencampuri urusan tatanan dalam Kedaton. Saya juga bisa menjatuhi kamu sanksi Kedaton sekalian melaporkan kamu pada pihak yang berwajib, kamu merusuh..!!" Nada suara Dinar semakin menggelegar. "Bang Satria, tolong di urus. Nanti saya pikirkan hukumannya..!!"
"Jangan.. tolong, jangaaann..!!"
:
Dinar bersimpuh di kaki Bang Rinto memohon maaf karena sudah 'merendahkan' harga diri suaminya.
Bang Rinto hanya bisa menahan tawa sebab di dalam hatinya tidak pernah sedikitpun memikirkan hal persoalan tersebut.
Tapi perkara seorang wanita meminta maaf adalah hal yang sangat langka, ia pun ingin sedikit menikmati moment langka tersebut.
"Maafin Dinar ya, Om..!! Dinar nggak pernah bermaksud untuk menyenggol harga diri Om. Dinar hanya menghukum Sherlyn dan Mami." Kata Dinar terisak-isak.
"Hmm.." jawab Dinar singkat dan padat.
Mendengar hanya sepenggal kata saja, Dinar semakin sedih. Ia berusaha memijati tangan Bang Rinto, kemudian berpindah ke paha hingga kembali pada tangan lagi.
"Maafin Dinar donk, Om..!!"
"Pijati saya di rumah kalau mau dapat maaf..!!" Kata Bang Rinto tanpa ekspresi.
Dinar mengangguk menyanggupi dan Bang Satria yang sempat mendengar obrolan 'adik dan iparnya' hanya bisa menahan senyum melihat Bang Rinto yang jelas hanya mengerjai Dinar saja.
Flashback Bang Satria off..
Kening Papa Herca berkerut mendengar patahan cerita dari 'putranya'.
"Lalu Sherlyn??? Kenapa sekarang dia ada disini????" Tanya Papa Herca.
"Diaaa...."
.
.
.
.