NovelToon NovelToon
MARINA Ketika Pengorbanan Tak Dihargai

MARINA Ketika Pengorbanan Tak Dihargai

Status: tamat
Genre:Angst / Cinta Lansia / Keluarga / Penyesalan Suami / Crazy Rich/Konglomerat / Cinta pada Pandangan Pertama / Tamat
Popularitas:1M
Nilai: 5
Nama Author: moon

Marina, wanita dewasa yang usianya menjelang 50 tahun. Telah mengabdikan seluruh hidupnya untuk keluarganya. Demi kesuksesan suami serta kedua anaknya, Marina rela mengorbankan impiannya menjadi penulis, dan fokus menjadi ibu rumah tangga selama lebih dari 27 tahun pernikahannya dengan Johan.

Tapi ternyata, pengorbanannya tak cukup berarti di mata suami dan anak-anaknya. Marina hanya dianggap wanita tak berguna, karena ia tak pernah menjadi wanita karir.

Anak-anaknya hanya menganggap dirinya sebagai tempat untuk mendapatkan pertolongan secara cuma-cuma.

Suatu waktu, Marina tanpa sengaja memergoki Johan bersama seorang wanita di dalam mobilnya, belakangan Marina menyadari bahwa wanita itu bukanlah teman biasa, melainkan madunya sendiri!

Akankah Marina mempertahankan pernikahannya dengan Johan?

Ini adalah waktunya Marina untuk bangkit dan mengubah dirinya menjadi wanita mandiri seutuhnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon moon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

#13

#13

Usai menikmati sarapan, Marina membereskan piring dan peralatan lainnya, jika ia menerima pengobatan dan perawatan secara cuma-cuma, setidaknya ia harus tahu cara membalas budi. 

“Bu, kenapa Anda melakukan ini? Anda pasien yang harus beristirahat.” Seorang petugas di ruang makan menegur Marina ketika ia pergi membawa nampan dan peralatan makannya. 

“A-Aku tak sakit, dan sudah cukup beristirahat,” jawab Marina, ia bahkan mencuci sendiri peralatan makannya, karena tak ingin merepotkan lagi. 

“Jangan, Bu. Tuan akan marah jika ada pasien yang kelelahan, karena itulah, Kami semua di bayar mahal.” 

Akhirnya Marina pun urung melakukannya, ia hanya melihat sambil bertanya apa saja yang ingin ia ketahui. 

“Sebenarnya, ini tempat apa?” tanya Marina dengan mata mengamati setiap sudut ruangan. 

Petugas tersebut tersenyum ramah, “Ini Rumah Sakit gratis untuk orang-orang yang tak mampu membayar biaya pengobatan, tapi lebih dari itu, disini juga tempat orang-orang yang tinggal menunggu saat-saat terakhir mereka.” Wanita itu menunjuk sebuah taman yang tadi tak sempat Marina datangi. 

Di taman itu, beberapa orang tua dengan kondisinya cukup memprihatinkan sedang duduk menikmati sinar matahari, ada yang didampingi keluarga atau anak-anak mereka. Tapi ada juga yang sendirian tanpa siapapun di sisi mereka. 

Tapi semua tersenyum hangat, dan bahagia, ada tawa memancar di balik kesedihan, dan Ada harapan dibalik duka. 

“Didunia ini ada banyak orang yang kaya, dan memiliki segalanya. Namun sangat sedikit orang kaya seperti Tuan, yang bersedia membuang uangnya, untuk orang-orang yang tidak mampu berobat.” 

“Itulah sedikit yang bisa Kami ceritakan, jika kebanyakan Tuan Gusman bisa marah,” pungkas wanita paruh baya itu. 

Marina semakin penasaran, ingin bertanya lebih lanjut tentang siapakah orang yang bernama tuan Gusman tersebut. Namun dering ponsel membuat Marina terpaksa pamit, padahal Marina sangat penasaran dengan pria yang katanya baik dan dermawan itu. 

“Halo, Rin. Gimana acara semalam? Aku yakin Johan pasti mabuk kepayang melihatmu.” Pertanyaan Farida langsung meluncur usai Marina menggulir tombol hijau di layar ponselnya, membuat Marina kembali mengingat kebusukan Johan. 

“Tidak, Kamu salah, justru Aku mengetahui fakta menyakitkan.” Dengan getir Marina menjawab. 

Farida cukup terkejut, kemarin Marina nampak ceria dan banyak tertawa, siapa sangka sahabatnya itu justru menyimpan duka. “Hah?! Kamu gak salah, kan?” 

Marina menggeleng seolah-olah Farida ada di hadapannya, suara isak tangis samar membuat Farida paham bahwa Marina sedang dirundung kesedihan. “Oke … tenang dulu, Aku yakin ini bukan hal yang bisa Kita bicarakan melalui telepon. Kirim alamatmu, Aku ke tempatmu sekarang.” 

“Jangan, Rida, Aku saja tak tahu dimana keberadaan tempat ini, sepertinya sangat jauh dari pusat kota.” Marina tak mau merepotkan Farida, apalagi sahabatnya itu pasti masih sibuk dengan persiapan usaha yang akan mereka rintis berdua. 

“Jadi Kamu tidak di rumah?” tanya Rida dengan kaget. 

“Hmmm semalam, setelah Kami bertengkar, Aku pergi meninggalkan si Tua bangka sialan itu. Tapi di jalan Aku pingsan, dan seseorang yang menolongku, membawaku ke sebuah Rumah Sakit kecil di pinggir kota.” 

“Setelah kondisiku membaik esok atau lusa, Aku akan menemuimu.” 

“Kamu meremehkan Aku? Aku sudah belasan tahun jadi babu di negara orang, Kamu pikir Aku masih takut pergi sendirian?!” protes Farida ketika Marina mencoba menghalangi niatnya. 

“Bukan begitu, tapi… “

“CUKUP MARINA!! Kalau Kamu menolak pertolonganku, anggap saja Kita tak pernah saling kenal!!” Dengan suara tinggi, Farida matikan sambungan teleponnya. 

Tut

Tut

Panggilan berakhir dengan kondisi Farida yang marah kepadanya, Marina jadi termenung, mungkin memang ia harus menerima uluran tangan Farida, apalagi Farida sudah pernah berpengalaman dalam hal perceraian. Karena saat ini, Marina butuh masukan, serta saran.

Sementara meminta tolong pada Diana justru dirasa bukan solusi terbaik, melihat karakter putri sulungnya, Diana pasti akan langsung marah, sebelum Marina sempat bercerita. 

•••

Ceklek! 

Suara handle pintu ditarik, seseorang masuk keruangan Marina dengan wajah lelah bercampur cemas. “Dasar teman tak tahu di untung!!” Begitu tiba Farida langsung memukul lengan Marina. 

“Kalau Kamu tak punya teman, tak punya tempat tujuan, tak tahu harus berbuat apa, ingat aku! Kenapa menyimpan semuanya sendiri.” Setelah puas memarahi Marina, Rida pun menangis sambil memeluk Marina. 

Marina pun tak bisa menahan air matanya, jadilah dua sahabat itu saling berpelukan dalam tangis. “Kenapa suara tangismu justru lebih keras dariku?” 

Pelukan mereka terlepas, Farida mengusap air mata yang membasahi wajahnya. 

Marina pun menceritakan apa yang ia alami, termasuk betapa tega kedua anaknya memperlakukan dirinya seperti pembantu, dan tempat meminta pertolongan secara gratis. 

“Aku tak menyangka, wanita baik hati dan polos sepertimu, mengalami nasib malang sepertiku.” 

Marina meremas kedua tangannya sendiri, “Aku pun tak menyangka, jika Mas Johan tega berbuat begitu padaku.” 

Farida berdiri, ia membuka jendela kamar marina lebar-lebar, agar bisa menghirup udara segar sebanyak mungkin. “Jika Johan yang berbuat demikian dengan alasan yang Kamu katakan tadi aku masih bisa terima. Tapi Anak-anakmu? Apa mereka tak takut dosa? Tak takut hukuman Allah untuk Anak yang mendurhakai Ibunya?” 

“Jangan terlali menyalahkan mereka, Rida. Semua itu tak murni kesalahan mereka, karena ada andil pola asuhku di dalamnya. Salahku yang terlalu memanjakan Mereka, memudahkan setiap urusan Mereka, bahkan untuk hal-hal kecil yang seharusnya menjadi tanggung jawab Mereka.” 

Farida kehabisan kata, ia hanya bisa menghembuskan nafas, ingin memarahi Marina, tapi toh semua sudah tiada guna. “Lalu rencanamu apa?” 

“Mengajukan gugatan cerai, Kamu bisa membantuku, kan?” 

Farida mengangguk, ia menggenggam tangan Marina sebagai bentuk dukungan, “Pasti, apalagi sekarang Kita senasib. Lalu, selanjutnya apa?” tanya Farida dengan mimik wajah serius. 

“Kita, lanjutkan apa yang kemarin kita rencanakan. Aku ingin menunjukkan pada Johan, bahwa Aku pun bisa berdiri diatas kakiku sendiri.” Dengan yakin, Marina menjawab. Mungkin sekarang masih skala kecil, tapi Marina sangat yakin dengan kemampuan memasaknya. 

“Deal! Ayo Kita sukses bersama, Aku sangat yakin Kita pasti bisa!” 

Karena Marina sudah bertekad, maka sore itu juga Farida mengajaknya berpamitan serta tak lupa berterima kasih pada orang-orang baik yang sudah membantu proses kesembuhannya. 

Dan dokter yang menanganinya pun berpesan, agar Marina makan dengan teratur, tidak terlalu stress dan kelelahan, agar kondisi asam lambungnya kembali normal. 

1
Alif
kapok gk elo mertua julid kena karmanya
Alif
hahahaha😂😂😂😂.. emang enak
Alif
oalaah halu nya setinggi langit, awas jatuh sakit looh..
Alif
betul thor bner2 lelaki gk pandai bersyukur rasakno koen saiki hahahaha
Alif
suami amara kemana ya, di awal cerita bilangnya farida anaknya sdh menikah dan sdng hamil
Alif
farida mana katanya teman tp gk dampingin ataupun jd saksi sdikit aneh sih cerita ini
Alif
semangat para ibu2 pejuang perempuan
Alif
lah ini br mantap👍
Katherina Ajawaila
aku mampir thour, liat Di IG langsung aja dari, dasar ya anak ngk tau bakti ibu dr dlm kandungan SMP jd org msh aja mmnya di buat sprt pekerja. 😡
moon: wah, terima kasih kak 🥳🥳

selamat menikmati
total 1 replies
Pudji Widy
laahh othor penggemar sekertaris Han juga yaa?gabung donk ceritanya
Liyaya Boya
sekretaris han, kangen tmtm
neja
luar biasa
Maria Abdullah
🤣🤣
echa purin
👍🏻
Mamah Enung
kan anak tiri ga dapat warisan
Mahrita Sartika
hamidun 🤭🤭🤭
Mamah Enung
rugi sekolah tinggi jabatan tinggi tidak berbakti sama ibu
Mamah Enung
paling benci ada anak tak mencintai orang tua
Mamah Enung
biar berlaku baik menciptakan watak anak menjadi tidak baik alias kurang ajar
Mahrita Sartika
kasian dukun lagi yang di salahkan 🤦 padahal tuh dukun kaga tau apa-apa 😌
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!